Mozaik Peradaban Islam

Kutukan Minyak bagi Timur Tengah (1): Penemuan Awal

in Monumental

Last updated on July 17th, 2018 01:11 pm

“George Reynolds, seorang pria Inggris mencium bau belerang yang kuat di Persia pada tahun 1908, dia tahu, di bawah permukaan tanah itu mengandung minyak bumi yang sangat besar. Awal dari sebuah bencana bagi Timur Tengah.”

–O–

Di era modern ini, sulit bagi siapapun dan pada tingkatan manapun untuk tidak mengaitkan minyak dengan Timur Tengah, baik besar maupun kecil. Kenapa minyak menjadi begitu penting bagi Timur Tengah? Jawabannya sederhana, karena sejak ditemukan di sebuah tempat yang bernama Persia pada tahun 1908, minyak telah memiliki dampak yang sangat besar pada wilayah Timur Tengah. Tidak ada faktor lain selain minyak yang memiliki tingkatan pengaruh yang sama – baik ataupun buruk – di wilayah ini dalam lebih dari 100 tahun terakhir.[1]

 

Penemuan George Reynolds

Pada tanggal 26 Mei 1908, seorang pria bernama George Reynolds, seorang ahli perminyakan yang berpengalaman, mencium bau belerang yang kuat. Seluruh area perkemahan tempat dia bersama timnya melakukan eksplorasi, diliputi oleh baunya. Dia tahu, ketika ditemukannya bau belerang, maka itu adalah merupakan tanda bahwa di sana pasti ada gas alam. Di mana ada gas, minyak seringkali berada di bawahnya. Reynolds tidak bisa menahan kegembiraannya, dia menginstruksikan anak buahnya untuk terus melakukan pengeboran.

George Reynolds (kiri), yang memimpin tim eksplorasi D’Arcy di Persia, berada di dekat Masjed Soleyman dengan dua asistennya. Photo: bp.com

Pada waktu itu Reynolds dan timnya sedang melakukan eksplorasi di Persia, mereka melakukan pengeboran di dekat sebuah kota yang bernama Parsomash (sekarang bernama Masjed Soleyman, berada di Iran) di daerah Pegunungan Zagros. Mulai dari utara Iran sampai ke Kurdistan Irak, Pegunungan Zagros membentang sejauh hampir sekitar 1600 km, kurang lebih mengikuti garis perbatasan Iran-Irak, dan dari selatan menuju ke Selat Hormuz, di daerah Teluk.[2]

Untuk eksplorasi mereka, Reynolds dan timnya memiliki izin dari shah, atau raja setempat yang bernama Mozaffar ad-Din Shah dari Dinasti Qajar.[3] Tetapi kemudian mereka diperintahkan untuk berhenti bekerja seminggu sebelumnya oleh orang yang mendanai eksplorasi yang berbiaya tinggi ini. Bos mereka adalah seorang pria bernama William Knox D’arcy, sebelumnya dia mendapat kekayaan dari penambangan emas di Australia, namun kali ini dia berada di ambang kebangkrutan setelah mendanai eksplorasi selama delapan tahun yang tidak menghasilkan.

Investasi baru dari perusahaan Burmah Oil Co. telah menyelamatkan eksplorasi mereka dengan bantuan keuangan pada tahun 1904, tetapi tetap saja, pada saat itu eksplorasi belum menghasilkan apapun. Sementara itu, kekayaan pribadi D’Arcy benar-benar habis, dia juga beresiko kehilangan dua rumah dan mansion-nya di London. Para pekerja di Persia pun diberhentikan karena sudah tidak ada dana lagi.[4]

Selagi D’Arcy berada di London yang jauh dari Masjed Soleyman, Reynolds yang selalu optimis —dengan uang pinjaman dari orang lain — mengabaikan bosnya, dan dia terus mengebor. Seminggu kemudian, pada dini hari tanggal 26 Mei, bau belerang memenuhi perkemahan. Pada pukul 04.00 — pada kedalaman kurang dari 365 meter — Reynolds menemukan minyak. Air mancur emas hitam mulai berkeluaran dengan disinari cahaya fajar untuk pertama kalinya. Karena lokasinya yang terpencil, lima hari kemudian, ketika telegram kemenangannya mengirimkan kabar baik ke London, D’Arcy berkata, “Jika ini benar, semua kekhawatiran kita sudah berakhir.”

Penemuan sumur minyak pertama di Masjed Soleyman, Persia barat daya, ditemukan pada Mei 1908, sebuah penemuan komersial pertama di Timur Tengah. Photo: bp.com

Apa yang dikatakan D’Arcy memang benar, karena sebelumnya di bawah kesepakatan dengan Shah pada tahun 1901, yang dikenal sebagai Konsesi D’Arcy, orang Inggris ini memiliki — untuk 60 tahun ke depan — hak eksklusif untuk mengeksplorasi, mengebor, memproduksi, dan mengekspor minyak dari hampir seluruh wilayah Persia (tidak termasuk wilayahnya yang berbatasan dengan Rusia).

Sebagai imbalan atas konsesi ini, sebagai ganti atas izin eksplorasi dan penjualan hasil dari sebuah wilayah seluas hampir 800.000 km persegi – sebuah wilayah yang lebih besar dari gabungan Texas dan California di Amerika Serikat – Shah akan mendapatkan uang tunai sebesar £ 30.000, saham sebesar £ 30.000, dan perjanjian memperoleh 16 persen dari keuntungan tahunan. Bagi D’Arcy dan pemegang sahamnya – yang segera akan didominasi oleh pemerintah Inggris – itu merupakan kesepakatan terbesar pada abad ke-20.[5]

Setelah dia menemukan minyak, D’Arcy mendirikan Perusahaan Minyak Anglo-Persia, yang dikenal dengan sebutan APOC. Pada waktunya, APOC akan berganti nama menjadi British Petroleum (1954), dan kemudian menjadi BP (2000). Penawaran umum perdana sahamnya terjual habis dalam waktu hanya 30 menit di London. Sementara itu, di Glasgow, orang-orang berdiri dalam lima baris antrian di sekitar teller untuk membeli saham. Setelah penemuan itu, orang-orang dari seluruh dunia berlomba-lomba di seluruh wilayah Timur Tengah untuk menemukan wilayah-wilayah eksplorasi lainnya.[6]

D’Arcy bersama tim APOC-nya kemudian mulai bekerja dengan memasang saluran pipa dari Masjed Soleyman ke Abadan, awal Teluk Persia (sekarang berada di dekat perbatasan Iran-Irak). Kilang minyak APOC di Abadan akan menjadi yang terbesar di dunia dalam 50 tahun ke depan.[7](PH)

Bersambung ke:

Kutukan Minyak bagi Timur Tengah (2): Perang Dunia I

Catatan Kaki:

[1] Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), hlm 273.

[2] Ibid.

[3] “Moẓaffar od-Dīn Shāh”, dari laman https://www.britannica.com/biography/Mozaffar-od-Din-Shah, diakses 16 Juli 2018.

[4] Randy Alfred, “May 26, 1908: Mideast Oil Discovered — There Will Be Blood”, dari laman https://www.wired.com/2008/05/dayintech-0526/, diakses 16 Juli 2018.

[5] Eamon Gearon, Ibid., hlm 237-238.

[6] Randy Alfred, Ibid.

[7] Eamon Gearon, Ibid., hlm 238.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*