Mozaik Peradaban Islam

Siapa Penggubah Syair Cinta Nabi Barzanji (6): Sayyid Jafar Barzanji (2): Karya-Karya

in Studi Islam

Last updated on March 11th, 2021 07:36 am

Kitab Barzanji dan Lujain al-Dani(manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani) adalah dua kitab yang kepopulerannya menembus sampai sudut-sudut yang paling jauh di Nusantara.

Lukisan wajah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, peninggalan dari abad ke-19 di India, pelukis tidak diketahui. Sumber: Kapoor Galleries

Sayyid Jafar Barzanji (1690-1764) dilahirkan di Madinah dan menghabiskan seluruh usianya di sana.[1] Dari sejak kecil dia telah menuntut ilmu dengan belajar Alquran kepada Syaikh Ismail al-Yamani, dan belajar tajwid serta memperbaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf as-Su’udi dan Syaikh Syamsuddin al-Misri. Dalam hal ilmu agama lainnya dan juga syariat dia belajar kepada Syaikh Abdul Karim Haidar al-Barzanji, Syaikh Yusuf al-Kurdi, dan Sayyid Athiyatullah al-Hindi.[2]

Sementara itu versi lainnya menyebutkan bahwa Jafar Barzanji tidak selamanya menetap di Madinah, melainkan sempat hijrah dan menetap di Makkah selama lima tahun. Di sana dia belajar kepada ulama-ulama ternama pada masa itu, di antaranya kepada Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari, Syaikh Abdul Wahab at-Tanthowi al-Ahmadi, dan Syaikh Ahmad al-Asybuli.

Selain itu, Jafar Barzanji juga telah mendapat ijazah dari beberapa ulama, mereka di antaranya adalah Syaikh Muhammad at-Thoyib al-Fasi, Sayyid Muhammad at-Thabari, Syaikh Muhammad bin Hasan al-A’jimi, Sayyid Musthafa al-Bakri, dan Syaikh Abdullah as-Syubrawi al-Misri.

Alhasil, dari proses pembelajaran yang dia tempuh, dia menguasai banyak cabang ilmu, di antaranya adalah  Shorof, Nahwu, Manthiq, Ma’ani, Bayan, Adab, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, dan Mustholah. [3]

Karya-karya

Kita akan meninggalkan diskusi tentang apa alasan dia menggubah Kitab Barzanji, sebagaimana telah diulas dalam artikel seri sebelumnya, namun yang jelas dia telah menulis sejumlah karya tentang ibadah yang menjadi sangat populer di seluruh dunia Islam pada saat itu, dan tetap populer di Indonesia sampai sekarang ini.

Selain Kitab Barzanji, dia juga menulis kitab yang benar-benar populer lainnya, yaitu Kitab Lujain al-Dani ji Manaqib Abd al-Qadir al-Jilani. Kitab tersebut isinya adalah hagiografi dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, dan kepopuleran kitab ini bahkan menembus sampai sudut-sudut yang paling jauh di Nusantara.[4]

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah peletak dasar fondasi tarekat Qadiriyah. Reputasinya yang luar biasa sebagai seorang pengkhotbah dan guru sufi telah menarik murid-murid dari seluruh dunia Islam, dan dia dikatakan telah mengislamkan banyak orang Yahudi dan Kristen.[5]

Tradisi pembacaan manaqib Abdul Qadir al-Jailani di Indonesia biasanya ditujukan untuk menolak bala, memohon perlindungan, mengusir setan, atau semata-mata sebagai tindakan pemujaan. Pembacaan manaqib ini sudah lama tersebar luas dan menjadi praktik yang umum dilakukan di Indonesia.

Peringatan hari kematian sang wali, yaitu pada tanggal 11 Rabiul Akhir, telah dan masih diperingati di banyak tempat dengan acara pembacaan manaqib-nya. Di tempat-tempat tertentu acara tersebut bahkan dilakukan pada setiap tanggal 11 pada setiap bulan Qamariyah (sistem penanggalan Islam berdasarkan siklus bulan).

Ada banyak versi dari hagiografi tersebut yang beredar di Indonesia, baik dalam bahasa Arab, Jawa, Sunda, maupun Indonesia. Namun berdasarkan penelitian Martin van Bruinessen, hampir semua manaqib yang dipakai sekarang ini dibuat berdasarkan gubahan Jafar Barzanji, yaitu Lujain Al-Dani.

Sekarang pembacaan manaqib tersebut utamanya dilakukan di kalangan tarekat Qadiriyah (tepatnya: Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, perpaduan dua tarekat yang khas Indonesia). Versi yang paling populer (dan otoritatif) adalah terjemahan dan komentar berbahasa Jawa yang dibuat oleh Kiai Haji Muslih bin Abdul Rahman dari Mranggen, Jawa Tengah, yang sampai saat meninggalnya pada tahun 1981 merupakan guru yang paling dihormati dalam tarekat ini.

Karya Kiai Haji Muslih, yaitu Al-Nur Al-Burhani ji Tar- jamah Al-Lujain Al-Dani, juga memuat, di samping manaqib, pelajaran-pelajaran tentang tarekat tersebut. Namun pada zaman yang lebih awal, manaqib tersebut nampaknya sudah dibaca di lingkungan yang lebih luas daripada sekadar di lingkungan Tarekat Qadiriyah saja.

Kitab lain yang ditulis oleh Jafar Barzanji namun kurang dikenal secara luas di Indonesia adalah Qishshah al-Mi‘raj, kitab ini masih tentang Nabi Muhammad saw. Lalu ada juga kitab hagiografi yang disusunnya tentang wali zaman pertengahan yang kurang dikenal, yaitu Hamzah. Kitab ini tampaknya juga hanya dikenal paling tidak oleh beberapa orang Indonesia saja.[6]

Kitab lainnya gubahan Jafar Barzanji yang lebih kurang dikenal lagi di antara lain adalah Syawahid al-Ghufran ‘Ala Jaliy al-Ahzan fi Fadhail Ramadhan, Mashabihul Ghurur ‘Ala Jaliyyil Qadr, dan Taj al-Ibtihaj ‘Ala Dhau’ al-Wahhaj fi al-Isra’ Wa Al-Mi’raj.

Jafar Barzanji juga menulis kitab manaqib yang menceritakan perjalanan hidupnya sendiri, yaitu ar-Raudh al-Athar fi Manaqib as-Sayyid Jafar.[7] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia (Mizan: Bandung, 1995), hlm 83.

[2] Eva Riantika Diani, Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Ja’far Al-Barzanji dalam Kitab Al-Barzanji dan Relevansinya (Dikaitkan Dengan Konteks Saat Ini), (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018, tidak diterbitkan), hlm 53-54.

[3] Ibid., hlm 54.

[4] Martin van Bruinessen, Op.Cit., hlm 83-84.

[5] Encyclopaedia Britannica, “ʿAbd al-Qādir al-Jīlānī”, dari laman https://www.britannica.com/biography/Abd-al-Qadir-al-Jilani, diakses 8 Maret 2021.

[6] Martin van Bruinessen, Op.Cit., hlm 84-85.

[7] Eva Riantika Diani, Op.Cit., hlm 54-55.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*