“Sepeninggal Genghis Khan dan putranya Chagatai Khan, keturunan mereka yang disebut ‘Tura’ menjadi raja-raja kecil di masing-masing wilayah. Sayangnya kualitas Tura tidak sebaik pendahulu mereka, di banyak tempat mereka hanya menjadi raja boneka dari penguasa sesungguhnya, yakni Amir (pemimpin militer).”
–O–
Chagatai, atau juga biasa disebut Tsagadai, Jagatai, atau Chaghatai (meninggal tahun 1241), adalah putra kedua dari Genghis Khan. Setelah kematian ayahnya, dia menerima wilayah kekuasaan di Kashgaria (sekarang menjadi bagian selatan Daerah Otonomi Uygur di Xinjiang, Cina) dan sebagian besar Transoxania antara Amu Darya dan Syr Darya (wilayah kuno Oxus dan Sungai Jaxartes). Ibu kota kekaisarannya adalah Almarikh, yang di masa kini berada di dekat Kuldja (Yining), Xinjiang barat. Selama 14 tahun berkuasa dia dikenal sebagai penguasa yang energik dan adil terhadap warganya. Meskipun dia meninggalkan banyak anak, namun tahta kekaisaran justru diteruskan kepada cucu laki-lakinya, Kara Hülegü.[1]
Di masa Timur Lang hidup (1336-1405) – ketika dia masih belum menjadi siapa-siapa, hanya anak kepala suku salah satu klan kecil Tatar yang disebut Barlas – para anak keturunan Chagatai menjadi Khan di wilayahnya masing-masing. Secara kewilayahan, daerah tersebut masih disebut wilayah kekaisaran Chagatai, namun sebenarnya di dalamnya telah terpecah-pecah dan dikuasai oleh raja-raja kecil keturunan Chagatai, mereka inilah yang disebut dengan Tura, yaitu orang-orang yang berasal dari garis keturunan Genghis Khan.
Di Samarkand, salah satu kota di Transoxania, juga terdapat banyak Khan, dan sayangnya kualitas mereka tidak sebaik kakek buyut mereka. Para tura, menarik diri dari kehidupan politik, tinggal di daerah utara yang sepi, menghabiskan waktu mereka dengan minum-minum dan berburu. Sementara itu, orang-orang Tatar, suku prajurit yang nenek moyang mereka merupakan tentara Genghis Khan, dengan kemampuan militer mereka yang mumpumi, berhasil menjadi penguasa de facto di wilayah mereka masing-masing, mereka inilah yang disebut dengan Amir, penguasa dari kalangan militer.
Adalah Kazgan, komandan militer dari salah satu Khan yang lelah melihat perang, penjarahan, dan pemberontakan terus menerus terjadi di wilayah Samarkand. Kazgan akhirnya menceburkan dirinya dalam perang pahit tanpa henti yang berkepanjangan, dia bertekad untuk menghentikan pertikaian dan mempersatukan semua pihak yang bertikai. Sampai pada akhirnya, Khan tempat dia mengabdi meninggal, meninggalkannya seorang diri menjadi penguasa dalam realitas yang sebenarnya.
Kazgan yang sebelah matanya buta karena terkena panah dalam peperangan bukanlah seorang tura, dia bukan berasal dari darah biru kerajaan, hanya berasal dari salah satu klan kecil suku Tatar. Namun dengan keberanian dan kepiawaiannya, dia berhasil membangun aliansi dengan berbagai klan, dia bersikap lurus dan memperlakukan mereka dengan adil. Karena pribadinya inilah dia dihormati oleh berbagai klan Tatar.
Untuk menghormati hukum Genghis Khan, dan untuk memuaskan golongan prajurit yang sekarang memandangnya sebagai pemimpin, dia meminta dewan kerajaan untuk memilih seorang keturunan garis kerajaan Khan dari Samarkand untuk menjadi raja — seorang raja boneka yang dipenuhi segala kebutuhannya dan dilindungi oleh Kazgan – yang secara alamiah tidak peduli dengan keadaan sekitar. Oleh karena itulah Kazgan, selain sebagai seorang Amir, dia juga disebut sebagai “orang yang memilih raja” (Kingmaker).
Amir Kazgan, sangat menyukai Timur muda. Dia menyadari bahwa Timur telah mendapatkan nama karena keberaniannya, dan di antara bahatur (jawara pertarung) dia adalah yang terbaik. Orang-orang Tatar adalah manusia yang gemar berperang, mereka adalah jenis orang yang melihat perang bagaikan perjamuan pesta makan-makan. Timur muda melakukan perang dan penjarahan bersama orang-orang Tatar lainnya, dan ketika kembali, duduk di karpet bersama Kazgan, dia menceritakan berbagai kisah kekonyolan dan keberaniannya.
Timur suka mengambil resiko. Tapi lebih dari itu, dalam situasi krisis dia bisa tetap tenang dan bisa berpikir. Energi fisiknya yang berlebihan membuat perjalanan panjang dan malam-malam tanpa tidur terlihat begitu mudah baginya. Timur memiliki kualifikasi untuk menjadi seorang pemimpin, dan dia suka memimpin. Rasa percaya diri Timur meluap-luap, dan dia dengan berani meminta kepada Amir Kazgan untuk menjadi kepala suku klan Barlas (Timur adalah orang klan Barlas) yang tercecer di mana-mana.
“Maukah engkau menunggu? Ini akan menjadi milikmu setelah beberapa waktu dan hal lainnya,” kata Kazgan. Sebagai gantinya, Kazgan memberikan Timur seorang istri, yang mana adalah cucu perempuannya sendiri. Dia adalah Putri Aljai Khatun Agha, adik dari Amir Husain yang akan menjadi musuh Timur di kemudian hari.[2]
Setelah Kemenangan terhadap Ilyas Khoja Khan
Sekembalinya dari perang, setelah istrinya meninggal dan kecewa terhadap sikap Amir Husain dalam peperangan, Timur merasa sudah tidak memiliki ikatan apapun lagi dengan Husain. Baik Timur maupun Husain bukanlah seorang tura, maka Husain pun segera menunjuk Khan boneka yang baru, sebagaimana telah dilakukan oleh kakeknya. Sekarang, Husain telah menjadi penguasa Samarkand, dan Timur cukup tahu diri bahwa Husain lebih berhak karena dia adalah cucu dari Amir Kazgan.
Timur menarik diri ke dalam kehidupan yang menyendiri bersama klannya, namun Husain setelah berkuasa berbuat ulah dengan menetapkan pajak yang sangat tinggi kepada klan Barlas. Awalnya Timur menurut, sampai-sampai dia menyerahkan anting dan kalung permata milik Aljai yang dia gunakan pada pesta pernikahan mereka.
Sisi lain, kepemimpinan Husain juga tidak mulus, orang-orang Mongol (penerus kerajaan Ilyas Khoja Khan) mencoba menguasai kembali Samarkand dan menyerang. Maka yang terjadi selanjutnya adalah turbulensi berkepanjangan di Samarkand. Figur Timur kembali tampil, oleh para pendukungnya dia diangkat menjadi Amir, maka dalam waktu bersamaan Samarkand memiliki dua Amir. Dalam enam tahun ke depan, kedua Amir berselisih dan akibatnya di Samarkand terjadi perang saudara.[3] Pada tahun 1370 Husain terdesak dan akhirnya terbunuh dalam pelarian. Dengan matinya Husain, maka Timur sekarang telah menjadi penguasa tunggal di Samarkand. Peristiwa ini merupakan pertama kalinya Timur duduk di singgasana kekuasaan.[4] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] “Chagatai: Mongol Ruler”, dari laman https://www.britannica.com/biography/Chagatai, diakses 28 Juni 2018.
[2] Harold Lamb, Tamerlane: The Earth Shaker (Burleigh Press: Great Britain, 1929), hlm 30-32.
[3] Ibid., hlm 66-68.
[4] “Timur: Turkic conqueror”, dari laman https://www.britannica.com/biography/Timur, diakses 19 Juni 2018.