Mozaik Peradaban Islam

Kisah Nabi Shaleh (4): Unta Betina dari Batu (2)

in Studi Islam

Last updated on September 18th, 2019 12:57 pm

“Unta ini dapat menghabiskan air dalam sumur dalam satu waktu hanya untuk dirinya sendiri. Itu adalah unta yang diberkati, dan susunya cukup untuk ribuan pria, wanita, dan anak-anak. Jika ia tidur di tempat itu, maka hewan-hewan lain akan pergi.”

Foto Ilustrasi: AnimalSake

Allah membuktikan kebenaran Nabi Shaleh, bukan saja dengan menciptakan unta dalam bentuk jasmaninya yang terlihat bagaikan hidup, tetapi menciptakannya dalam keadaan benar-benar hidup, berbulu lebat, makan dan minum bahkan beranak, dan mereka dapat meraba tubuhnya, serta meminum susunya yang mereka perah.[1]

Ibnu Katsir mengatakan, ada berbagai kisah kuno yang disampaikan secara turun-temurun tentang unta ini dan keajaiban-keajaiban yang dimilikinya. Dikisahkan, unta betina tersebut ajaib karena muncul dari batu di gunung yang terbelah, yang kemudian diikuti oleh anaknya yang masih kecil.

Dalam kisah lain, dikatakan bahwa unta betina tersebut mampu meminum semua air di sumur dalam satu hari, dan tidak ada hewan lain yang mau mendekati sumur tersebut. Kisah lainnya lagi mengatakan bahwa unta betina itu, ketika pada hari ia meminum air sumur, meskipun ia tidak menyisakan air sedikitpun dan orang-orang tidak dapat minum, namun dia mampu menghasilkan susu yang cukup bagi semua orang untuk diminum.

Pada awalnya, Kaum Tsamud sangat terkejut ketika unta betina itu dikeluarkan dari batu di gunung. Itu adalah unta yang diberkati, dan susunya cukup untuk ribuan pria, wanita, dan anak-anak. Jika ia tidur di tempat itu, maka hewan-hewan lain akan pergi. Jadi jelas bahwa itu bukanlah unta biasa, tetapi salah satu dari tanda-tanda Allah.[2]

Dalam ayat Alquran, dikatakan, “Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.” (Q.S 7: 73)

Terkait ayat ini, Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah mengatakan bahwa dilihat dari kata naqatullahi (unta Allah) yang terkandung dalam ayat tersebut, memberi isyarat bahwa unta tersebut memang berbeda dengan unta-unta yang lain.

Banyak riwayat tentang unta yang menjadi bukti kenabian dan kerasulan Shaleh, antara lain — sebagaimana dikemukakan oleh Mutawalli asy-Syarawi — bahwa kaum Nabi Shaleh menantang beliau untuk mendatangkan bukti berupa unta dari satu batu karang. Apa yang mereka tuntut itu dipenuhi Allah dengan menciptakan seekor unta betina yang berbulu lebat dan hamil, lalu sepuluh bulan kemudian ia melahirkan.[3]

Demikianlah, apapun versi dari berbagai riwayat tersebut, nyatanya unta tersebut memang benar-benar hidup di antara Kaum Tsamud. Sejumlah dari mereka akhirnya menjadi orang yang beriman kepada kenabian Nabi Shaleh,  namun sebagian besar dari mereka tetap tidak percaya, keras kepala, dan tersesat.[4]

Allah SWT berfirman, “Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.” (Q.S 17: 59)

Dan dalam ayat lainnya dikatakan, “Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul, dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya.” (Q.S 15: 80-81)

Thahir Ibnu Asyur menilai bahwa kaum Nabi Shaleh memiliki sedikit kelebihan dalam kemampuan berpikir dibanding dengan generasi sebelumnya, yakni Kaum Ad. Hal ini — menurutnya — terbukti dari jawaban-jawaban mereka terhadap Nabi Shaleh, serta dengan adanya penangguhan waktu jatuhnya siksa atas mereka setelah sekian lama dari kehadiran unta Allah tersebut.

Penangguhan itu bertujuan untuk memberi mereka kesempatan berpikir dan menyadari kesalahan mereka. Karena itu keselamatan unta dikaitkan dengan siksaan, yakni selama unta itu tidak diganggu maka selama itu pula mereka tidak akan disiksa, tetapi jika mereka mengganggunya, maka siksaan akan menimpa mereka.[5]

Namun, meskipun mereka telah diberi kesempatan, kini kebencian mereka terhadap Shaleh malah beralih kepada si unta betina ini. Sebuah agenda konspirasi mulai diwacanakan oleh Kaum Tsamud, secara diam-diam mereka menyusun rencana untuk menentang Shaleh.

Shaleh yang mengendus rencana ini, khawatir suatu waktu unta tersebut akan dibunuh, berkata untuk memberi peringatan, sebagaimana tercatat di dalam Alquran, “Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat.” (Q.S 11: 64)

Untuk sementara, Kaum Tsamud membiarkan unta tersebut merumput dan minum dengan bebas, tetapi di dalam hati, mereka membencinya. Namun, kemunculan unta unik yang ajaib ini menyebabkan banyak orang menjadi pengikut Shaleh, dan mereka berpegang teguh pada kepercayaan mereka kepada Allah. Orang-orang kafir kemudian menjadi gerah karenanya, dan mereka mulai menyusun rencana pembunuhan terhadap unta betina tersebut.[6] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Vol 5 (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm 153.

[2] Ibnu Katsir, Qisas Al-Anbiya, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Muhammad Mustapha Geme’ah (Darussalam: Riyadh, e-book version), Chapter 4, Prophet Salih.

[3] Quraish Shihab, Loc.Cit.

[4] Ibnu Katsir, Loc.Cit.

[5] Quraish Shihab, Op.Cit., hlm 53-54.

[6] Ibnu Katsir, Loc.Cit.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*