Mozaik Peradaban Islam

Kisah Nabi Hud (1): Kaum Ad

in Studi Islam

Last updated on September 4th, 2019 01:59 pm

Kaum Ad adalah anak-anak keturunan Nabi Nuh dari jalur Sem. Mereka dianugerahi fisik yang kuat dan sempurna. Mereka terkenal akan keahlian dalam membangun bangunan-bangunan tinggi yang megah.

Ilustrasi Nabi Hud dan Kaum Ad, diambil dari manuskrip Qisas al-anbiya karya Ishaq bin Ibrahim al-Nishapuri, penyair asal Persia dari abad ke-12.

Tidak lama setelah Allah SWT menenggelamkan umat Nabi Nuh, muncullah suatu kaum yang disebut dengan Kaum Ad. Alquran tidak menjelaskan berapa rentang waktu antara peristiwa banjir besar sampai munculnya kaum ini, namun silsilah keluarga kaum ini masih cukup dekat dengan Nuh. Meskipun secara silsilah dekat, namun dalam banyak riwayat, orang-orang pada masa ini seringkali digambarkan berumur sangat panjang, ratusan bahkan ribuan tahun.

Setelah bahtera Nuh tiba di al-Judi dan mendarat di sana, dalam suatu riwayat dikatakatan bahwa Nuh membagi-bagi bumi kepada ketiga putranya. Amir bin Sharahil al-Sha`bi meriwayatkan, “Ketika Nuh, keturunannya, dan semua yang ada di dalam bahtera turun ke bumi, dia membagi bumi kepada para putranya ke dalam tiga bagian.

“Kepada Sem, dia memberikan bagian tengah bumi di mana Yerusalem, Sungai Nil, Sungai Efrat, Tigris, Sayhan, Jayhan (Gihon), dan Fayshan (Pison) berada. Itu memanjang dari Pison ke timur Sungai Nil, dan dari daerah dari mana angin selatan bertiup hingga ke daerah dari mana angin utara bertiup.

“Kepada Ham, dia memberikan bagian (bumi) di sebelah barat Sungai Nil dan daerah-daerah yang melampaui wilayah tempat angin barat bertiup. Bagian yang dia berikan kepada Yafet terletak di Pison dan daerah-daerah yang melampaui tempat angin timur bertiup.”[1]

Menurut Al-Tabari, dari ketiga putra Nuh tersebut, adalah keturunan dari Sem yang melahirkan dua kaum penyembah berhala. Dua kaum tersebut adalah Kaum Ad dan Kaum Tsamud. Ad dan Tsamud, dulunya adalah nama dua orang yang masih keturunan Nabi Nuh. Berikut ini adalah silsilah dari Ad: Ad bin Uz bin Aram bin Sem bin Nuh. Sementara itu, silsilah dari Tsamud adalah: Tsamud bin Gether bin Aram bin Sem bin Nuh.[2]

Allah kemudian mengutus dua nabi kepada kedua kaum tersebut. Untuk Kaum Ad, Allah mengutus Nabi Hud, dan untuk Kaum Tsamud, Allah mengutus Nabi Shaleh. Artikel kali ini akan membahas kisah Nabi Hud terlebih dahulu, adapun kisah Nabi Shaleh, akan dituliskan lain waktu.

Ibnu Katsir menggambarkan keadaan Kaum Ad, “Kaum Ad hidup bertahun-tahun di bukit berangin di sebuah daerah antara Yaman dan Oman. Mereka memiliki fisik yang sangat kuat dan ternama karena keahlian mereka, terutama dalam membangun bangunan-bangunan tinggi dengan menara yang tinggi.

“Mereka memiliki kelebihan dibandingkan dengan bangsa lainnya, yakni dalam hal kekuasaan dan kekayaan, yang mana sayangnya membuat mereka menjadi sombong dan angkuh. Kekuatan politik mereka dipegang oleh penguasa yang tidak adil, yang mana tidak ada seorang pun yang berani menentangnya.

“Mereka sebenarnya tidak menolak keberadaan Allah, mereka juga tidak menolak untuk menyembah-Nya. Yang mereka tolak adalah hanya menyembah Allah sendiri saja. Mereka menyembah tuhan-tuhan lain, juga, termasuk berhala. Ini adalah satu dosa yang tidak diampuni oleh Allah.”[3]

Kaum Ad memiliki tiga berhala yang mereka sembah, mereka disebut Sada, Samud, dan al-Haba.[4] Allah kemudian ingin membimbing dan mendisiplinkan kaum ini sehingga Dia mengirim seorang nabi yang berasal dari kaum mereka sendiri. Nabi ini bernama Hud, seorang pria mulia yang melaksanakan tugasnya dengan keteguhan hati dan toleransi yang tinggi.[5]

Hud memiliki silsilah: Hud bin Abdallah bin Ribah bin al-Khalud bin Ad bin Uz bin Aram bin Sem bin Nuh.[6] Ketika Hud diutus, Kaum Ad dilaporkan tinggal di sebuah daerah yang terletak di antara Oman dan Hadramaut, di sebuah lembah yang bernama Ashar, yang wilayahnya membentang hingga ke arah laut. Nama lembah tersebut adalah Lembah Mughith. Beberapa tradisi mengklaim bahwa Hud adalah orang pertama yang berbicara bahasa Arab, sementara yang lain mengklaim bahwa Nuh adalah yang pertama, atau bahkan ada juga yang mengatakan Adam lah yang pertama.[7] (PH)

Bersambung ke:

Catatan Kaki:


[1] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 1, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Franz Rosenthal (State University of New York Press: New York, 1989), hlm 370-371.

[2] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 2, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh William M. Brinner (State University of New York Press: New York, 1987), hlm 28.

[3] Ibnu Katsir, Qisas Al-Anbiya, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Muhammad Mustapha Geme’ah (Darussalam: Riyadh, e-book version), Chapter 4, Prophet Hud.

[4] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 2, Op.Cit., hlm 28-29.

[5] Ibnu Katsir, Loc.Cit.

[6] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 2, Op.Cit., hlm 28.

[7] Ibnu Katsir, Loc.Cit.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*