Mozaik Peradaban Islam

Kisah Tentang Adam (3): Masa Penciptaan

in Studi Islam

Last updated on August 2nd, 2018 01:10 pm

“Salman al-Farisi berkata: ‘Allah SWT membuat tanah liat Adam berfermentasi selama empat puluh hari dan kemudian menyatukannya dengan tangan-Nya sendiri. Bagiannya yang baik keluar dari tangan kanan Allah, dan bagiannya yang buruk dari kiri Allah.’”

–O–

Photo ilustrasi: thewordout.net

Melanjutkan pembahasan dari artikel sebelumnya mengenai masa fermentasi Adam dari para periwayatnya, berikut ini adalah kelanjutannya:

Ketiga, Salman al-Farisi:

“Allah SWT membuat tanah liat Adam berfermentasi selama empat puluh hari dan kemudian menyatukannya dengan tangan-Nya sendiri. Bagiannya yang baik keluar dari tangan kanan Allah, dan bagiannya yang buruk dari kiri Allah. Allah SWT lalu mengusap tangan-Nya satu dengan yang lain dan mencampur keduanya (baik dan buruk). Itulah mengapa yang baik muncul dari yang buruk, dan yang buruk dari yang baik (dalam susunan manusia).”

Keempat, Ibnu Ishaq:

Dikatakan – Allah SWT tahu yang terbaik! – Allah SWT menciptakan Adam, lalu meletakkan dia dan memandangnya selama empat puluh hari sebelum meniupkan roh ke dalam dirinya, sampai dia menjadi salsal seperti tanah liat tembikar yang tak tersentuh api. Ketika, setelah periode itu di mana Adam adalah salsal seperti tanah liat tembikar, Allah SWT berkehendak meniupkan roh ke dalam dirinya, Dia menghampiri para malaikat dan berkata kepada mereka: ‘Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.’[1]

 

Roh Ditiupkan Melalui Kepala

Ketika Allah SWT meniupkan roh ke dalam Adam, roh masuk kepada Adam melalui kepalanya, seperti yang dikatakan oleh para ulama pendahulu. Berikut ini adalah riwayatnya:

Pertama, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan beberapa sahabat Nabi:

“Pada saat Allah SWT hendak meniupkan roh ke dalam Adam, Dia berkata kepada para malaikat: ‘Ketika aku meniup sebagian roh-Ku ke dalam dia, bersujudlah dirimu kepada dia!’ Sekarang, setelah Dia meniup roh ke dalam dirinya, dan roh itu memasuki kepalanya, Adam bersin. Para malaikat berkata: ‘Katakanlah: ‘Segala puji bagi Allah’[2],’ dan dia melakukannya (bersujud).

Lalu Allah SWT berkata kepadanya: ‘Semoga Tuhanmu menunjukkan belas kasihan kepadamu!’ Ketika roh memasuki matanya, dia melihat buah-buah Firdaus, dan ketika (roh) itu memasuki perutnya, dia menginginkan makanan. Jadi dia melompat, sebelum roh itu mencapai kakinya, dalam ketergesa-gesaannya untuk mendapatkan buah surga. Inilah (yang dimaksud) ketika Allah SWT berkata: ‘Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.’[3]

‘Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu.’[4] ‘ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.’[5] Lalu Allah SWT berkata kepada Iblis: ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ – kepada apa yang Aku ciptakan dengan tangan-Ku sendiri – Menjawab iblis: ‘Aku lebih baik daripadanya,’[6] aku bukan yang bersujud kepada manusia yang telah Engkau ciptakan dari tanah liat. Karena itu Allah SWT berkata kepadanya: ‘Turunlah engkau dari surga itu! Karena engkau sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Maka keluarlah! Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang hina.’[7]

Kedua, Ibnu Abbas:

“Ketika Allah SWT meniupkan sebagian roh-Nya kepadanya – ke dalam Adam – itu melalui kepalanya. Ketika roh Allah mulai bergerak di dalam tubuh Adam, dia menjadi daging dan darah. Ketika roh yang ditiup mencapai pusarnya, dia melihat tubuhnya, dan senang melihat keindahannya. Dia berusaha bangkit tetapi tidak bisa. Ini (yang dimaksud dengan) firman Allah: ‘Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.’[8]

Dia berkomentar (tentang ketergesa-gesaan Adam): ‘Menderita, dengan ketidaksabaran terhadap baik keberuntungan maupun ketidakberuntungan.’ Ketika roh yang ditiup itu benar-benar menyelimuti tubuhnya, dia bersin dan berkata, dengan ilham ilahi: ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam!’[9]

Allah SWT berkata: ‘Semoga Tuhanmu menunjukkan belas kasihan kepadamu, Adam!’ Kemudian Dia berkata kepada malaikat-malaikat tertentu yang bersama Iblis, bukan mereka yang berada di surga: ‘‘Sujudlah kalian kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur,’[10] karena kesombongan dan merasa paling penting yang berasal dari jiwanya. Iblis berkata: ‘Aku tidak akan bersujud, karena aku lebih tua dan lebih baik daripada dia, dan juga secara fisik lebih kuat. Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah,’[11] yang berarti bahwa api lebih kuat dari tanah.

Ketika Iblis menolak untuk bersujud, Allah SWT membuatnya susah (ablasahu),[12] yaitu, Dia melenyapkan harapan baginya untuk mencapai sesuatu yang baik dan menjadikannya sebagai setan yang dirajam sebagai hukuman atas ketidaktaatannya.[13]” (PH)

Bersambung ke:

Kisah Tentang Adam (4): Diajari Nama-nama (1)

Sebelumnya:

Kisah Tentang Adam (2): Asal-Usul Nama Adam

Catatan:

Seluruh artikel ini merupakan penceritaan ulang dari buku Al-Ṭabari, Taʾrīkh al-Rusūl wa al-Mulūk: Volume 1, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Franz Rosenthal (State University of New York Press: New York, 1989), hlm 262-265. Adapun informasi tambahan lainnya dicantumkan dalam catatan kaki.

Catatan Kaki:

[1] Q.S Sad Ayat 72.

[2] Menurut al-Tabari, ini merujuk kepada Q.S Al-Fatihah Ayat 2: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

[3] Lihat Q.S Al-Anbiya Ayat 37: “Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.”

[4] Q.S Al-Hijr Ayat 30-31.

[5] Lihat Q.S Al-Baqarah Ayat 34: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

[6] Lihat Q.S Al-A’raf Ayat 12: Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Aku lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.”

[7] Q.S Al-A’raf Ayat 13.

[8] Lihat Q.S Al-Anbiya Ayat 37.

[9] Q.S Al-Fatihah Ayat 2.

[10] Lihat Q.S Al-Baqarah Ayat 34.

[11] Lihat Q.S Al-A’raf Ayat 12 dan Sad Ayat 76.

[12] Ulama Arab secara alami menghubungkan Iblis dengan akar kata “ablasa”, yang artinya diindikasikan kepada “membuat seseorang putus asa, atau untuk menghilangkan harapan seseorang.”

[13] Menurut al-Tabari, ini adalah penafsiran atas Q.S Baqarah Ayat 30 dan 34.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*