Rasulullah bertemu seorang budak asal Niniwe dan membicarakan tentang Yunus. Budak itu bertanya dari mana beliau tahu. “Dia adalah saudaraku, dia adalah seorang nabi dan aku juga seorang nabi,” jawab Rasulullah. Budak itu menunduk kepadanya dan mencium kepala, tangan, dan kakinya.
Berikut ini adalah beberapa kisah tambahan tentang Nabi Yunus as yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat sebagaimana dihimpun oleh al-Tabari.
Ibnu Mas’ud, yang mengisahkan kepada kami (kisah Nabi Yunus) di baitulmal:
Yunus telah memperingatkan umatnya dengan azab, dan mengatakan kepada mereka bahwa itu akan menimpa mereka dalam tiga hari.
Mereka memisahkan setiap ibu dari anak-anaknya, dan kemudian pergi. Orang-orang datang kepada Allah dan meminta pengampunan-Nya, yang mana Allah membatalkan azab kepada mereka.
Yunus pergi lebih awal menantikan azab (kepada umatnya) tetapi tidak menyaksikan apa pun. Seorang pembohong tanpa bukti yang jelas biasanya dihukum mati (pada masa itu).
Karena itu Yunus pergi dengan marah, “Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap.” (QS al-Anbiya [21]: 87).(Ayat) ini mengacu pada kegelapan perut ikan paus, kegelapan malam, dan kegelapan laut.[1]
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Nabi bersabda:
Ketika Allah menginginkan Yunus ditahan di perut ikan paus, Allah memerintahkan (awha) ikan paus, “Bawa dia, tapi jangan melukai tubuhnya dan jangan mematahkan tulangnya.”
Paus membawa Yunus dan menyelam ke tempat tinggalnya di laut. Saat sampai di dasar laut, Yunus mendengar suara. Dia berkata pada dirinya sendiri, “Apa itu?”
Kemudian saat Yunus berada di dalam perut ikan paus, Allah berfirman kepadanya, “Ini adalah hewan-hewan laut yang memuliakan Allah.”
Kemudian Yunus, di dalam perut ikan paus, memuliakan Allah. Para malaikat mendengar puji-pujiannya kepada Allah, dan berseru, “Ya Allah, kami mendengar suara samar di negeri asing.”
Allah berfirman, “Itu adalah (suara) hamba-Ku, Yunus. Dia tidak menaati Aku, maka Aku menahannya di perut ikan paus di laut.”
Mereka berseru, “Hamba saleh yang setiap siang dan malam melaksanakan perbuatan saleh kepada-Mu?”
Allah menjawab, “Ya.”
Mendengar ini, mereka menengahi Yunus. Paus kemudian diperintahkan untuk memuntahkannya ke pantai.
Seperti yang Allah katakan, “Sedang dia dalam keadaan sakit.” (QS as-Saffat [37]: 145)
Sakitnya, yang digambarkan dalam Alquran, bagaikan bayi yang baru lahir. Ketika paus memuntahkannya ke pantai, tubuh dan tulangnya telanjang.[2]
Ibnu Abbas meriwayatkan:
Berangkat ia pergi, yaitu ikan paus (bersama Yunus), sampai ia mengeluarkan Yunus di pantai, dan memuntahkannya ke atas seolah-olah dia adalah anak yang baru lahir yang terawetkan sepenuhnya.[3]
Abu Hurairah meriwayatkan:
Dia dikeluarkan dalam keadaan telanjang, dan Allah menjadikan tumbuhan penutup (yaqtinah) untuk tumbuh di atasnya.
Kami berkata, “Wahai Abu Hurairah, apa tumbuhan penutup itu?”
Dia menjawab, “Pohon labu.”
Allah menyiapkan untuknya rusa betina dan hewan lain yang memakan rumput di bumi atau rerumputan yang lembut. Mereka akan berkeliaran di sekitarnya dan memuaskan dahaganya dengan susu mereka setiap sore dan pagi sampai dia tumbuh.[4]
Beberapa Hadis Nabi
Hadis ini disampaikan oleh Ibnu Ishaq dalam Sirat Rasul Allah dengan latar belakang setelah sepuluh tahun turunnya wahyu pertama. Waktu itu Nabi Muhammad saw pergi ke kota Taif untuk mencari tahu apakah para pemimpin kota itu dapat mengizinkannya untuk berdakwah, ketimbang orang-orang di Makkah.
Namun sesampainya di sana beliau malah diusir oleh orang-orang kota tersebut. Setelahnya beliau kemudian berteduh di kebun milik Utbah dan Syaibah, dua orang anggota suku Quraisy. Mereka kemudian memerintahkan budak mereka, Addas, untuk menyajikan anggur kepadanya sebagai makanan.
Ibnu Ishaq meriwayatkan:
Ketika Utbah dan Syaibah melihat apa yang terjadi, mereka tergerak dengan belas kasihan dan memanggil seorang budak Kristen muda yang bernama Addas dan menyuruhnya untuk mengambil seikat buah anggur di atas piring dan memberikannya kepada beliau untuk dimakan.
Addas melakukannya, dan ketika Rasulullah meletakkan tangannya di piring beliau berkata, “Bismillah,” sebelum makan.
Addas melihat lebih dekat ke wajahnya dan berkata, “Demi Allah, ini bukan cara penduduk negeri ini berbicara.”
Rasulullah lalu bertanya, “Lalu engkau dari negari mana, wahai Addas? Dan apa agamamu?”
Dia menjawab bahwa dia adalah seorang Kristen dan berasal dari Niniwe.
“Dari kota orang yang saleh, Yunus bin Mattal,” kata Rasulullah.
“Tapi, bagaimana engkau dapat tahu tentangnya?” tanya Addas.
“Dia adalah saudaraku, dia adalah seorang nabi dan aku juga seorang nabi,” jawab Rasulullah.
Addas menunduk kepadanya dan mencium kepala, tangan, dan kakinya.
Kedua bersaudara itu melihat dan salah satunya berkata kepada yang lainnya, “Dia sudah mencemari budakmu!”
Dan ketika Addas kembali, mereka berkata kepadanya, “Dasar bajingan, mengapa engkau mencium kepala, tangan, dan kaki orang itu?”
Dia menjawab bahwa dia adalah orang terbaik di negeri ini yang telah memberitahunya hal-hal yang hanya bisa diketahui oleh seorang nabi.
Mereka menjawab, “Dasar bajingan, jangan biarkan dia merayumu dari agamamu, karena itu (agama Kristen) lebih baik dari agamanya.”[5]
Dalam hadis lainnya, Ibnu Katsir dalam Qisas Al-Anbiya meriwayatkan, bahwa Nabi bersabda, “Tidak sepatutnya seorang hamba berkata aku lebih baik dari Yunus bin Matta.” (HR Bukhari No.3144)[6] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan kaki:
[1] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume IV, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Moshe Perlmann (State University of New York Press: New York, 1987), hlm 165.
[2] Ibid.
[3] Ibid., hlm 165-166.
[4] Ibid., hlm 166.
[5] Ibnu Ishaq, Sirat Rasul Allah, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh A Guillaume, The Life of Muhammad (Oxford University Press: Karachi, 1967), hlm 193.
[6] Ibnu Katsir, Qisas Al-Anbiya, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Muhammad Mustapha Geme’ah (Darussalam: Riyadh, e-book version), Chapter 11, Yunus.