Mozaik Peradaban Islam

Islam dan Perang Dunia I (4): Perang Suci

in Monumental

Last updated on October 18th, 2018 01:46 pm

“Pada 29 Oktober 1914, kapal perang Ustmaniyah, Yavuz dan Midilli, secara tidak terduga membombardir pelabuhan kapal Rusia. Setelahnya Inggris, Prancis, dan Rusia menyatakan perang, dan sebaliknya, Ustmaniyah pun mendeklarasikan perang suci melawan kafir.”

–O–

Pada tahun 1914, Enver Pasha, telah menjadi orang terkuat di tubuh pemerintahan Ottoman. Itu karena Enver telah menjadi Menteri Perang, dan Committee of Union and Progress (CUP) – atau biasa disebut Young Turks (Turki Muda) – merupakan partai tunggal di Ottoman, terlebih, isinya merupakan orang-orang militer. Dengan posisi seperti itu CUP lebih tampak seperti rezim militer. Adapun keputusan Kesultanan Ustmaniyah (Ottoman) untuk turut serta terlibat dalam Perang Dunia I, itu pun setidaknya disebabkan oleh gerak langkah CUP.[1]

Enver Pasha menilai bahwa aliansi dengan Jerman adalah jalan terbaik untuk menjaga kepentingan nasional Ottoman, khususnya demi mempertahankan selat Bosphorus dari ancaman Rusia yang berkeinginan untuk merebutnya. Dia kemudian mendesak Perdana Menteri Ottoman, Said Halim Pasha, untuk membuat perjanjian rahasia dengan Jerman, yang menyatakan bahwa Ottoman akan berpihak kepada Jerman jika Jerman akan mendukung Austria-Hungaria ketika mereka harus berhadapan dengan Rusia.[2]

Enver Pasha, Menteri Perang Ustmaniyah tahun 1914. Photo: Public Domain

Pada tanggal 22 Juli, sebelum pasti bahwa perang merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, Enver Pasha mengajukan proposal aliansi Ottoman-Jerman kepada Baron von Wangenheim, duta besar Jerman di Istanbul. Sementara itu, Said Halim Pasha yang setuju dengan ide Enver Pasha, secara simultan mengajukan proposal yang sama kepada duta besar Austria-Hungaria. Diplomat dari kedua negara menyambut dengan penuh antusiasme proposal dari Ottoman tersebut.[3]

Pada tahap ini, sultan baru — Mehmed V — sebenarnya menginginkan Ottoman untuk tetap netral, dia menolak menandatangani perjanjian aliansi. Namun, semenjak CUP berkuasa, sultan sudah tidak memiliki kekuatan politik lagi. Penolakan tersebut tidak berpengaruh banyak bagi proses pengambilan keputusan Ottoman, dan aliansi Jerman-Ottoman tetap diratifikasi oleh Enver Pasha.[4] Namun pada akhirnya sultan menyetujui juga perjanjian tersebut dan dia menandatanganinya pada tanggal 2 Agustus 1914. Meski demikian, dalam pernyataan resminya Ottoman menyatakan masih bersikap netral, dan ini membuat kekuatan-kekuatan besar Eropa lainnya bertanya-tanya tentang apa tujuan Ottoman yang sebenarnya?[5]

Meningkatnya tensi menuju perang dunia di Eropa memberikan ide bagi pejabat-pejabat Ottoman untuk mengambil kesempatan di tengah kesempitan, mereka mengambil sejumlah langkah oportunis dalam upaya untuk membebaskan Ottoman dari jerat hutang terhadap negara-negara Barat. Pada hari penandatanganan aliansi dengan Jerman, pemerintah Ottoman mengumumkan berakhirnya pembayaran hutang luar negeri. Duta Besar Jerman di Istanbul mengajukan protes bersama dengan negara-negara kerajaan kreditur lainnya, dengan alasan bahwa peraturan internasional tidak boleh secara sepihak dibatalkan. Namun tidak ada kesepakatan yang tercapai terkait hal piutang tersebut, dan pemerintah Ottoman menyatakan tidak akan membuat konsesi apapun. Karena hal ini, di depan, hubungan Ottoman-Jerman memburuk selama berlangsungnya perang.[6]

Tindakan pencegahan oleh Inggris juga turut memberikan pengaruh bagi kecenderungan Ottoman untuk berpihak ke Jerman. Sadar bahwa pemerintahan Ottoman di Istanbul tidak mungkin bersekutu dengan Inggris dalam perang yang akan datang, pada 28 Juli 1914, Winston Churchill, Panglima Angkatan Laut Inggris waktu itu, memerintahkan penyitaan dua kapal perang yang sedang dibangun untuk Angkatan Laut Ottoman di pelabuhan Inggris. Kapal tersebut tadinya hendak dijual kepada Ottoman, dan Ottoman sudah membayar penuh. Penduduk Ottoman yang mendengar berita ini benar-benar marah karenanya.[7]

 

Perang Suci

Pada 11 Agustus 1914 dua kapal perang Jerman, Goeben dan Breslau, memasuki perairan Ottoman untuk melarikan diri dari armada Mediterania Inggris. Inggris – yang belum mengetahui Ottoman telah beraliansi dengan Jerman – menuntut agar Ottoman menyerahkan kapal-kapal beserta awaknya untuk diserahkan kepada mereka. Tuntutan tersebut ditolak, Ottoman menyatakan alasannya bahwa dua kapal itu sudah dibeli oleh mereka, dan namanya diganti menjadi Yavuz (namanya diambil dari gelar Sultan Selim) dan Midilli (salah satu pulau di sekitar Yunani, pernah dikuasai oleh Ottoman sejak tahun 1462, di era modern kini namanya menjadi Pulau Lesbos).[8]

Kapal Perang Jerman, Goeben, sedang melaju dalam kecepatan penuh. Photo diambil tahun 1912. Kapal ini kemudian namanya diganti menjadi Yavuz dan akan berperang atas nama Ustmaniyah pada tahun 1914 dalam Perang Dunia I. Photo: Das Bundesarchiv

Tiga bulan kemudian setelah ditandatanganinya perjanjian aliansi Jerman-Ottoman, pada 29 Oktober 1914, para awak Yavuz dan Midilli (atau Goeben dan Breslau) yang mengenakan seragam Angkatan Laut Ottoman, dipimpin oleh Laksamana Wilhelm Souchon yang telah diangkat menjadi Panglima tertinggi Angkatan Laut Ottoman di Laut Hitam,[9] membombardir pelabuhan kapal Rusia di Odessa, Nikolayev, dan Sevastopol. Banyak kapal Rusia yang tenggelam pada penyerangan tersebut. Dengan aksi ini, maka Ottoman secara resmi telah masuk ke dalam ajang Perang Dunia I.[10]

Pada 2 November, Rusia menyatakan perang terhadap Ottoman, menyusul Inggris dan Prancis pada 5 November. Pada 11 November, Sultan Mehmed V menyatakan perang terhadap Inggris, Prancis, dan Rusia. Dua hari kemudian, di ruangan penyimpanan barang-barang peninggalan Nabi Muhammad SAW di Istana Topkapi, dalam sebuah upacara yang dilakukan di hadapan sultan, “perang suci” dideklarasikan. Lima pendapat yuridis keagamaan melegitimasi seruan perang yang ditujukan kepada seluruh Muslim – khususnya bagi mereka yang berada di wilayah yang sedang dijajah oleh kekuatan kolonial Inggris, Prancis, dan Rusia – untuk bangkit melawan orang-orang kafir.[11] Legitimasi keagamaan dalam setiap perang sudah menjadi tradisi Ottoman dari sejak dinasti ini didirikan oleh Osman pada tahun 1299.[12] (PH)

Bersambung ke:

Islam dan Perang Dunia I (5): Kalah

Sebelumnya:

Islam dan Perang Dunia I (3): Alasan Kesultanan Ustmaniyah Ikut Berperang

[1] Caroline Finkel, Osman’s Dream: The Story of the Ottoman Empire 1300-1923 (Basic Books: 2006), hlm 265.

[2] John Graham Royde-Smith dan Dennis E. Showalter, “World War I: The Turkish entry”, dari laman https://www.britannica.com/event/World-War-I/The-Serbian-campaign-1914, diakses 13 Oktober 2018.

[3] Caroline Finkel, Loc.Cit.

[4] Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), hlm 282.

[5] Caroline Finkel, Loc.Cit.

[6] Ibid., hlm 266.

[7] Ibid.

[8] Gábor Ágoston dan Bruce Masters, Encyclopedia of the Ottoman Empire (Facts On File, Inc. : 2009), hlm 599.

[9] Ibid.

[10] Caroline Finkel, Loc.Cit.

[11] Ibid., hlm 266.

[12] Eamon Gearon, Ibid., hlm 154-155.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*