Mozaik Peradaban Islam

Kisah Nabi Shaleh (3): Unta Betina dari Batu (1)

in Studi Islam

Last updated on September 17th, 2019 12:23 pm

Kaum Tsamud berkata, “Mintalah kepada Tuhanmu untuk membuatkan unta betina, yang harus sepuluh bulan hamil, tinggi, dan menarik. Buatkanlah dari batu itu untuk kami.”

Foto Ilustrasi: Globe Views

Di tengah situasi menyimpangnya Kaum Tsamud, Allah kemudian mengutus Nabi Shales AS kepada mereka, yakni seseorang yang berasal dari kaum mereka sendiri. Silsilah lengkap Shaleh adalah: Shaleh bin Ubaid bin Asif bin Masikh bin Ubaid bin Khadir bin Tsamud bin Gether bin Aram bin Sem bin Nuh. Dia kemudian menyeru umatnya untuk menyembah Allah semata, dan tidak mempersekutukan-Nya.[1]

Seruan Nabi Shaleh tercatat di dalam Alquran, “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).’.” (Q.S 11: 61)

Menurut Quraish Shihab, apa yang disampaikan Shaleh untuk umatnya sama persis dengan apa yang telah disampaikan oleh Nabi Nuh dan Nabi Hud kepada umat mereka masing-masing.[2] Dan respon yang didapatnya, juga serupa. Sementara sebagian kecil Kaum Tsamud beriman kepadanya, namun  sebagian besar dari mereka tidak percaya dan melukainya, baik melalui kata-kata maupun perbuatan.[3]

Sebelum mendapatkan wahyu dari Allah SWT, Shaleh di antara Kaum Tsamud dikenal sebagai seseorang yang bijaksana, suci, berakhlak baik, dan sangat dihormati oleh mereka. Sebagaimana dikatakan oleh Kaum Tsamud sendiri di dalam Alquran, “Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.” (Q.S 11: 62)

Mereka hanya ingin menyembah tuhan yang sama seperti yang dimiliki oleh orang tua mereka. Tidak perlu alasan, tidak perlu bukti, dan tidak perlu dipikirkan. Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Shaleh adalah bukti itu sendiri, karena tidak ada manusia manapun yang mampu mengucapkan kata-kata seperti nabi. Meski demikian, sebagian besar umatnya tetap tidak mempercayainya.

Mereka meragukan kata-katanya, mengira bahwa Shaleh hanyalah seorang penyihir, dan mereka melihat bahwa dia tidak akan berhenti berkhotbah. Khawatir bahwa para pengikut Shaleh akan terus bertambah, maka mereka mencoba untuk membendungnya dengan memberikan dia tugas penting yang seolah-olah mustahul. Sebagai bukti bahwa dia adalah seorang nabi, maka mereka memintanya untuk melakukan mukjizat.[4]

Seperti yang pernah disinggung, Kaum Tsamud adalah kaum yang mempunyai keahlian memahat gunung. Mereka mampu membuat relief-relief yang sangat indah, sehingga gambar-gambar yang dihasilkan oleh mereka bagaikan sesuatu yang benar-benar hidup. Maka mereka menuntut sesuatu yang melebihi kemampuan mereka.[5]

Kaum Tsamud berkata, “Jika engkau benar, tunjukkanlah kepada kami suatu tanda.”[6]

Mereka kemudian menunjuk sebuah batu karang dan memintanya, “Mintalah kepada Tuhanmu untuk membuatkan unta betina, yang harus sepuluh bulan hamil, tinggi, dan menarik. Buatkanlah dari batu itu untuk kami.”

Shaleh menjawab, “Lihatlah sekarang! Jika Allah mengirimkan kalian apa yang kalian minta, seperti yang telah kalian deskripsikan, akankah kalian beriman kepada apa yang telah aku datangkan kepada kalian, dan beriman kepada risalah yang telah aku sampaikan?”

Mereka menjawab, “Ya.”

Shaleh kemudian mengambil sumpah dari mereka tentang hal ini, lalu berdoa kepada Allah SWT untuk mengabulkan permintaan mereka. Allah kemudian memerintahkan batu itu untuk membelah diri, dan memunculkan unta yang hamil sepuluh bulan. Ketika mata mereka menatapnya, mereka kagum. Mereka melihat hal yang hebat, pemandangan yang indah, kekuatan yang menakjubkan dan bukti yang jelas![7]

Dalam riwayat lain, sebagaimana disampaikan oleh Abu al-Tufail, kisahnya berjalan seperti ini:

Tsamud berkata kepada Shaleh, “Tunjukkanlah kami tanda jika engkau memang benar.”

Shalih berkata kepada mereka, “Pergilah ke ketinggian di atas tanah,” dan (batu) itu berguncang keras, bagaikan seorang wanita yang bergetar ketika sedang melahirkan, dan terbelah, dan dari tengahnya muncullah seekor unta.

Shaleh berkata, “Ini adalah unta Allah, sebuah tanda bagi kalian. Biarkan dia makan di tanah Allah, dan jangan menyakitinya, jangan sampai siksaan yang menyakitkan merenggutmu. Ia memiliki hak untuk minum, dan kalian memiliki hak untuk minum, masing-masing pada hari yang ditentukan.”[8] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Ibnu Katsir, Qisas Al-Anbiya, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Muhammad Mustapha Geme’ah (Darussalam: Riyadh, e-book version), Chapter 4, Prophet Salih.

[2] Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Vol 5 (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm 152.

[3] Ibnu Katsir, Loc.Cit.

[4] Ibid.

[5] Quraish Shihab, Op.Cit., hlm 153.

[6] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 2, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh William M. Brinner (State University of New York Press: New York, 1987), hlm 41.

[7] Ibnu Katsir, Loc.Cit.

[8] Al-Tabari, Loc.Cit.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*