Mozaik Peradaban Islam

Negus (11): Mengislamkan Amr bin al-Ash

in Tokoh

Last updated on April 28th, 2020 02:11 pm

Amr bin al-Ash berkata, “Negus marah besar. Dia mengangkat tangan dan memukulkannya ke hidungku, aku mengira pukulan tersebut membuat hidungku pecah.”

Foto ilustrasi: Sola Rey

Keislaman Negus

Tentang keislaman Negus, secara umum riwayat menyatakan bahwa Negus pada akhirnya memeluk agama Islam yang dibawa oleh para kaum Muhajirin dari Makkah. Ibnu Hisyam meriwayatkannya dalam Sirah Nabawiyah, berkata bahwa Jakfar bin Muhammad berkata kepadaku dari ayahnya yang berkata:

Orang-orang Habasyah berkumpul kemudian berkata kepada Negus, “Sesungguhnya engkau telah meninggalkan agama kami dan masuk kepada agamanya (agama yang dibawa kaum Muhajirin – pen).”

Negus mengutus seseorang menemui Jakfar dan menyiapkan perahu-perahu untuk Muhajirin. Negus berkata, “Naiklah kalian ke dalam perahu-perahu tersebut, dan tetaplah berada seperti keadaan kalian. Jika aku kalah, pergilah kalian ke mana saja kalian sukai. Jika aku menang, tetaplah kalian di sini.”

Kemudian Negus menulis surat dan dalam suratnya dia bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Dia juga bersaksi bahwa Isa bin Maryam adalah hamba Allah, Rasul-Nya, Ruh-Nya, dan Kalimat-Nya yang Dia tiupkan kepada Maryam. Surat tersebut dia letakkan di baju luarnya di pundak kanan, kemudian dia menemui orang-orang Habasyah yang sedang berbaris untuknya.

Negus berkata, “Hai orang-orang Habasyah, bukankah aku orang yang paling berhak daripada kalian?”

Mereka menjawab, “Ya, betul!”

Negus berkata, “Bagaimana kalian melihat sejarah hidupku?”

Mereka menjawab, “Sejarah hidupmu adalah sejarah hidup yang paling baik.”

Negus berkata, “Kalau begitu, apa yang terjadi pada kalian?”

Mereka menjawab, “Engkau telah keluar dari agama kami dan meyakini bahwa Isa adalah hamba.”

Negus bertanya, “Apa yang kalian katakan tentang Isa?”

Mereka menjawab, “Isa adalah anak Allah.”

Negus berkata – sambil meletakkan tangannya di dadanya – bahwa dia bersaksi Isa adalah anak Maryam dan tidak lebih dari itu seperti yang tertulis dalam surat yang telah dia tulis. Orang-orang Habasyah pun menerimanya, lalu mereka berpaling dari hadapannya.

Hal di atas didengar Nabi Saw. Ketika Negus meninggal dunia, beliau mensalatinya dan memintakan ampunan untuknya.[1]

Mengislamkan Amr bin al-Ash

Setelah dia menyatakan keislamannya, Negus pun mengislamkan sebagian rakyatnya. Sebagai seorang Raja yang memiliki posisi cukup penting dalam konstelasi perdagangan global, keislaman Negus tentu memberi arti tersendiri bagi proses penyebaran Islam selanjutnya.

Bahkan sebagian kaum Quraisy yang dulunya berdiri menentang dakwah Nabi Muhammad Saw, mulai berpikir ulang tentang kebenaran ajaran Islam setelah mendengar keterangan dari Negus. Salah satunya yang cukup terkenal adalah kisah masuk Islamnya Amr bin al-Ash, yang kelak akan memainkan peran besar dalam sejarah peradaban Islam.

Ibnu Ishaq berkata, Yazid bin Abu Habib meriwayatkan kepadaku dari Rasyid mantan budak Habib bin Abu Aus At-Tsaqafi dari Habib bin Abu Aus, bahwa Amr bin al-Ash berkata:

Bahwa ketika kami meninggalkan Ahzab, suku-sukunya, setelah peristiwa perang Khandaq, aku bersama dengan beberapa orang Quraisy yang bisa diajak bermusyawarah dan mendengarkan pendapatku.

Aku berkata kepada mereka, “Demi Allah, kalian semua telah mengetahui, aku berpandangan bahwa persoalan Muhammad telah memuncak dan sangat sulit untuk bisa ditandingi. Aku memiliki suatu pandangan, bagaimana menurut kalian?”

Mereka bertanya, “Apa pendapatmu itu?”

Aku menjawab, “Menurut pandanganku, sebaiknya kita pergi ke tempat Negus dan menetap di sana bersamanya. Apabila Muhammad berhasil mengalahkan kaum kita, maka kita menetap di negeri Negus, karena kita lebih suka dikuasai Negus ketimbang dikuasai oleh Muhammad. Namun apabila kaum kita berhasil mengalahkan Muhammad, kita orang yang telah dikenal di kalangan mereka, maka hanya kebaikan yang akan kembali kepada kita.”

Mereka berkata, “Ini pendapat yang tepat.”

Aku berkata, “Jika demikian, kumpulkanlah hadiah untuk kita berikan kepada Negus.”

Barang istimewa yang selalu menjadi oleh-oleh khas dan istimewa dari daerah kami, dan paling kami sukai untuk dijadikan hadiah bagi Negus adalah kulit. Sebab itu, kami mengumpulkan kulit sebanyak-banyaknya, kemudian kami pun pergi ke sana.

Demi Allah, ketika kami berada di tempat Negus, tiba-tiba Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri datang ke sana yang sengaja dikirim oleh Rasulullah Saw untuk menanyakan tentang Jakfar dan sahabat-sahabatnya.

Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri masuk ke tempat Negus, tak lama kemudian dia pun keluar. Aku berkata kepada sahabat-sahabatku, “Inilah Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri, jika aku pergi menghadap Negus dan memintanya untuk memberikannya kepadaku, dia akan memperkenankannya dan aku bisa membunuhnya. Dan jika hal itu berhasil aku lakukan, orang-orang Quraisy akan tahu bahwa aku telah mewakili mereka membunuh utusan Muhammad.”

Aku pun segera masuk ke ruangan Negus dan sujud kepadanya sebagaimana biasa aku lakukan. Negus berkata, “Selamat datang sahabatku. Hadiah apa yang engkau bawa dari negerimu?”

Aku menjawab, “Ya, wahai Raja aku hadiahkan untukmu kulit yang sangat banyak.”

Kemudian aku dekatkan kulit tersebut kepadanya, dan dia pun mengaguminya dan terlihat senang dengannya.

Aku berkata, “Wahai Raja, sungguh baru saja kulihat seseorang keluar dari tempatmu yang tak lain adalah utusan musuh kami. Serahkanlah dia padaku untuk kami bunuh, karena dia telah membunuh tokoh-tokoh dan orang-orang pilihan di antara kami.”

Negus marah besar. Dia mengangkat tangan dan memukulkannya ke hidungku, aku mengira pukulan tersebut membuat hidungku pecah. Apabila bumi terbelah untukku saat itu, aku pasti masuk ke dalamnya karena takut akan kemarahannya.

Aku berkata, “Wahai Raja, demi Allah, jika aku tahu bahwa baginda Raja tidak menyukai permintaanku, pastilah aku tidak akan mengajukannya kepadamu.”

Negus bertanya, “Pantaskah engkau meminta padaku untuk memberikan padamu utusan orang yang didatangi Malaikat Jibril yang pernah datang kepada Nabi Musa, untuk kemudian engkau bunuh utusan itu?”

Aku berkata, “Wahai Raja, betulkah yang engkau katakan itu?”

Negus berkata, “Celakalah engkau wahai Amr, taatilah aku dan ikutilah Muhammad. Demi Allah, dia berada di atas kebenaran dan Allah pasti memenangkannya atas siapa saja yang menentangnya, sebagaimana Allah memberikan kemenangan kepada Musa atas Firaun dan bala tentaranya.”

Aku bertanya, “Maukah engkau membaiatku masuk Islam mewakilinya?”

Negus menjawab, “Ya.”

Kemudian Negus mengulurkan tangannya, lalu aku berbaiat kepadanya untuk masuk Islam. Setelah itu, aku menemui teman-temanku dengan pendapat yang berbeda dari sebelumnya. Akupun merahasiakan keislamanku….[2]

Amr bin al-Ash baru menyatakan keislamannya secara terbuka di hadapan Rasulullah Saw ketika menjelang Penaklukkan Makkah. Dia menghadap Rasulullah Saw bersama Khalid bin Walid. Khalid terlebih dahulu menyatakan keislamannya di hadapan Rasululullah, baru kemudian Amr bin al-Ash.[3] (AL)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Lihat, Sirah Nabawiah Ibn Hisyam (jilid 1), Fadhli Bahri, Lc (Penj), Jakarta, Batavia Adv, 2000, hal. 260

[2] Ibid, hal. 686-688

[3] Lihat, Ibn Katsir, Al-Sira Al-Nabawiyya; The Life of The Prophet Muhammad, Vol. III, Translated by Professor Trevor Le Gassick, The Center for Muslim Contribution to Civilization, hal. 193

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*