Mozaik Peradaban Islam

Penjajahan East India Company ke Yaman (2): Penaklukan Aden

in Monumental

Last updated on July 25th, 2018 02:47 pm

“Dari seluruh wilayah penjajahan Inggris, Aden adalah yang pertama, baik itu di dunia maupun di Timur Tengah. Meskipun Aden wilayah miskin, namun Inggris memiliki alasan kuat untuk mendudukinya. Aden adalah pembuka bagi imperialisme Inggris.”

–O–

Lokasi Aden berada di sekitar 160 km dari Laut Merah, dan pelabuhan alamiahnya – yang berada di dalam kawah gunung berapi yang sudah tidak aktif – yang luas merupakan tempat yang sangat ideal untuk berlabuh. Karena lokasinya yang strategis, kota ini menjadi lokasi yang penting untuk perdagangan yang melalui jalur laut antara Semenanjung Arab dan seluruh pantai timur Afrika, India, dan Timur Jauh.

Orang-orang Eropa Barat adalah mereka yang datang belakangan ke wilayah ini, yaitu ketika penjelajah Portugis Bartholomeu Dias menjadi orang Eropa pertama yang berlayar di sekitar ujung paling selatan Afrika — dan ke Samudera Hindia — pada tahun 1488. Portugis dan Ottoman (Ustmaniyah) masing-masing pernah menduduki Aden untuk sementara waktu, meskipun pada tahun 1839 —saat peristiwa pendudukan Aden oleh East India Company terjadi — Aden adalah wilayah yang merdeka: bagian dari Kesultanan Arab Lahej.[1]

Untuk menempatkan tema artikel ini ke dalam konteks yang lebih jauh, kiranya perlu disampaikan terlebih dahulu latar belakang kerajaan Inggris ketika East India Company berusaha untuk menaklukan Aden. Pada saat itu Putri Victoria Inggris yang masih berusia 18 tahun naik tahta menjadi ratu Kerajaan Inggris pada 20 Juni 1837. Pada saat itu, Inggris adalah kekuatan industri terdepan di dunia dengan pasokan batu bara dan besi yang tampaknya tak terbatas dan mereka  memonopoli teknologi mesin tenaga uap. London bukan hanya kota terbesar di dunia, tetapi juga pusat pertukaran keuangan utama di dunia.[2]

India waktu itu masih belum menjadi wilayah kekuasaan Inggris, meskipun East India Company telah mengambil sebagian besar wilayah itu. Dan walaupun East India Company merupakan perusahaan dari Inggris, namun wilayah India tetap merupakan milik perusahaan (meskipun 40 tahun kemudian, Victoria yang sudah lebih berumur tua akhirnya mendapatkan gelar sebagai Ratu India).[3]

 

Penaklukan Aden

Pada saat kisah ini terjadi, pelabuhan Semenanjung Arab merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Muslim Lahej yang telah merdeka selama lebih dari 100 tahun. Namun, meskipun dengan fakta itu, para pejabat East India Company tetap bersikeras untuk membujuk sang Sultan untuk menyerahkan Aden kepada mereka.

Photo pelabuhan Aden tahun 1888-1889, photographer tidak diketahui. Sumber: Buku Trip to Australia and New Zealand 1888-1889 (Y308A) / University of Cambridge

Namun, putra Sultan menentang proses negosiasi tersebut, dia memasang postur konfrontasi terhadap East India Company. Kemudian salah satu kapal layar East India Company kandas ketika melewati Aden. Kapal itu ditinggalkan oleh kapten dan awak kapalnya, yang mana akhirnya kapal yang rusak tersebut malah dijarah oleh penduduk setempat.

Akibatnya, perselisihan ini malah memberi India East Company alasan untuk intervensi militer. Para administrator perusahaan menuntut kompensasi dari Sultan. Di bawah komando Kapten Stafford Bettesworth Haines, tiga kapal East India Company mencapai Aden pada 16 Januari 1839. Mereka ditemani oleh dua kapal Angkatan Laut Kerajaan, dengan 700 infanteri tentara Inggris dan Marinir Kerajaan di belakangnya. Sebagian besar pasukan bersenjatanya merupakan pasukan India milik East India Company.

Kapten Haines membungkam pertahanan darat Aden yang lemah dengan tembakan bombardir berjarak pendek, dan kemudian mendarat dengan pasukannya untuk mengambil alih pelabuhan. Pertempuran itu menewaskan 165 orang, yang 150 di antaranya adalah para pasukan lokal yang tidak dipersenjatai dengan baik.

Agak berbeda dengan India yang dipimpin sepenuhnya oleh East India Company, kali ini pendudukan Aden berada di bawah perintah resmi kerajaan Inggris juga, bekerja sama dengan East India Company. Meskipun mengambil alih Aden bukan merupakan tujuan resmi kebijakan luar negeri Inggris, namun pelabuhan itu sekarang secara resmi berada di bawah kekuasaan Inggris dalam bentuk Keresidenan Bombay (sebuah pemerintahan dalam pemerintahan, yang pada saat itu masih dikontrol oleh East India Company).

Dengan demikian, pendudukan Aden menandai wilayah pertama yang diduduki Ratu Victoria dalam masa pemerintahannya yang berlangsung selama 63 tahun. Aden juga menjadi yang pertama dari seluruh wilayah besar jajahan Inggris di dunia. Dan secara regional, Aden merupakan wilayah di Timur Tengah yang pertama kalinya berada dalam perlindungan Inggris.

Setelah dikalahkan, pihak Inggris memberi kompensasi kepada sultan setempat atas pendudukannya dengan pembayaran tahunan sebesar 6.000 riyal, yang merupakan hasil dari tawar-menawar. Namun, putra Sultan menolak untuk menerima kesepakatan itu, dan memimpin lebih dari satu upaya untuk merebut kembali Aden dengan paksa.

Meskipun pasukan Inggris dan India mampu melawan perlawanan dari putra Sultan, namun East India Company menyadari bahwa untuk keamanan jangka panjangnya — dan kemakmuran Aden, itu semua bergantung kepada hubungan persahabatan dengan penduduk setempat. Jadi, sebagai kompromi akhirnya mereka memberikan kompensasi pembayaran juga, dan membuat perjanjian “persahabatan dan perlindungan” dengan sembilan suku yang wilayahnya berada di sekitar Aden.

Provinsi Aden yang baru ditaklukkan pada waktu itu tidak terlalu mengesankan, hanya mencakup sekitar 120 km persegi. Itu tidak lain lebih mirip dengan sebuah desa yang kumuh, dengan populasi penduduknya tidak lebih dari 600 orang. Para penduduknya tinggal di pondok-pondok yang terbuat dari alang-alang dan sejenisnya. Meskipun demikian, itu tetap merupakan kepemilikan yang penting. Kapten Haines — yang pernah menyurvei Aden beberapa tahun sebelumnya, sebagai kemungkinan untuk menjadi stasiun pengisian batu bara — sekarang menjadi gubernur kolonialnya yang pertama.

Aden segera menjadi sangat penting baik bagi East India Company maupun Kerajaan Inggris — sampai pada titik di mana batas di antara keduanya menjadi tidak jelas. Namun, demi kepentingan bersama, ketidakjelasan penguasaan Aden pada akhirnya diabaikan sampai tingkat yang belum ditentukan.[4] (PH)

Bersambung ke:

Penjajahan East India Company ke Yaman (3): Kapten Stafford Bettesworth Haines

Sebelumnya:

Penjajahan East India Company ke Yaman (1): Asal-Muasal

Catatan Kaki:

[1] Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), hlm 259.

[2] Saul David, “Victoria the warrior queen”, dari laman https://www.historyextra.com/period/victorian/victoria-the-warrior-queen/, diakses 22 Juli 2018.

[3] Eamon Gearon, Loc. Cit.

[4] Eamon Gearon, Ibid., hlm 259-261.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*