“Maka janganlah kalian membuat-buat perumpamaan-perumpamaan bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui.” (QS 16: 74).
Selain berbicara tentang tanda (ayah), Alquran juga berbicara tentang perumpamaan atau permisalan (مثل).
Alquran surah Al-Ankabut ayat 43 menegaskan: “Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”
Dalam ayat lain, Allah berfirman: “Dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS 24: 35).
Perumpamaan-perumpamaan tentang Realitas Mutlak bukanlah untuk Allah, sebab Dialah Hakikat itu sendiri.
Allah berfirman: “Maka janganlah kalian membuat-buat perumpamaan-perumpamaan bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui.” (QS 16: 74).
Adalah keliru bilamana manusia yang tidak mengetahui tentang Hakikat Ilahi membuat perumpamaan-perumpamaan bagi Allah, karena jelas semua perumpamaan manusia akan merancukan dan menyesatkan pemahaman belaka.
Yang lebih penting lagi ialah bahwa semua perumpamaan ini harus ditegaskan sebagai suatu perumpamaan yang tidak akan mampu menjelaskan Hakikat yang sesungguhnya. Semua perumpamaan hanyalah penggugah dan pemicu untuk mendekatkan pemahaman tentang Hakikat Ilahi yang tak-terbatas.
Oleh karena itu, Allah menyucikan Diri-Nya dari semua penyifatan tentang-Nya yang terungkap dalam trivialitas bahasa manusia.
Allah berfirman: Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu Allah, padahal Allahlah yang menciptakan mereka (jin-jin) itu semua, dan mereka (orang-orang musyrik) berbohong (dengan mengatakan): “Dia mempunyai anak lelaki dan perempuan,” tanpa berdasarkan pada pengetahuan. Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari sifat-sifat yang mereka berikan. (QS 6: 100).
Dalam ayat lain, Allah berfirman: Sekiranya pada keduanya (langit dan bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak-binasa. Maka Mahasuci Allah Pemilik ‘Arsy dari apa yang mereka sifatkan. (QS 21: 22).
Dalam surah Al-Muminun (23) ayat 91, Allah berfirman: “Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan lain beserta-Nya. Kalau ada tuhan lain beserta-Nya, niscaya tiap-tiap tuhan akan membawa serta apa yang diciptakan, dan sebagian tuhan akan mengalahkan tuhan yang lain. Mahasuci Dia dari apa yang mereka sifatkan.”
Berikut ini beberapa ayat lain dalam konteks yang sama:
- “Mahasuci Tuhanmu, Tuhan Kemuliaan, dari apa yang mereka sifatkan.” (QS 37: 180).
- “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan (perbuatan) yang lebih baik. Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka sifatkan.”(QS 23: 96).
- “Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan.”(QS 37: 159).
- “Mahasuci Tuhan yang mempunyai langit dan bumi, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.” (QS 43: 82).
Hubungan antara perumpamaan dan Sumber Ilahi yang diumpamakan terpapar dalam puisi berikut secara menawan:
Ibarat pancaran sinar cahaya,
Terpisah dari mentari padahal tidak terpisah
Begitu pulalah alam raya,
Tanda Allah padahal bukan Allah
Lihatlah pantulan kalian pada kaca cermin
Bakal terlihat (gambar) kalian padahal bukan kalian. [1] (MK)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Murtadha Muthahhari, Pengantar Pemikiran Shadra: Filsafat Hikmah, Mizan 2002, hal. 148-149.