Mozaik Peradaban Islam

Naser-e Khosraw (15): Basra

in Tokoh

Last updated on November 12th, 2019 07:12 am

Ketika Naser-e Khosraw tiba di Basra, karena perjalanan yang begitu berat, orang berilmu ini hampir telanjang dengan rambut panjang tidak terurus. Orang-orang meneriakinya sebagai orang gila, melempari batu, dan mengejarnya, sehingga dia mesti bersembunyi.

Foto Ilustrasi: Heath Cajandig/Flickr

Kota ini (Basra, sekarang berada di Irak-pen) memiliki tembok yang besar, kecuali pada bagian yang menghadap air, di mana tidak ada tembok. Air di sini semuanya rawa, Sungai Tigris dan Eufrat mengalir bersamaan di awal distrik Basra, dan ketika air Hawiza bergabung dengan pertemuan (persimpangan tempat bertemunya aliran air sungai), itu disebut Shatt-al-Arab.

Dari Shatt-al-Arab ini, dua saluran besar telah dipotong, di antara mulut yang memiliki jarak satu parasang[1] (sekitar 6 km-pen), mengalir ke arah kiblat sepanjang empat parasang (sekitar 23 km-pen), setelah itu mereka bertemu dan mengalir satu parasang lagi ke arah selatan.

Dari saluran-saluran ini, banyak kanal digali ke segala arah menuju ke kebun kurma dan buah-buahan. Dua saluran yang paling tinggi, yaitu, yang berada timur laut, disebut Nahr Ma’qel, sedangkan yang berada di barat daya disebut Nahr Obolla.

Kedua saluran ini membentuk “pulau” persegi panjang yang sangat besar, pada bagian sisi terpendeknya lah tempat di mana Basra berada. Di sebelah barat daya Basra adalah dataran terbuka yang tidak cocok baik untuk pemukiman maupun pertanian.

Ketika aku tiba,[2] sebagian besar kota itu hancur berantakan, bagian-bagian yang dihuni begitu tersebar, dengan jarak hingga setengah parasang (sekitar 3 km-pen) dari satu petak ke petak yang lainnya. Meskipun demikian, temboknya kuat dan terawat dengan baik, penduduknya banyak, dan penguasanya memiliki banyak penghasilan.

Pada waktu itu, Amir Basra adalah putra dari Aba Kalijar, sang Daylam[3], Raja Fars[4]. Wazirnya seorang Persia, yang bernama Abu Mansur Shahmardan.

Setiap hari ada tiga pasar di Basra: di pagi hari transaksi diadakan di tempat yang disebut Souk al-Khoza’a (Pasar suku Khoza’a); di tengah hari di Souk Othman (Pasar Othman); dan pada sore hari di Souk al-Qaddahin (Pasar pembuat batu api).

Mekanisme perdagangan di pasar adalah sebagai berikut: engkau menyerahkan apa pun yang engkau miliki ke penukar uang dan sebagai imbalannya mendapatkan draf (semacam surat pembayaran-pen); kemudian engkau membeli apa pun yang engkau butuhkan, memotong harga dari draf yang didapat dari si penukar uang. Tidak peduli berapa lama seseorang tinggal di kota, dia tidak akan pernah membutuhkan apa pun selain draf dari penukar uang.

Ketika kami tiba, kami telanjang dan melarat seperti orang gila, juga sudah tiga bulan sejak kami mencukur rambut kami. Aku ingin mandi untuk menghangatkan tubuh, cuacanya dingin dan pakaian kami compang-camping.

Adikku dan aku hanya mengenakan lungis tua dengan selembar kain kasar di punggung kami agar tidak kedinginan. “Dalam kondisi seperti ini siapa yang akan mengizinkan kita mandi?” tanyaku.

Oleh karena itu, aku menjual tas kecil di mana aku menyimpan buku-bukuku dan bungkusan beberapa dirham berkarat yang kemudian aku terima dalam selembar kertas (draf penukaran uang) untuk diberikan kepada petugas pemandian, (kami) berpikir bahwa dia mungkin akan memberi kami waktu sedikit lebih lama di pemandian untuk kami, agar kami dapat menghilangkan kotoran dari tubuh kami.

Ketika aku menyerahkan (draf) penukarannnya, dia memandang kami seolah-olah kami orang gila dan berkata, “Pergi dari sini! Orang-orang keluar dari kamar mandi (jangan menghalangi).” Karena dia tidak mengizinkan kami masuk, kami pergi dengan perasaan terhina dan terburu-buru.

Bahkan anak-anak yang bermain di sekitar pintu gerbang pemandian mengira kami sebagai orang gila dan, melempari batu dan berteriak, mengejar kami. Kami bersembunyi ke sebuah sudut dan merenung dengan takjub tentang perilaku dunia. (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Satu parasang setara dengan 3,5 mil. (Michael Wolfe)

[2] Naser-e Khosraw tidak menuliskan waktu tanggal kedatangannya di Basra, terakhir kali dia menuliskan tanggal adalah pada saat kedatangannya di Falaj pada 6 Juli 1051, selanjutnya dia melakukan perjalanan berbulan-bulan, dan dia mengatakan tinggal selama 9 bulan di Lahsa. Jadi, kemungkinan dia tiba di Basra pada musim dingin tahun 1052 atau 1053. (PH)

[3] Orang-orang Persia yang berasal dari daerah pegunungan Daylaman. Daylaman pada masa kini berada di Iran. (PH)

[4] Provinsi Fars, sekarang berada di Iran. (PH)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*