Mozaik Peradaban Islam

Megan Lovelady (3): Diusir dari Rumah

in Mualaf

Last updated on May 19th, 2019 07:40 am


Ibunda Megan yang Kristen, mengusirnya dari rumah ketika tahu Megan masuk Islam.

Megan Lovelady di hadapan karangan bunga untuk para korban penembakkan di Masjid Al Noor, Selandia Baru. Foto: Janneth Gill/Herald on Sundays

Dr Mustafa Farouk, Presiden Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru, kembali menjelaskan, setelah masuk Islam, para mualaf itu akan diajak untuk membaur dengan Muslim lainnya. Mereka akan diajak untuk mengunjungi masjid secara teratur, membaca, dan mempelajari agama Islam dalam bentuk yang paling murni, ketimbang yang sudah dipengaruhi oleh budaya atau kebangsaan tertentu.

Kebanyakan Kiwi[1] (sebutan untuk orang-orang Selandia Baru) tidak menyadari bahwa masjid adalah tempat terbuka dan semua orang disambut dengan hangat di sana, terlepas apapun keyakinan dan seburuk apapun (perilaku) mereka, kata Mustafa.

“Ketika sesuatu seperti (tragedi penembakan) terjadi, orang-orang bertanya, ‘Mengapa mereka berada di masjid dan mengapa mereka semua terbunuh?’ Mungkin inilah alasan lain mengapa orang begitu tertarik pada Islam saat ini.

“Semua masjid di seluruh negeri sangat sibuk dan telah mengalami peningkatan pengunjung yang signifikan. Aku harus mengatakan bahwa karena cara umat Islam menanggapi serangan itu, cara anggota keluarga memaafkan dan mencintai, itu memberi tahu penduduk betapa keyakinan kita adalah tentang cinta. Mereka pikir, ‘Mungkin kita perlu mencari tahu lebih banyak.’.”

Mustafa mengatakan bahwa umat Islam Selandia Baru cenderung tidak menyebarkan agamanya, atau mencoba untuk mengubah orang lain agar masuk Islam melalui dakwah. Jikapun dia diminta, Muslim biasanya hanya berbicara secara pribadi tentang kepercayaan mereka.

Bagi seorang wanita yang dibesarkan di negara Barat yang penduduknya kebanyakan non-Muslim, dan dengan banyaknya aturan baru yang mesti diikuti setelah masuk Islam, tentunya ada hal-hal yang Megan rindukan dari gaya hidup sebelumnya.

Ketika ditanya tentang itu Megan menjawab, “Es krim Rocky Road!” ujarnya dengan kencang. Rocky Road adalah salah satu produk dari perusahaan dagang Es Krim, Tip Top, yang berasal dari Selandia Baru.[2] “Ada marshmallow di dalamnya, yang mengandung gelatin yang tidak boleh dimakan oleh Muslim. Aku ditawari beberapa hari yang lalu, dan pada awalnya aku menjawab ya karena aku tidak tahu.”

“Apakah aku akan terbakar dalam api neraka karena aku tidak sengaja memakan es krim Rocky Road? Sama sekali tidak. Ini adalah tentang niat. Tapi bukan berarti juga engkau dapat seenaknya dan berkata, ‘Hei, aku akan makan es krim Rocky Road banyak-banyak.’

“Tetapi aku tahu bahwa dengan meninggalkan beberapa hal, seperti makan daging babi, itu artinya adalah mendatangkan lebih banyak berkah, dan bahwa terdapat banyak hal lainnya yang akan aku dapatkan sebagai akibatnya. Aku belum menemukan satu halpun (dalam Islam) yang benar-benar membuatku kecewa atau sesuatu yang tidak cocok dengan hidupku,” ujar Megan.

Ibunya, seorang yang dilahirkan Kristen, mengusir Megan dari rumah dan keluarganya ketika tahu Megan masuk Islam. Meski demikian, mereka kini berusaha memperbaiki hubungan mereka yang memburuk.  “Ibuku sedang belajar (menerima keadaannya) dan mencoba yang terbaik sambil tetap mempertahankan keyakinannya sendiri,” kata Megan.

Megan kini tinggal bersama saudara perempuannya, yang memiliki beberapa teman laki-laki dalam flatnya, yang mana ini cukup membuat Megan kesulitan, karena dengan keyakinannya sekarang, hanya saudara laki-lakilah yang boleh melihat bagian tertentu tubuhnya (aurat) dengan terbuka. “Kita benar-benar tidak seharusnya menghabiskan waktu sendirian dengan pria lain (bukan muhrim). Dan aku baru bisa melepaskan hijabku ketika semua orang telah tertidur,” kata Megan.

Megan kini tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun, namun dia yakin bahwa calon suaminya kelak adalah seorang Muslim. “Ketika aku menemukan pria yang ingin aku nikahi, dia akan mencintaiku karena pemikiranku. Dia tidak akan terlalu terobsesi dengan tubuhku,” kata Megan.[3]

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Kiwi sebenarnya adalah nama jenis burung yang berasal dari Selandia Baru. Kiwi telah menjadi lambang nasional negara Selandia Baru dari sejak awal tahun 1900-an. Seiring dengan berkembangnya waktu, Kiwi juga menjadi simbol patriotisme warga Selandia Baru. Kini, warga Selandia Baru, menyebut diri mereka sebagai Kiwi juga. Apabila dilacak lebih jauh ke belakang, Maori, suku asli Selandia Baru, menempatkan burung Kiwi dalam posisi yang tinggi dan terhormat, mereka menganggapnya sebagai Dewa Hutan, atau dalam bahasa Maori disebut ‘te manu huna a Tāne’. Lebih lengkap tentang Kiwi lihat Thalita Alves, “Why are New Zealanders Called Kiwis?”, dari laman https://theculturetrip.com/pacific/new-zealand/articles/why-are-new-zealanders-called-kiwis/, diakses 18 Maret 2019.

[2] Tip Top, “Rocky Road”, dari laman https://www.tiptop.co.nz/products/favourites/rocky-road.html, diakses 18 Maret 2019.

[3] Lana Hart, “My Conversion to Islam”, Herald on Sundays News Paper, 12 May 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*