Mozaik Peradaban Islam

Penjajahan East India Company ke Yaman (1): Asal-Muasal

in Monumental

Last updated on January 27th, 2019 01:34 pm

“Dari yang tadinya perusahaan komersial murni, perusahaan ini berkembang sampai memiliki kekuatan militer terkuat di Asia. Bahkan mereka dapat mengendalikan suatu negara. Pandangan mereka kali ini sedang menuju ke arah Yaman.”

–O–

Selama ribuan tahun, Timur Tengah telah menjadi titik temu yang penting bagi perdagangan dari berbagai peradaban. Dan pada abad ke-19, ketika orang-orang Inggris merampas Pelabuhan Aden di Yaman tiada lain – untuk pertama dan terutama – karena persoalan perdagangan. Orang-orang Inggris yang menduduki Aden pada waktu itu tidak mewakili pemerintah Inggris.

Sebaliknya, mereka bertindak atas perintah East India Company — sebuah perusahaan saham gabungan Inggris — dan para pemegang sahamnya. Meskipun mereka bertindak bukan atas perintah negara, namun ke depannya kita akan membahas bahawasanya antara imperium dan perdagangan sebenarnya memiliki hubungan yang erat.[1]

 

The British East India Company

Pada tahun 1600, sekelompok saudagar di London yang dipimpin oleh Sir Thomas Smythe mengajukan petisi kepada Ratu Elizabeth I untuk memberi mereka piagam kerajaan. Piagam ini merupakan tanda izin agar mereka dapat melakukan perdagangan dengan negara-negara dunia di belahan timur. Ratu Elizabeth pun memberikan mereka izin dengan menerbitkan piagam kerajaan. Melalui piagam ini, maka pada tanggal 31 Desember 1600 The British East India Company resmi berdiri.[2]

Logo awal The British East India Company. Photo: harvard.edu

Meskipun bukan perusahaan pertama di Inggris yang mendapat piagam (Muscovy Company sudah pernah mendapatkan piagam 45 tahun sebelumnya), namun East India Company mempelopori konsep kepemilikan saham bersama sebagai cara untuk meningkatkan modal dalam jumlah besar yang diperlukan untuk perdagangan luar negeri yang sukses, serta meminimalisir resiko yang biasanya melekat pada perusahaan.

Pada awalnya, penjualan saham hanya dilakukan secara terbatas pada setiap pelayaran, namun pada tahun 1657, East India Company membuka sahamnya ke dalam bentuk “investasi tidak terbatas berkelanjutan tanpa mengacu kepada satu pelayaran.” Artinya, penanaman saham dilakukan secara menyeluruh dalam setiap kegiatan perusahaan, bukan hanya per ekspedisi.[3]

East India Company memperdagangkan banyak barang, di antaranya teh, sutra, kapas, garam, potassium nitrat (yang digunakan untuk membuat bahan peledak), dan opium. Pada waktunya mereka akan tumbuh menjadi perusahaan terbesar di dunia dan bertanggung jawab atas separuh perdagangan global Inggris.

East India Company juga memiliki sekolah, pabrik, dan — yang paling penting — tentara swasta, yang memungkinkan mereka untuk dapat melakukan ekspansi kebijakan perdagangannya di seluruh dunia secara paksa. Dan memang, pada masanya East India Company berhasil mendirikan angkatan bersenjata paling kuat di Asia. Pada saat mereka mengarahkan perhatian kepada Aden pada awal abad ke-19, angkatan bersenjata perusahaan ini sudah berjumlah lebih dari 260.000 orang — lebih dari dua kalinya tentara Inggris.[4]

Sejarah awal mulanya kemunculan tenaga militer di East India Company adalah ketika terjadi perang antara Inggris dan Prancis yang pertempurannya menyebar hingga ke India pada pertengahan 1740-an. Sementara East India Company beroperasi di India, dan mereka bersaing dengan perusahaan dagang Eropa lainnya, dan juga para penguasa lokal, mereka merasa perlu untuk mendirikan kekuatan militer untuk melindungi kepentingan dagang mereka. Pada fase ini, perusahaan telah berkembang dari yang tadinya perusahaan komersial murni menjadi terjun ke wilayah politik dan militer.[5]

Mendapatkan perintah dari pejabat dan dewan perusahaan, pasukan East India Company mengambil alih Bombay pada tahun 1756. Dalam waktu singkat mereka telah menguasai sebagian besar anak benua dari ibu kota Mughal, Delhi, sampai ke wilayah pesisir selatan. Kaisar muda Mughal, Shah Alam, setelah dikalahkan, diasingkan dari Delhi dan dipaksa untuk melakukan apa yang sekarang kita sebut sebagai tindakan privatisasi yang dikondisikan (bukan atas keinginan sendiri).

Shah Alam kemudian dipaksa untuk memecat para pejabat pajaknya di Bengal, Bihar, dan Orissa, dan menggantikannya dengan sekelompok pedagang Inggris yang ditunjuk oleh Robert Clive – gubernur baru Bengal – dan Direktur East India Company. Pengumpulan pajak Mughal kemudian disubkontrakkan ke perusahaan multinasional yang kuat – yang operasi pengumpulan pendapatannya dilindungi oleh tentara pribadinya sendiri.[6]

Dari semenjak didirikan, East India Company telah menggunakan kapal layar sebagai sarana transportasi untuk mengangkut barang-barangnya ke berbagai penjuru dunia. Pada awal 1800-an, teknologi kapal uap menggantikan kapal layar. Barang-barang dagangan dari India biasanya diturunkan di Pelabuhan Suez di Mesir, kemudian diangkut melalui darat ke Alexandria yang berada di wilayah pantai Mediterania. Dari sana, barang-barang dimuat ke kapal lainnya dan dibawa ke Inggris.

Rute perjalanan kapal laut Inggris. Map: Goggle, Infografis: Gana Islamika

Untuk memastikan kegiatan ekspedisi ini dapat berjalan lancar, East India Company membutuhkan batubara – dan stasiun pengisian – dalam setiap perjalanannya. Setiap kapal uap membutuhkan 700 ton batu bara untuk menempuh perjalanan pulang pergi sepanjang 120 km antara Bombay dan Pelabuhan Suez. Sementara itu, Pelabuhan Aden tepat berada di tengah antara Bombay dan Pelabuhan Suez. Maka, dari sinilah awal mulanya Aden memiliki masalah dengan East India Company.[7] (PH)

Bersambung ke:

Penjajahan East India Company ke Yaman (2): Penaklukan Aden

Catatan Kaki:

[1] Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), hlm 257.

[2] Andrea Major, “The East India Company: How a trading corporation became an imperial ruler”, dari laman https://www.historyextra.com/period/tudor/the-east-india-company-how-a-trading-corporation-became-an-imperial-ruler/, diakses 20 Juli 2018.

[3] Rob Wile, “Bailouts, Bribes And Insider Trading: Here’s What The World’s Leading Business Looked Like 300 Years Ago”, dari laman http://www.businessinsider.com/history-of-british-east-india-company-2013-4/?IR=T&page=1, diakses 20 Juli 2018.

[4] Eamon Gearon, Loc. Cit.

[5] Margaret Makepeace, “A Brief History of the English East India Company 1600–1858”, dari laman https://www.qdl.qa/en/brief-history-english-east-india-company-1600%E2%80%931858, diakses 20 Juli 2018.

[6] William Dalrymple, “The East India Company: The original corporate raiders”, dari laman https://www.theguardian.com/world/2015/mar/04/east-india-company-original-corporate-raiders, diakses 20 Juli 2018.

[7] Eamon Gearon, Ibid., hlm 257-258.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*