Mozaik Peradaban Islam

Pakistan (12): Merdeka

in Negara Islam

Last updated on January 6th, 2019 07:50 am

“Setelah dijajah Inggris sekitar dua abad lamanya dan melancarkan perlawanan untuk merebut kemerdekaan, status Pakistan dengan India bukan hanya berubah menjadi Negara Dominion, akan tetapi juga – lalu – masing-masing berhasil menjadi negara yang merdeka penuh. Namun, lantaran kuatnya semangat disintegrasi alih-alih integrasi dan kuatnya iklim pertikaian alih-alih perdamaian di antara mereka, maka bukan hanya disintegrasi, tetapi juga mereka acap bertikai satu sama lain.”

–O–

Sebelum berdiri sendiri sebagai negara sehingga terpisah satu sama lain, India dan Pakistan sama-sama berdiam pada satu kawasan jajahan Inggris Raya (Imperium Britania Raya). Menurut catatan sejarah Pakistan, negara ini memerdekakan diri dari penjajahan Inggris kemudian membentuk negara merdeka dan memisahkan diri dari India.

Secara ringkas, perjuangan kemerdekaan dan pembentukan negara Pakistan dimulai melalui Deklarasi Kemerdekaan pada 28 Januari 1933. Namun, Inggris tidak mau hengkang sekaligus tidak mau melepaskan wilayah jajahannya di anak benua India itu. Inggris masih saja bersikukuh dan dengan berbagai cara ingin menguasai Pakistan, sedangkan orang-orang Pakistan juga bersikukuh untuk meraih kemerdekaan, meski harus diperjuangan dengan berbagai model perlawanan, baik fisik maupun diplomasi. Akhirnya hubungan pertentangan Inggris versus Pakistan ini mereda pada 23 Maret 1940 seiring terjadinya resolusi hubungan Pakistan dengan Inggris.

Selanjutnya pada 14 Agustus 1947, Pakistan dijadikan negara Dominion. Keesokan harinya, 15 Agustus 1947, giliran India yang dijadikan negara Dominion. Dengan berstatus sebagai Negara Dominion, maka Pakistan dan India sama-sama menjadi negara yang merdeka dan berpemerintahan sendiri, namun masih menjadi bagian alias masih termasuk ke dalam anggota persemakmuran negara Inggris Raya. Dengan dibentuknya negara Dominion, maka penjajahan dan Kemaharajaan Britania pun bubar.

Namun, bukan hanya bertentangan dengan penjajah Inggris, Pakistan pun menjalin hubungan pertikaian dengan India. Oleh karena itu kelak ketika Inggris benar-benar hengkang, bukan hanya kelahiran Pakistan dan India diisi dengan berbagai ketegangan, melainkan juga hubungan di antara keduanya tampak bersifat konfliktual.

Akhirnya setelah perjuangan panjang yang dilakukan, maka pada 23 Maret 1956, Pakistan bukan hanya merdeka dan berpemerintahan sendiri, tetapi juga berhasil keluar dari status Dominion Inggris, sehingga ia berdiri sendiri sebagai negara yang merdeka penuh dengan nama baru, Republik Islam Pakistan. Sayangnya bukan hanya dalam perjuangan kemerdekaan, tetapi juga – terutama – dalam proses perpisahan Pakistan dengan India pun menimbulkan banyak korban jiwa.

Menurut sebuah versi, berpisahnya Pakistan dari bekas India Britania bukan hanya mengakibatkan 12,5 juta warganya mengungsi, tetapi juga diperkirakan menimbulkan banyak korban jiwa. Jumlah korban jiwa dalam peristiwa yang bersejarah namun tragis bagi kedua negara itu bervariasi. Dari angka beberapa ratus ribu jiwa hingga 1 juta jiwa.[1] Hal itu terjadi akibat lebih kuatnya iklim pertentangan alih-alih perdamaian dan lebih kuatnya semangat disintegrasi alih-alih semangat integrasi di antara mereka.

Singkat cerita, negara India pun lahir sebagai sebuah negara sekuler dengan penduduk mayoritas Hindu dan minoritas muslim yang besar, sementara Pakistan muncul sebagai sebuah negara – yang mula-mula tampak – sekuler dengan penduduk mayoritas Muslim yang sangat besar. Akhirnya, pasca mengalami dialektika yang cukup keras, model kenegaraan Pakistan pun diubah kembali menjadi sebuah Republik Islam[2] meski konstitusinya menjamin kebebasan beragama bagi rakyatnya.[3]

Segera pasca kemerdekaan mereka masing-masing, India dan Pakistan menjalin hubungan diplomatik. Namun, perpisahan yang penuh kekerasan dan korban jiwa dan banyak munculnya klaim teritorial terus membayangi hubungan mereka. Sejak merdeka, setidaknya kedua negara ini telah bertempur dalam tiga perang besar, satu perang yang tidak dideklarasikan, dan telah terlibat dalam banyak pertempuran bersenjata dan kebuntuan militer.

Tampaknya konflik di daerah Kashmir merupakan titik pusat dari seluruh konflik yang terjadi dengan pengecualian Perang India-Pakistan 1971 dan Perang Pembebasan Bangladesh yang mengakibatkan berpisahnya Pakistan Timur (kini Bangladesh) dari Republik Islam Pakistan. Sulit dimungkiri, alih-alih pembebasan dan perdamaian, pemisahan diri dan berdiri sebagai negara yang mandiri merupakan bukti nyata adanya ketidakcocokan dan kuatnya semangat disintegrasi Bangladesh dari Pakistan.

Selain bertikai di daerah dan saling berebut Kashmir, tampaknya konflik Pakistan versus India sejak menjelang dan pasca merdeka pun disebabkan dua faktor ini. Kesatu, tidak terbentuknya common consensus (kesepakatan bersama) di antara mereka, sehingga perbedaan terutama pandangan yang mempertentangkan sentimen keagamaan pun terjadi.

India yang didominasi penganut Hindu dan Pakistan yang didominasi penganut Islam bukan hanya memiliki keyakinan berbeda, tetapi juga pada suatu titik ekstrem tertentu acap mempertentangkan keyakinan masing-masing. Soal perbedaan, umat Hindu dengan umat Islam bukan hanya memiliki perbedaan, melainkan juga memiliki cukup amunisi untuk memertentangkannya.

Nuansa pertentangan tersebut bukan hanya berlangsung di tataran penduduk kelas bawah dan menengah, melainkan juga di tataran para elit Pakistan dengan India. Oleh karena itu, pertikaian melalui tangan-tangan elit di kedua negara itu bukannya tanpa basis konflik sama sekali, melainkan memang memiliki basis pertentangan di kalangan penduduk antar kedua negara.

Kedua, konflik pemikiran dan kepentingan di antara figur-figur pendiri dan pemimpin Pakistan dengan India. Meski saling respek, namun Mohammed Ali Jinnah yang dikenal sebagai pendiri Pakistan dan pemikirannya dipengaruhi Mohammed Iqbal, pernah terlibat pertentangan dengan Mahatma Gandhi pendiri India. Secara rinci, Jinnah tidak setuju dengan gerakan satyagraha yang diserukan Gandhi dalam memprotes monopoli garam yang dilakukan penjajah Inggris.

Mohammed Ali Jinnah, pendiri negara Pakistan. Photo diambil tahun 1945, photographer tidak diketahui.

Jinnah bukan hanya menganggap gerakan Gandhi tersebut sebagai anarki politik, tetapi juga karena merasa kurang cocok dengan dominasi orang-orang Hindu di Kongres Nasional India, dia pun memilih keluar dari organisasi itu dan fokus mendukung Liga Muslim. Organisasi Liga Muslim bukan hanya relatif akomodatif terhadap aspirasi umat Islam, tetapi juga di tangan Jinnah yang sangat terinspirasi pemikir Mohammed Iqbal, dia menjadi kekuatan utama yang mendirikan negara Islam Pakistan. (MDK)

Bersambung ke:

Pakistan (13): Pakistan Versus India

Sebelumnya:

Pakistan (11): Di Bawah Kendali Imperialisme Inggris

Catatan Kaki:

[1] Barbara D. Metcalf & Thomas R. Metcalf. 2006. A Concise History of Modern India. England: Cambridge University Press. Hlm. 221–222.

[2]     Lihat http://www.censusindia.gov.in/Census_Data_2001/India_at_glance/religion.aspx Census of Indian: Religious Composition; Area, Population, Density and Urban/Rural Proportion by Administrative Units Archived 22 December 2010 at the Wayback Machine.

[3]     Marshall Cavendish. 2007. World and Its Peoples: Eastern and Southern Asia. Cavendish Square.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*