Mozaik Peradaban Islam

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (11): Keragaman Perawi (5)

in Tokoh

Di dalam Sahih al-Bukhari, ditemukan banyak sekali hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang Syiah. Keberadaan mereka dikonfirmasi baik oleh ulama Sunni maupun Syiah sendiri. Berikut ini adalah beberapa contohnya.

Lukisan karya Ludwig Deutsch. Foto: Islamic Arts Museum Malaysia

Dalam seri artikel kali ini kita akan menampilkan hadis-hadis dari periwayat yang bermazhab Syiah yang riwayatnya dimuat dalam Sahih Bukhari. Adapun mengenai pembuktian bahwa mereka adalah seorang Syiah, kita tidak akan menampilkannya di sini, cukup mengambil kesimpulan dari Alwi bin Husin di dalam bukunya.[1]

Alwi bin Husin sendiri, dalam membuktikan kesyiahan para periwayat ini, mengutip pendapat dari para ulama ahli hadis yang generasinya telah berlalu dari sejak masa Bukhari, misalnya dari Ibnu Hajar dan al-Dhahabi yang hidupnya hampir lima abad setelah wafatnya Bukhari.

Bukan hanya dari sisi Sunni, dari sisi Syiah, kesyiahan para periwayat ini juga telah dikonfirmasi di dalam literatur-literatur induk Syiah, misalnya dari kitab Syaikh Muhammad bin al Hasan ath-Tusi (wafat 460 H).

Demikianlah, kita akan mengambil beberapa sampel periwayat Syiah dari berbagai tingkatan kesyiahannya (moderat hingga kuat) yang riwayatnya dimuat di dalam Sahih Bukhari. Sebagai permulaan kita akan mengambil riwayat dari Ibrahim bin Yazid al-Nakha’i (wafat 96 H/715 M).

Ibrahim bin Yazid al-Nakha’i meriwayatkan dengan rantai sanad yang bersambung hingga Aisyah ra:

Aisyah ra mengatakan, “Rasulullah saw membeli makanan dari seorang Yahudi dengan cicilan dan beliau menggadaikan perisai besinya.” (HR Bukhari no 2509)[2]

Periwayat Syiah lainnnya adalah Ishaq bin Mansur al-Saluli (wafat 204 H/820 M), meriwayatkan dengan rantai sanad yang bersambung hingga al-Barra:

Seseorang berkata kepada al-Barra, “Apakah Ali ikut dalam Perang Badar?”

Al-Barra menjawab, “Aku menyaksikan Ali saat Perang Badar dan dia memenangkannya.” (HR Bukhari no 3970)[3]

Lalu ada Habib bin Abi Thabit al-Asadi (wafat 122 H/740 M) yang meriwayatkan dengan rantai sanad yang bersambung hingga Abdullah bin Amru. Abdullah bin Amru berkata:

Seseorang datang menemui Nabi saw yang akan ikut berjihad. Rasulullah berkata kepadanya, “Apakah kedua orangtuamu masih hidup?”

Dijawab, “Ya.”

Lalu Rasulullah berkata kepadanya, “Mintalah izin dari keduanya dan berjihadlah.” (HR Bukhari no 3004)[4]

Berikutnya ada al-Hakam bin Utaibah al-Kindi (wafat 114 H/732) yang meriwayatkan dengan rantai sanad yang bersambung hingga Ali bin Abi Thalib. Ali berkata:

Bahwa Fatimah as (Alaihis Salam) pernah mengeluh tentang apa yang dialaminya karena menumbuk dan menggiling tepung. Dia mendengar bahwa Rasulullah saw mendapatkan tawanan perang, maka dia mendatangi beliau sekaligus dia meminta seorang pembantu namun beliau tidak menyetujuinya.

Kemudian Fatimah menceritakan hal itu kepada Aisyah. Ketika Rasulullah tiba, Aisyah menceritakannya kepada beliau. Maka beliau mendatangi kami berdua saat kami sudah berbaring di tempat tidur, (kami) segera bangkit dan beliau berkata, “Tetaplah di posisi kalian,” hingga aku mendapatkan kedua kaki beliau yang dingin di dekat dadaku.

Beliau bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian berdua minta? Jika kalian berdua sudah berada di tempat tidur, maka bacalah takbir sebanyak 34 kali, tahmid 33 kali, dan tasbih 33 kali. Sesungguhnya bacaan itu akan lebih baik dari apa yang kalian berdua minta.” (HR Bukhari no 3113)[5]

Selanjutnya ada riwayat dari Zalim bin Amru bin al-Duali (16-69 H/637-689 M) yang sanadnya bersambung hingga Abu Dzar. Abu Dzar berkata:

Nabi saw bersabda, “Tidaklah seseorang melempar tuduhan kepada orang lain dengan ungkapan fasiq atau kafir melainkan tuduhan itu akan kembali kepadanya, jika ternyata saudaranya tidak seperti itu.” (HR Bukhari no 6045)[6]

Berikutnya ada hadis tentang salawat yang begitu terkenal dan secara luas menjadi amalan bagi orang-orang Sunni, ini pun diriwayatkan oleh seorang Syiah, sebagaimana dikonfirmasi oleh Ibnu Hajar. Orang itu adalah Abdullah bin Isa al-Ansari, dia meriwayatkan dengan sanad yang bersambung hingga Ka’b bin Ujrah. Ka’b berkata:

….. Kami bertanya pada Rasulullah saw, bagaimana cara kami mengucapkan salawat pada kalian, wahai Ahlul Bait, sedangkan Allah telah mengajarkan kami bagaimana mengucapkan salam kepada kalian?

Maka beliau menjawab, “Ucapkanlah, ‘Ya Allah, limpahkanlah karunia-Mu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan karunia-Mu pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.’.” (HR Bukhari no 3370)[7] (PH)

Bersambung…..

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Mengenai seluruh nama, latar belakang, dan hadis-hadis para periwayat yang terbukti bermazhab Syiah, Anda dapat melihat selengkapnya di dalam Bab IV dan V buku Alwi bin Husin, Periwayat Syiah dalam Kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim (Ufuk Press: Jakarta, 2019).

[2] Alwi bin Husin, Ibid., hlm 82.

[3] Ibid., hlm 84.

[4] Ibid., hlm 88.

[5] Ibid., hlm 90.

[6] Ibid., hlm 113.

[7] Ibid., hlm 121.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*