Mozaik Peradaban Islam

Peter Sanders: Mualaf yang Menjadi Fotografer Terkemuka Dunia (1)

in Mualaf

Last updated on July 18th, 2019 08:58 am

Karir profesionalnya dalam fotografi dimulai pada pertengahan tahun 60-an. Ketika itu dia menjadi fotografer artis ternama dalam bisnis musik termasuk Bob Dylan, Jimi Hendrix, The Doors, The Who, the Rolling Stones, dan lain-lain. Hingga pada satu titik dia merasakan kegersangan spiritual yang mencekam. Dia memutuskan berhenti, dan memulai perjalanan spiritualnya.





Gambar ilustrasi. Sumber: resumewfjta.netlib.re

Bukan hal mudah bagi siapapun mengubah keyakinannya, terlebih itu menyangkut masalah fundamental kehidupan, yaitu Agama. Ketika seseorang memutuskan untuk pindak agama, maka seluruh padangan dunianya berubah secara total. Perubahan ini, akan berdampak pada seluruh dimensi kehidupannya. Tidak berlebihan bila dikatakan, bahwa orang-orang yang berani memutuskan untuk pindah agama, layaknya manusia yang terlahir kembali. Mungkin ini sebabnya kisah-kisah mualaf selalu menarik disimak dan dijadikan bahan renungan.

Salah satu kisah mualaf yang cukup menarik untuk disimak adalah perjalanan hidup Peter Sanders. Seorang fotografer asal Inggris yang memutuskan memeluk agama Islam pada awal dekade 70-an lalu. Siapa sangka, keputusannya tersebut telah mengantarkannya menjadi salah satu fotografer paling terkemuka di dunia saat ini.

Awal Karir Profesional

Peter Sanders lahir di London pada tahun 1946. Tidak banyak yang tahu tentang kisah masa kecilnya. Karir profesionalnya dalam fotografi dimulai pada pertengahan tahun enam puluhan di mana dia bertugas memotret sebagian besar bintang utama dalam bisnis musik termasuk Bob Dylan, Jimi Hendrix, The Doors, The Who, the Rolling Stones, dan lain-lain.[1]

Menariknya, Sanders ternyata hanya belajar fotografi secara autodidak. Dia tak pernah mengenyam pendidikan fotografi, sebagaimana umumnya para fotografer profesional. Kursus fotografi pertama Sanders justru dilakukan pada akhir tahun 1990 di Swiss atau tiga dasawarsa setelah dia malang melintang di jagat fotografi. “Itu pun karena saya mendapat proyek di Arab Saudi yang menuntut penggunaan kamera format besar,” tuturnya. [2]

Meski begitu, kecintaannya pada dunia fotografi sudah dimilikinya sejak usia dini. Ketika memasuki usia remaja, Sanders sering mengalami kesulitan uang. Dalam kondisi demikian, dia justru memutuskan untuk menggeluti hobinya.

Sebagaimana diakuinya, keputusannya untuk terjun ke dunia fotografi hanya menuruti panggilan hatinya. Sebab, dia tak memiliki kemampuan dan keahlian yang bisa diandalkan. Lantaran hobi, dia merasa optimis mampu survive di dunia fotografi meskipun dia tidak memiliki titel mentereng sebagai fotografer. [3]

Selanjutnya, dia mulai berani berspekulasi dengan menjajakan karya-karyanya ke penerbitan, koran, majalah, atau sampul album musik. Lambat laut, karya-karyanya mulai diterima khalayak. Dari sanalah dia memulai karir profesionalnya.

Kegersangan Spiriual

Sebagaimana diungkapkan Peter Sanders sendiri dalam wawacaranya dengan http://muslimheritage.com, bahwa pada dekade 60-an, dia sudah mulai merasakan kegelisahan spiritual. Masa itu, adalah periode dimana orang-orang (Eropa) mulai menolak nilai-nilai materialisme yang telah ada sejak zaman Victoria, dan ingin mencari sesuatu yang bisa mengisi kekosongan spiritual mereka. Dalam era kegelisahan massal tersebut, Peter Sanders memilih untuk memulai langkah pencariannya dari India. Alasannya, karena dia melihat India sebagai tempat yang cukup mencolok nuansa spiritualnya.[4]

Kegelisahan spiritual Peter Sanders terus berlanjut hingga satu titik dia mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan substansial tentang kehidupan, “Apa yang saya lakukan?” dan “Kemana saya akan pergi?”[5]

Pada saat itulah dia memutuskan untuk meninggalkan dunia fotografi yang membesarkan namanya, dan pergi ke India. Tujuan utamanya adalah untuk mencari seorang guru yang bisa menjawab tuntas segenap pertanyaan yang bergelayutan di benaknya.

Sesampainya di India, dia mulai menjajaki satu demi satu identitas keyakinan yang ada di sana, mulai dari Hindu, Budha, Sikh, dan juga membaca sedikit tentang Islam.[6]

Selama berada di India, Peter Sanders tinggal di sebuah desa terpencil. Dia menyewa sebuah rumah sederhana, yang secara kebetulan jaraknya berdekatan dengan masjid. Di sanalah, untuk pertama kalinya dia mengaku berkenalan dengan Islam.[7]

Selama di India, Sanders melakukan ritual meditasi setiap pagi. Kadang kala, di saat yang bersamaan, kerap kali dia mendengar kumandang azan subuh dari speaker masjid di dekat pemukimannya.[8]

Fenomena azan ini, sebenarnya hal yang baru bagi Sanders. Tapi lama kelamaan, kesannya mulai menghilang dan sudah menjadi rutin baginya. Tidak ada keinginan lebih jauh mendalami Islam.

Keinginan kuatnya mendalami Islam baru muncul di suatu subuh, di salah satu stasiun kereta api. Seperti biasa, stasiun kereta api di India diwarnai dengan kepadatan penumpang dengan segenap barang bawaannya beragam rupa. Tiba-tiba, di tengah lalu lalangnya manusia di stasiun tersebut, dia melihat seorang wanita tua menggelar tikarnya, lalu melakukan ritual shalat di sana.[9]  

Melihat fenomena itu, hatinya terpukau. Dalam benaknya bertanya “Bagaimana mungkin, di tengah keriuhan ini, wanita tersebut bisa memasuki satu keheningan tersendiri.” [10]

Dia mulai penasaran, lalu mencari tahu tentang fenomena tersebut. Peter Sanders bertanya pada orang yang ada di dekatnya. Orang tersebut hanya menjawab, “Ini nenek saya, dia adalah seorang Muslim dan dia sedang sholat.”[11]

Dalam wawancaranya, Peter Sanders berkata, “Jadi, Tuhan menunjukkan kepada saya, dalam semacam snapshot, tentang apa hakikat doa itu, dan keheningan yang tinggi di antara keriuahan aktifitas dunia.”[12]

Kelak, setelah memeluk agama Islam, angle inilah yang menjadi warna khas karya-karya fotografi Peter Sanders. (AL)

Bersambung…

Catatan kaki:


[1] Lihat, https://petersanders.com/#toggle-id-1, diakses 16 Juli 2019

[2] Lihat, Peter Sanders, Raja Fotografi yang Menemukan Islam, https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/06/30/122540-peter-sanders-raja-fotografi-yang-menemukan-islam, diakses 16 Juli 2019

[3] Ibid

[4] Lihat, http://muslimheritage.com/interview-peter-sanders/

[5] Ibid

[6] Ibid

[7] Ibid

[8] Ibid

[9] Ibid

[10] Ibid

[11] Ibid

[12] Ibid

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*