Pemimpin Anshar berkata, “Demi Allah! Jika bukan karena hubungan antara kau dan aku, engkau tidak akan pernah berpikiran untuk melakukan hal ini. Engkau berani memperkenalkan ke daerah kami sesuatu yang kami benci!”
Usaid kemudian mengambil tombaknya dan pergi ke tempat di mana Saad bin Muadz dan orang-orangnya duduk dalam sebuah pertemuan. Ketika Saad bin Muadz melihat Usaid mendekat, dia berkata, “Aku bersumpah demi Allah bahwa Usaid datang kepada kalian dengan raut muka yang sangat berbeda dibandingkan ketika dia meninggalkan kalian.”
Ketika Usaid tiba di pertemuan itu, Saad bertanya, “Apa yang telah engkau lakukan?”
Usaid menjawab, “Aku telah berbicara dengan kedua orang itu (Mushab bin Umair dan Asad bin Zurarah) dan tidak melihat ada yang salah dengan apa yang mereka katakan. Aku juga telah melarang mereka terhadap apa yang mereka kerjakan (berdakwah) dan mereka mau melakukan apa yang aku minta.
“Aku juga mendapati bahwa suku Bani Haritsah telah berangkat untuk membunuh Asad bin Zurarah karena mereka telah mengetahui bahwa dia adalah sepupumu dan dengan demikian (mereka) ingin menghinamu.”
Khawatir akan berita yang sampai kepadanya tentang Bani Haritsah, Saad bin Muadz dipenuhi amarah. Dia berdiri dan dengan cepat meraih sebuah tombak sambil mengatakan, “Demi Allah! Engkau tidak berbuat apa pun!”
Dia kemudian pergi menemui Asad dan ketika dia melihat Asad dan Mushab duduk dengan tenang, dia menyadari bahwa Usaid memang menginginkan dia untuk mendengarkan mereka. Dia lalu berdiri di hadapan mereka berdua dan bersumpah serapah.
Dia berkata kepada Asad, “Wahai Abu Umamah! Demi Allah! Jika bukan karena hubungan (sebagai sepupu) antara kau dan aku, engkau tidak akan pernah berpikiran untuk melakukan hal ini. Engkau berani memperkenalkan ke daerah kami sesuatu yang kami benci!”
Sebelum dia sampai, Asad telah berkata kepada Mushab, “Wahai Mushab! Demi Allah! Inilah dia datang, pemimpin dari semua orang yang berada di belakangnya. Jika dia mengikutimu, tidak ada dua orang pun di kaumnya yang tidak akan mengikutinya.”
Mushab berkata kepadanya, “Maukah engkau duduk dan mendengarkan sebentar saja? Jika engkau menyukai apa yang engkau dengar, engkau boleh menerimanya. Jika tidak, kami akan berhenti melakukan apa yang engkau tidak sukai.”
Saad berkata, “Itu adalah usulan yang adil.”
Dia kemudian meletakkan tombaknya ke tanah dan duduk. Mushab kemudian berbicara kepadanya tentang Islam dan membacakan Alquran kepadanya. Salah satu periwayat dengan nama Musa bin Aqba mengatakan bahwa Mushab membacakan awal Surat az-Zukhruf.
Mushab dan Asad dapat mengatakan bahwa dilihat dari raut dan kelembutan yang mereka lihat pada wajah Saad, mereka tahu bahwa dia telah menerima Islam bahkan sebelum dia dapat menyatakannya.
Saad berkata, “Apa yang harus engkau lakukan ketika engkau ingin bergabung dengan jamaah agama ini?”
Mereka berkata kepadanya, “Mandilah, bersihkan dirimu dengan baik, bersihkan kedua pakaianmu (bagian atas dan bawah), ucapkanlah syahadat kebenaran dan lakukanlah salat.”
Saad lalu bangkit, mandi, mencuci pakaiannya, membaca syahadat dan kemudian berdiri untuk melakukan dua rakaat salat. Dia kemudian mengambil tombaknya dan kembali ke pertemuan kaumnya yang mana masih dibarengi oleh Usaid Bin Hudhair.
Ketika kaumnya melihat dia kembali, mereka berkata, “Kami bersumpah demi Allah bahwa Saad kembali kepadamu dengan raut muka yang sangat berbeda dibandingkan ketika dia meninggalkanmu.”
Ketika Saad sampai ke mereka, dia berkata, “Wahai Bani Abdil Ashhal! Bagaimana kalian menilai kedudukanku di antara kalian?”
Mereka menjawab, “Engkau adalah pemimpin kami, yang memiliki pendapat terbaik dan paling berpandangan jauh ke depan.”
Dia kemudian berkata, “Sekarang terlarang bagiku untuk berbicara dengan pria atau wanita di antara kalian sampai kalian seluruhnya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Sang periwayat berkata, “Demi Allah! Tidak ada pria atau wanita di antara suku Bani Abdil Ashhal yang tidak masuk Islam pada malam harinya.”
Asad dan Mushab kemudian kembali ke rumah Asad di mana Mushab terus menyeru orang-orang kepada Allah. Akhirnya, tidak ada satu pun keluarga Anshar yang bukan Muslim, baik pria atau pun wanitanya. Satu-satunya pengecualian adalah keluarga Bani Umayyah bin Zaid, orang-orang Khatma, Wa’il dan Waqif, yang semuanya berasal dari suku Aws.[1] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abi Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm dan banyak lainnya, sebagaimana dikutip dalam Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, The Lives of The Sahabah (Hayatus Sahabah) Vol.1, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Mufti Afzal Hossen Elias (Zamzam Publisher: Karachi, 2004) hlm 208-209.