Mozaik Peradaban Islam

Mushab bin Umair (12): Syahidnya al-Khair (1)

in Tokoh

Last updated on December 19th, 2019 03:09 pm

Demi melindungi Rasulullah, Mushab al-Khair membentenginya dari serangan musuh. Tangan kanannya yang memegang bendera pasukan Muslim ditebas hingga putus. Bendera dia pindahkan ke tangan kiri, ditebasnya juga tangan itu. Hingga bendera itu ditelungkupkan di dada dan lehernya.

Ilustrasi Perang Uhud, salinan dari Mustafa al-Darir’s Siyar-i Nabi (Sirah Nabawiyah): Vol 4, dibuat di Istanbul, Turki, sekitar tahun 1594.

Pada saat Perang Uhud berlangsung, pasukan Muslim yang jumlahnya lebih sedikit meraih keunggulan, mereka dapat mendesak pasukan Quraish Makkah. Hingga tinggal sedikit lagi saja pasukan Muslim akan mendapatkan kemenangan sepenuhnya, detasemen pemanah yang ditempatkan Rasulullah di atas bukit menjadi tidak sabar.

Peristiwa ini diriwayatkan oleh al-Bara bin Azib:

Nabi menunjuk Abdullah bin Jubair sebagai komandan pasukan infanteri (pemanah) yang berusia lima puluh tahun pada hari (Perang) Uhud.

Beliau (Nabi) memberi mereka perintah, “Jika kalian melihat kami disambar burung sekalipun, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu, kecuali jika ada utusanku yang datang kepada kalian. Jika kalian melihat kami dapat mengalahkan mereka, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu, hingga ada utusan yang datang ke tempat kalian.”

Kemudian orang-orang kafir dikalahkan. Demi Allah, aku melihat para wanitanya melarikan diri, mengangkat pakaian mereka, dan memperlihatkan gelang kaki dan kaki mereka.

Lalu, teman-teman (pasukan pemanah) Abdullah bin Jubair berkata, “Barang rampasan! Wahai orang-orang, barang rampasan! Sahabat-sahabatmu telah menjadi pemenang, tunggu apa lagi sekarang?”

Abdullah bin Jubair berkata, “Apakah kalian lupa apa yang dikatakan Rasulullah kepada kalian?”

Mereka menjawab, “Demi Allah! Kami akan pergi ke orang-orang itu (yaitu musuh) dan mengumpulkan bagian kami dari rampasan perang.”

Namun ketika mereka (pasukan pemanah) pergi ke mereka (musuh), mereka dikalahkan dan ditekan untuk kembali. Pada saat itulah Rasulullah di belakang memanggil mereka kembali. Hanya dua belas orang yang tetap bersama Nabi dan orang-orang kafir membunuh tujuh puluh orang dari kami.[1]

Kesempatan ini kemudian digunakan oleh Khalid bin al-Walid. Dengan cepat dia dan pasukannya mengambil jalan memutar hingga tiba di belakang pasukan Muslimin. Tentu saja Abdullah bin Jubair beserta pasukan pemanahnya yang tersisa tidak sanggup menghadapi Khalid dan pasukannya.

Setelah menghabisi Abdullah bin Jubair beserta pasukan pemanahnya, Khalid menyerang pasukan Muslim dari arah belakang dan pasukannya berteriak dengan suara yang sangat keras, sehingga orang-orang Quraish Makkah yang sudah hampir kalah dapat melihat babak baru dalam peperangan ini. Keadaan berbalik.

Saat pasukan Muslim terjepit, banyak di antara mereka yang melarikan diri. Ada yang lari kembali ke Madinah, ada yang lari ke atas gunung, dan sebagian lagi ada yang lari berbaur dengan pasukan Quraish. Dua pasukan ini menjadi saling bercampur baur dan sulit untuk dibeda-bedakan, sehingga tak jarang prajurit Muslim, karena salah sangka, menyerang prajurit Muslim lainnya.[2]

Pada saat inilah salah satu sahabat Nabi, Al-Yaman bin Jabir, ayah dari Hudzaifah bin al-Yaman tewas terkena hujaman pedang dari pasukan Muslim itu sendiri, mereka menyangka Al-Yaman bin Jabir adalah musuh.[3]

Baca juga:

Pasukan musuh lalu mulai mengepung Rasulullah, pada titik ini Rasulullah hampir kehilangan nyawanya. Beliau dihujani panah; dilempari batu; bahunya ditebas pedang, namun untungnya itu tidak sampai menembus jubah besinya; gigi serinya pecah; dan wajah beliau dipukuli hingga berdarah.[4]

Pada situasi kritis ini, beberapa sahabat yang melihat Rasulullah berlarian untuk melindungi Rasulullah, mereka adalah Abu Dujanah, Mushab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Sahl bin Hanif, Malik bin Sinan – ayah dari Abu Said al-Khudri, Ummu Ammarah, Nusaibah binti Kaab al-Maziniya, Qatadah bin an-Numan, Umar bin Khattab, Hatib bin Abu Baltaah, dan Abu Thalhah.[5]

Mushab bin Umair bertempur dengan gencar, melindungi Nabi SAW dari serangan Ibnu Qamiah dan rekan-rekannya. Sementara bendera perang ada di tangan kanannya, mereka dapat menyabetkan pedang ke tangannya hingga putus. Lalu dia membawa bendera itu di tangan kirinya. Dia terus bertahan menghadapi orang-orang kafir hingga mereka dapat menyabet tangan kirinya hingga putus.

Lalu bendera itu ditelungkupkan di dada dan lehernya hingga dia terbunuh. Yang membunuhnya adalah Ibnu Qamiah. Karena dia mengira Mushab adalah Rasulullah SAW, maka dia langsung berbalik ke arah orang-orang musyrik setelah dapat membunuhnya, lalu berteriak, “Muhammad telah terbunuh!”[6] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Diriwayatkan dalam hadis Bukhari (Vol 4, Juz 52, No. 275), dikutip dari http://cmje.usc.edu/religious-texts/hadith/bukhari/052-sbt.php, diakses 17 Desember 2019.

[2] Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, terjemahan ke bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm 343-344.

[3] Hakim (Vol.3, hlm 202), dalam Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, The Lives of The Sahabah (Vol.1), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Mufti Afzal Hossen Elias (Zamzam Publisher: Karachi, 2004) hlm 505

[4] Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, Op.Cit., hlm 347-348.

[5] Za’d Al-Ma’ad (Vol 2, hlm 97), dikutip dalam Saifur Rahman Al-Mubarakfuri, Ar-Raheeq Al-Makhtum (The Sealed Nectar): Biography of the Prophet (Darussalam: 2002), E-book version, chapter The Battle of Uhud.

[6] Ibnu Hisham, Sirah an-Nabawiyah (Vol 2, hlm 73) dan Za’d Al-Ma’ad (Vol 2, hlm 97), dikutip dalam Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, Op.Cit., hlm 353.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*