Mozaik Peradaban Islam

Kisah Tentang Adam (13): Qabil dan Habil (3)

in Studi Islam

Last updated on August 14th, 2018 12:08 pm

“Kisah mengenai Adam dan kedua putranya, Qabil dan Habil, tidak hanya ada di dalam tradisi Islam saja. Orang-orang sebelum Islam pun, yakni para Ahli Kitab juga mempunyai versinya sendiri tentang kisah mereka, yang mana beberapa kisahnya sama/mirip, sementara pada bagian lain ada juga perbedaan.”

–O–

Berikut ini adalah riwayat dari Muhammad bin Ishaq yang dia dapat dari para Ahli Kitab Taurat:

“Adam telah bersetubuh dengan Hawa sebelum dia melakukan dosa (makan dari pohon terlarang). Dia melahirkan putranya, Qabil dan saudara kembarnya. Dia tidak mengalami idam (ngidam) atau pun kesakitan (ketika dia hamil) dengan mereka ataupun merasa sakit ketika melahirkan mereka. Dia juga tidak melihat ada darah sehubungan dengan mereka (ketika melahirkan) karena kemurnian surga.

“Ketika, setelah melakukan ketidaktaatan dengan makan dari pohon, Adam dan Hawa jatuh ke bumi dan (ketika) sudah merasa aman di sana, Adam bersetubuh dengan Hawa, dan dia hamil dengan Habil dan saudara kembarnya. Dia mengidam dan sakit ketika dia hamil dengan mereka, dan merasa sakit saat melahirkan mereka, dan dia melihat darah dalam hubungannya dengan mereka (ketika melahirkan).

“Hawa diriwayatkan hanya melahirkan anak kembar saja, satu laki-laki dan satu perempuan, dan dalam dua puluh kehamilan, dia melahirkan dari sulbi Adam sebanyak empat puluh anak-anak, laki-laki dan perempuan. Setiap laki-laki di antara mereka akan menikahi saudara perempuannya yang dia inginkan, kecuali saudara kembarnya sendiri yang lahir bersama dengannya; dia tidak diizinkan untuk menikah dengannya. Pria dapat menikahi saudara perempuannya pada saat itu, karena tidak ada wanita lain kecuali saudara perempuan dan ibu mereka, Hawa.”

Lukisan karya Phillip Medhurst, yang merupakan ilustrasi Qabil dan Habil ketika mengajukan korban kepada Allah, yang diadaptasi dari Kitab Kejadian (Genesis) 4: 3-7.

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishaq dari beberapa pendeta Ahli Kitab Taurat yang berpengetahuan:

“Adam memerintahkan putranya Qabil untuk menikahkan saudara kembarnya dengan Habil, dan dia memerintahkan Habil untuk menikahkan saudara kembarnya dengan Qabil. Habil senang dan setuju, tetapi Qabil menolak, tidak menyukai (ide ini), karena dia menganggap dirinya terlalu baik untuk saudara perempuan Habil. Dia menginginkan saudaranya sendiri dan tidak ingin Habil memilikinya.

“Dia berkata: ‘Kami dilahirkan di Surga, dan mereka lahir di bumi. Aku lebih pantas bagi saudara perempuanku,’ – Beberapa pendeta dari Ahli Kitab Taurat mengatakan: ‘Tidak diragukan lagi, saudara perempuan Qabil adalah salah satu manusia yang tercantik, dan Qabil iri ke saudaranya (Habil) dan menginginkannya (saudara kembarnya) untuk dirinya sendiri.’ Wallahu a’lam.

“Ayahnya sekarang berkata kepadanya: ‘Nak, dia tidak diizinkan untukmu.’ Namun, Qabil menolak menerima kata-kata ayahnya. Maka ayahnya berkata kepadanya: ‘Baiklah, Nak, ajukan pengorbanan, dan biarkan Habil saudaramu mengajukan (korban juga)! Siapa yang persembahannya diterima oleh Allah paling pantas baginya.’ Qabil bertanggung jawab atas penaburan, dan Habil bertanggung jawab atas penggembalaan. Oleh karena itu, Qabil mempersembahkan tepung, sementara Habil mempersembahkan beberapa domba sulung — Beberapa mengatakan: ‘Dia mempersembahkan sapi – Allah mengirim api putih yang menghabiskan korban dari Habil, meninggalkan (korban) yang dari Qabil.’

“Dengan cara ini, penerimaan persembahan kepada Allah biasanya ditunjukkan. Ketika Allah menerima persembahan Habil, menunjukkan keputusan bahwa saudara perempuan Qabil dimaksudkan untuk Habil, Qabil menjadi marah. Keangkuhan (untuk) mendapatkan yang lebih baik baginya, dan Setan mendapatkan penguasaan atas dirinya. Dia mengikuti saudaranya, Habil yang sedang bersama gembalanya, dan membunuhnya. Kisah Qabil dan Habil diceritakan oleh Allah kepada Muhammad di dalam al-Qur’an, mengatakan: ‘Ceritakanlah kepada mereka (para Ahli Kitab) kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka,’[1] sampai dengan akhir cerita.

“Ketika Qabil membunuh Habil, dia kebingungan karena dia tidak tahu bagaimana menyembunyikannya, karena ini adalah pembunuhan pertama di antara anak-anak Adam. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: ‘Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’ Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.[2]

“Para Ahli Kitab Taurat mengira bahwa ketika Qabil membunuh saudaranya Habil, Allah berkata kepadanya: ‘Di mana saudaramu Habil?’ Qabil menjawab: ‘Aku tidak tahu. Aku bukan penjaganya.’ Lalu Allah berkata kepadanya: ‘Suara darah adikmu memanggil-Ku dari bumi. Sekarang engkau dikutuk dari bumi yang membuka mulutnya untuk menerima darah saudaramu dari tanganmu. Jika engkau mengolah bumi, itu tidak akan lagi memberimu hasil panennya, dan akhirnya, engkau akan menjadi buruan yang melarikan diri di bumi.’

“Qabil berkata: ‘Dosaku terlalu besar bagi-Mu untuk mengampuni. Hari ini, Engkau telah mengusirku dari muka bumi (dan aku akan tetap merahasiakan) dari hadapan-Mu dan menjadi buruan yang melarikan diri di bumi. Semua orang yang bertemu denganku akan membunuhku.’ Allah berkata: ‘Ini tidak demikian. Dia yang membunuh seseorang tidak akan dibalas tujuh kali lipat, tetapi dia yang membunuh Qabil akan diberi balasan tujuh (kali lipat).’ Allah menaruh tanda pada Qabil sehingga orang-orang yang menemukannya tidak akan membunuhnya, dan Qabil pergi dari hadapan Allah (dan menetap) di sebelah timur Taman Eden.” (PH)

Bersambung ke:

Kisah Tentang Adam (14): Qabil dan Habil (4)

Sebelumnya:

Kisah Tentang Adam (12): Qabil dan Habil (2)

Catatan:

Seluruh artikel ini merupakan penceritaan ulang dari buku Al-Ṭabari, Taʾrīkh al-Rusūl wa al-Mulūk: Volume 1, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Franz Rosenthal (State University of New York Press: New York, 1989), hlm 310-312. Adapun informasi lainnya dicantumkan dalam catatan kaki.

Catatan Kaki:

[1] Lihat Q.S Al-Ma’idah Ayat 27.

[2] Q.S Al-Ma’idah Ayat 31.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*