Mozaik Peradaban Islam

Kisah Tentang Adam (12): Qabil dan Habil (2)

in Studi Islam

Last updated on August 13th, 2018 01:13 pm

“Korban dari Qabil tidak diterima. Suatu hari, Qabil mendatangi Habil ketika dia menggembalakan ternak kecilnya di gunung dan tertidur. Dia mengangkat batu besar dan menghantam kepala Habil.”

–O–

Melanjutkan riwayat dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan beberapa sahabat Nabi lainnya dari artikel sebelumnya:

“Ketika Adam pergi, Qabil dan Habil mempersembahkan korban. Qabil selalu membanggakan bahwa dirinya lebih baik daripada Habil, mengatakan: ‘Aku lebih pantas baginya, karena dia adalah adikku, aku lebih tua darimu, dan aku adalah pewaris (wasi) ayahku.’ Untuk pengorbanan mereka, Habil mempersembahkan seekor domba muda gemuk, dan Qabil membawa setumpuk buah jagung. Setelah menemukan ikatan besar, Qabil menguliti dan memisahkannya. Api turun dari surga. (Api) itu menghabiskan korban dari Habil dan membiarkan (korban) dari Qabil.

“Kemudian Qabil marah dan berkata: ‘Aku akan membunuhmu untuk mencegahmu menikahi saudara perempuanku.’ Habil berkata: ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh apabila engkau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.’ Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya.[1]

“Qabil kini mencari Habil untuk membunuhnya, dan Habil muda mencoba melarikan diri darinya ke puncak gunung. Tapi suatu hari, Qabil mendatangi dia ketika dia menggembalakan ternak kecilnya di gunung dan tertidur. Dia mengangkat batu besar dan menghantam kepala Habil dengan itu. Lalu dia mati. Qabil membiarkannya terbaring dengan telanjang, tidak mengetahui tentang penguburan.

Ilustrasi Qabil dan Habil. Photo: Quora

“Allah SWT lalu mengirim dua burung gagak yang merupakan saudara, dan mereka berkelahi satu sama lain. Ketika yang satu membunuh yang lain, dia menggali lubang untuknya dan menutupinya dengan tanah. Ketika Qabil melihat itu, dia berkata: ‘Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’[2] Inilah (maksudnya) firman Allah: ‘Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya….’[3] Ketika Adam kembali, dia menemukan bahwa putranya telah membunuh saudaranya sendiri.”

Kisah di atas (dipertimbangkan) merupakan penjelasan dari firman Allah dalam Q.S Al-Ahzab Ayat 72 yang berbunyi: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” yang maksudnya adalah merujuk kepada Qabil yang bersedia untuk menerima tugas dari Adam, tapi kemudian dia malahan tidak menjaga keluarganya.

Sementara itu, dalam riwayat versi lainnya mengatakan bahwa alasan Qabil membunuh Habil adalah ketika Hawa melahirkan dua anak pada setiap kehamilan, yakni satu laki-laki dan satu perempuan. Dan ketika anak laki-laki mencapai pubertas, Adam akan menikahkannya dengan anak perempuan yang dilahirkan dari kehamilan lain yang lebih awal. Qabil, bagaimanapun, menginginkan saudara kembarnya, dan tidak ingin Habil memilikinya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Juraij dari Abdullah bin Usman bin Khuthaim:

“Aku pergi bersama Sa’id bin Jubair untuk melakukan (ritual) pelemparan kerikil (di Mina). Dia mengenakan tudung dan bersandar di lenganku. Ketika kami menghadap rumah besar Samurah al-Sawwaf, dia berhenti dan memberi tahu aku tentang riwayat dari Ibnu Abbas: ‘Seorang wanita dilarang menikahi saudara kembarnya, dan saudara laki-laki (dari kehamilan) lainnya yang seharusnya menikahinya. Dalam setiap kehamilan, seorang pria dan seorang wanita biasa dilahirkan. (Lalu biasanya ketika) seorang pria tampan dilahirkan, dan seorang wanita jelek dilahirkan. Saudara laki-laki dari wanita jelek itu berkata (kepada saudara laki-laki wanita cantik): ‘Biarkan aku menikahi saudara perempuanmu, dan aku akan menikahkan saudara perempuanku dengan engkau.’ (Saudaranya) berkata: ‘Tidak! Aku lebih layak bagi saudara perempuanku.’

“Lalu mereka mempersembahkan korban. Yang dengan domba jantan diterima, sedangkan yang dari petani tidak. Kemudian (saudara yang muda) dibunuh (oleh yang tua). Domba jantan itu tetap ditahan bersama Allah sampai Dia melepaskannya sebagai tebusan untuk Ishak. Dia (saudara yang lebih tua) membantainya di atas batu karang ini di Thabir,[4] di rumah Samurah al-Sawwaf, yang berada di sebelah tangan kananmu ketika kau melempar kerikil.” (PH)

Bersambung ke:

Kisah Tentang Adam (13): Qabil dan Habil (3)

Sebelumnya:

Kisah Tentang Adam (11): Qabil dan Habil (1)

Catatan:

Seluruh artikel ini merupakan penceritaan ulang dari buku Al-Ṭabari, Taʾrīkh al-Rusūl wa al-Mulūk: Volume 1, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Franz Rosenthal (State University of New York Press: New York, 1989), hlm 308-310. Adapun informasi lainnya dicantumkan dalam catatan kaki.

Catatan Kaki:

[1] Lihat Q.S Al-Ma’idah Ayat 27-30.

[2] Lihat Q.S Al-Ma’idah Ayat 31.

[3] Lihat Q.S Al-Ma’idah Ayat 31.

[4] Salah satu bukit di Mekah, dekat dengan Mina.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*