Arab bukanlah ras, golongan, bangsa, nama orang, wilayah geografis, karakter, kepercayaan, moralitas, dan lain sebagainya, ia adalah bahasa yang jelas, utuh, sahih, dan fasih.
Oleh Musa Kazhim al-Habsyi | Penerjemah dan Koresponden TV Arab
Pendapat al-Maghribi buat saya dan sahabat itu sebenarnya sudah cukup melegakan. Apalagi terbukti, sebagaimana akan kita lihat dalam bagian lanjutan tulisan ini, pendapat itu diperkuat oleh berbagai bukti pendukung dari Alquran dan hadis-hadis Nabi.
Teks-teks suci itu menggunakan kata Arab dan berbagai derivatnya sebagai kata sifat bahasa, sehingga bahasa Arab dapat dianggap sebagai metabahasa wahyu ilahi sekaligus bahasa objek wahyu ilahi. Saya tekankan sekali lagi bahwa Arab sebagai metabahasa wahyu bermakna bahwa Arab adalah bahasa atau perangkat lambang untuk menerangkan wahyu ilahi ke dalam bahasa manusia.
Tapi mungkin aspek ini kita bicarakan di lain tempat saja, mengingat tema ini memerlukan pada sejumlah pendahuluan ilmiah agar kita sampai pada duduk perkara dan pokok persoalannya.
Sampai di sini kiranya jelas apa yang telah saya sampaikan dari awal: Arab bukanlah ras, golongan, bangsa, nama orang, wilayah geografis, karakter, kepercayaan, moralitas, dan lain sebagainya. Seperti akan kita perjelas dengan mengutip Alquran dan hadis pada bagian lain tulisan ini, Arab bermakna bahasa yang jelas, utuh, sahih, dan fasih.
Pendapat-pendapat lain justru lebih merupakan penjelasan tidak langsung seputar akar kata, semisal menjelaskan para penggunanya, lokasi keberadaan mereka, dan atribut-atribut di luar pokok soal Arab sebagai bahasa itu sendiri.
Untuk menutup bagian ini, saya ingin kita menyimak hadis berikut. Meski didaifkan oleh Syaikh Albani, tapi saya rasa hadis ini menjelaskan masalah kita dengan mudah. Berikut ini hadisnya:
Suatu kali Qais bin Mathathiyyah datang ikut terlibat dalam sarasehan. Di situ ada Salman al-Farisi (orang Persia), Bilal al-Habasyi (orang Ethiopia), dan Shuhaib al-Rumi (orang Romawi).
Qais lantas berujar di hadapan khalayak yang hadir: “Aku paham mengapa Aus dan Khazraj membela orang ini (Nabi), tapi apa urusan mereka?!”
Mendengar omongannya, sahabat Muadz bin Jabal menggelandangnya ke hadapan Nabi dan menyampaikan perkataan Qais. Maka Nabi bangun dari duduknya, menyingsingkan ridanya dalam keadaan geram dan menuju ke masjid. Para sahabat diundang untuk salat berjamaah.
Di hadapan jamaah itu Nabi berdiri dan berpidato: “Wahai sekalian manusia! Tuhan kalian semua satu, Bapak kalian satu, dan agama kalian satu. Dan Kearaban (al-‘arabiyyah) itu bukan ayah atau ibu kalian, melainkan itu adalah bahasa. Siapa saja yang berbahasa Arab maka dia adalah ‘araby…!” []
Bersambung ke:
Sebelumnya: