Mozaik Peradaban Islam

Perjalanan Rosie Gabrielle Memeluk Islam (18): Pakistan (9): Syahadat

in Mualaf

Last updated on July 24th, 2020 02:20 pm

Akhir tahun 2019 Rosie menyatakan dirinya telah “mati”. Dan pada awal 2020, dia menyatakan, “Saya masuk Islam. Apa yang menuntun saya ke keputusan besar ini?”

Rosie memegang terjemahan dan tafsir Alquran berbahasa Inggris. Foto: Rosie Gabrielle/Instagram

Rosie pergi sekali ke banyak tempat di Pakistan selama tahun 2019, dan tentu saja tidak semuanya akan kita bahas dalam seri artikel yang singkat ini. Seperti yang pernah dia katakan sebelumnya, bahwa perjalanannya bukanlah sebatas perjalanan fisik, tapi juga perjalanan jiwa.

Maka pada penghujung tahun 2019 Rosie mendeklarasikan versi terbaik gambaran jiwanya, yaitu ketika dia merasakan “kematian”, bukan kematian dalam arti yang sesungguhnya, tapi kematian ego dirinya.

Rosie berkata, “Jadi seperti inilah gambaran (diri)ku pada 2019. Kematian. Tentu saja kematian metaforis, tetapi inilah kematian, tidak kurang. Di mana saya ditantang dan didorong ke batas akhir saya, secara fisik, emosional, dan spiritual. Sehingga saya dapat menyaksikan sendiri apa yang harus saya lepaskan saat ego saya perlahan-lahan mati.”[1]

Rosie di Gurun Dingin Sarfaranga pada akhir tahun 2019. Foto: Rosie Gabrielle/Instagram

Kita tahu bahwa Rosie sebelumnya selalu bicara dan membela orang-orang Islam. Dia sempat berkata bahwa para Muslim selalu salah dipersepsikan, terutama oleh orang-orang Barat. Sebaliknya, dia mencoba membalikkan persepsi yang salah itu, bahwa Muslim sebenarnya adalah orang-orang yang mencintai kedamaian dan cinta, sebagaimana telah dia rasakan langsung.

Meski demikian, dia tidak pernah secara spesifik membicarakan ajaran Islam, setidaknya secara terbuka di kiriman-kiriman media sosialnya. Dia tidak pernah berbicara tentang pokok-pokok ajaran Islam, ritualnya, atau Nabinya. Dia hanya berbicara realitas sosial masyarakat Muslim yang dia lihat dan temui secara langsung di lapangan.

Lalu secara mengejutkan, pada Januari 2020 dia menyatakan bahwa dia masuk Islam. “Bagi saya, secara teknis saya sudah ‘Muslim’. Syahadat saya pada dasarnya adalah dedikasi ulang hidup saya ke jalan Ketauhidan, koneksi, dan kedamaian melalui pengabdian kepada Tuhan,” kata Rosie.

Berikut ini adalah pemaparan Rosie selengkapnya, mengenai apa alasan dia untuk masuk Islam:

Saya masuk Islam. Apa yang menuntun saya ke keputusan besar ini?

Sebagaimana yang pernah saya sampaikan sebelumnya, tahun terakhir ini adalah salah satu yang paling sulit dalam hidup saya, dan semua tantangan hidup telah membawa saya ke titik ini, di sini dan sekarang.

Dari sejak kecil, saya selalu memiliki hubungan yang unik dengan penciptaan dan hubungan khusus dengan Tuhan. Jalan saya jauh dari mudah dan saya memendam banyak kemarahan di hati saya karena rasa sakit seumur hidup, selalu memohon kepada Tuhan, mengapa saya?

(Silakan baca seri pertama artikel ini, di sana dijelaskan bahwa dari sejak kecil Rosie menderita komplikasi penyakit yang serius dan harus menjalani operasi berkali-kali-red).

Sampai akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa semua ada maksudnya, dan bahkan penderitaan saya adalah berkah.

Tanpa pernah menghubung-hubungkan dengan apa yang saya bawa (agama sebelumnya), (sebab) saya sudah meninggalkan agama (lama) saya empat tahun yang lalu, menempuh jalan penemuan spiritual yang dalam.

Mengeksplorasi diri, dan ilahi yang agung. Saya tidak pernah melepaskan pandangan kepada Sang Pencipta, pada kenyataannya keingintahuan dan koneksi saya semakin kuat. Sekarang tidak lagi dikendalikan oleh rasa takut, saya dapat sepenuhnya menjelajahi jalan yang benar ini.

Seiring berjalannya waktu, semakin saya mengalami, semakin saya menyaksikan sifat sejati dan panggilan untuk hidup saya. Saya ingin bebas. Bebas dari rasa sakit dan belenggu yang menyiksa.

Bebas dari kemarahan, sakit hati, dan ketidakselarasan. Saya menginginkan kedamaian di hati saya, pengampunan, dan hubungan yang paling mendalam dengan semua. Dan dengan demikian memulai perjalanan saya.

Alam semesta membawaku ke Pakistan, tidak hanya untuk menantang diriku sendiri untuk melepaskan jejak rasa sakit dan ego yang tersisa, tetapi juga untuk menunjukkan jalan kepadaku.

Melalui kebaikan dan kerendahan hati dari orang-orang yang saya temui sepanjang perjalanan saya, mengilhami hati saya untuk mencari lebih jauh. Tinggal di negara Muslim selama lebih dari sepuluh tahun dan bepergian secara luas melewati wilayah-wilayah ini, saya mengamati satu hal: Perdamaian. Semacam kedamaian yang hanya bisa diimpikan oleh seseorang di dalam hati mereka.

Sayangnya Islam adalah salah satu agama yang paling banyak salah ditafsirkan dan dikritik di seluruh dunia. Dan seperti semua agama, ada banyak interpretasi. Tapi, intinya, makna sebenarnya dari Islam, adalah Perdamaian, Cinta, dan Tauhid. Ini bukan agama, tapi cara hidup. Kehidupan kemanusiaan, kerendahan hati, dan Cinta.

Bagi saya, secara teknis saya sudah ‘Muslim’. Syahadat saya pada dasarnya adalah dedikasi ulang hidup saya ke jalan Ketauhidan, koneksi, dan kedamaian melalui pengabdian kepada Tuhan.[2]

Rosie sesaat setelah mengucapkan syahadat di dalam masjid. Foto: Rosie Gabrielle/Instagram

Bagi Anda yang baru saja membaca seri artikel ini, ringkasan perjalanan Rosie di Pakistan dapat melihatnya di video di bawah ini. Banyak dari penonton yang mengaku bahwa mereka sampai menitikkan air mata setelah melihat videonya:

  • (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Instagram Rosie Gabrielle, “2019 what a year it’s been!”, dari laman https://www.instagram.com/p/B6ud0XTgR4m/, diakses 23 Juli 2020.

[2] Instagram Rosie Gabrielle, “I CONVERTED to ISLAM”, dari laman https://www.instagram.com/p/B7F7JC-gmPR/, diakses 23 Juli 2020.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*