Mozaik Peradaban Islam

Warna-Warna dalam Alquran dan Tradisi Islam (3): Putih dan Hijau

in Studi Islam
Foto ilustrasi: Andre’ The Doodlemachine/Dribble

Jika ada dua warna dalam Alquran yang cenderung ditampilkan sebagai simbol kebaikan, maka kedua warna itu adalah putih dan hijau. Selain predikat warna benda, Allah SWT juga menjadikan kedua warna tadi sebagai simbol kebaikan. Jika putih melambangkan kesucian dan kebahagiaan serta cahaya terang, maka hijau melambangkan kesuburan, keindahan, dan kenyamanan.

Dalam Islam terutama dalam kitab suci Alquran, warna putih dan hijau bukan hanya dijadikan ilustrasi warna beberapa benda secara denotatif, tetapi juga secara konotatif dijadikan simbol kebaikan sekaligus menempati posisi yang istimewa.

Putih

Warna ini dijadikan ilustrasi warna beberapa benda. Hal itu – antara lain – tampak dalam Q.S. Yusuf ayat ke-84 yang mendeskripsikan keadaan mata Nabi Yaqub yang menjadi putih sehingga buta akibat bersedih dan menahan amarah.

Sebagian mufasir menafsirkan warna putih tadi sebagai kiasan saja atas fakta bahwa Nabi Yaqub tidak mampu melihat lagi. Namun, sebagian yang lain memahami warna putih pada mata Nabi Yaqub tadi memang benar-benar benda putih seperti katarak, sehingga ayah Nabi Yusuf tersebut menjadi buta.

Dalam Q.S. Al-Furqaan ayat ke-25, Allah SWT juga mendeskripsikan peristiwa keluarnya kabut berwarna putih tatkala langit pecah belah (Hari Kiamat). Alih-alih kiasan, warna putih dalam konteks ini dimengerti sebagai warna putih dalam makna sebenarnya. Artinya, pada Hari Kiamat ketika langit menjadi pecah belah, maka keluarlah kabut putih dari langit yang pecah belah itu.

Selain itu, pada Q.S. Fathir ayat ke-27, Allah SWT mendeskripsikan garis-garis putih di antara gunung-gunung. Putih dalam konteks ini juga bermakna sebenarnya (denotatif). Dalam Q.S. Al-Baqarah ayat ke-187, warna putih digunakan Allah SWT untuk menunjukkan warna benang yang harus dapat dilihat dan dibedakan oleh seorang Muslim pada waktu fajar, ketika akan mengakhiri sekaligus mengawali shaum.

Selain itu, putih dijadikan simbol kebaikan dan keindahan. Hal itu – antara lain – tampak pada Q.S. Ali Imran ayat ke-106 dan ke-107. Dalam dua ayat ini, Allah SWT menggambarkan orang beriman pada Hari Kiamat dan yang kekal dalam rahmat Allah (surga) sebagai orang yang bermuka putih berseri. Dalam hal ini, muka putih berseri diyakini melambangkan kesucian dan kegembiraan atau kebahagiaan.

Dalam Q.S. Ash-Shaffaat ayat ke-46, Allah SWT mendeskripsikan diedarkannya gelas berisi air dari mata air surga yang putih bersih di antara para penghuni surga. Dengan demikian, putih dalam konteks ini bukan hanya warna, melainkan juga melambangkan kebersihan dan kesucian.

Allah SWT mengibaratkan bidadari-bidadari yang bermata indah di surga seperti telur putih (burung unta). Hal itu termaktub pada Q.S. Ash-Shaffaat ayat ke-49. Jadi, selain benar-benar berwarna putih, warna putih dalam konteks ini juga melambangkan kesucian dan keindahan.

Selanjutnya, Allah SWT menggambarkan mukjizat Nabi Musa berupa tangan putih bercahaya tatkala menjawab tantangan Firaun. Hal itu tertera pada Q.S. Al-A’raf ayat ke-108, Q.S. Thaha ayat ke-22, Q.S. Asy-Syu’ara ayat ke-33, Q.S. An-Naml ayat ke-12, dan Q.S. Al-Qashas ayat ke-32. Dengan kata lain, warna putih bercahaya dalam konteks itu bukan hanya melambangkan cahaya yang bersinar dan menyilaukan, tetapi juga – sekaligus – simbol kesaktian.

Hijau

Warna ini bukan hanya dijadikan ilustrasi warna beberapa benda, melainkan juga simbol kesuburan dan keindahan. Hal itu – antara lain – tampak pada Q.S. Al-An’am ayat ke-99. Di ayat ini, Allah SWT menggambarkan hijau sebagai warna tanaman yang keluar dari tumbuh-tumbuhan dan dari tanaman yang menghijau tersebut keluar butiran-butiran yang banyak. Dalam hal ini, warna hijau bukan hanya melekat pada tanaman, tetapi juga pada tumbuh-tumbuhan.

Allah SWT mengilustrasikan hijau sebagai warna tanaman gandum. Hal ini sebagaimana tertera dalam Q.S. Yusuf ayat ke-43 dan ayat ke-46. Jadi, dalam makna yang sebenarnya, tanaman gandum tersebut memang berwarna hijau.

Allah SWT menerangkan bahwa setelah Dia menurunkan air dari langit, maka Bumi ini menjadi berwarna hijau. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. Al-Hajj ayat ke-63. Kalau boleh ditafsirkan, Bumi yang berwarna hijau tersebut terjadi lantaran tumbuhnya tanaman dan tumbuh-tumbuhan, akibat turun hujan.

Dalam Q.S. Yaasiin ayat ke-80, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menjadikan kayu berwarna hijau. Sebagaimana dapat dilihat di dunia ini, luaran pohon kayu memang berwarna hijau.

Selain itu, warna hijau lekat dengan keadaan surga. Dalam Q.S. Al-Kahf ayat ke-31 dan Q.S. Al-Insaan ayat ke-21, Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang yang menghuni surga dan mereka (para penghuni surga itu) mengenakan pakaian berwarna hijau yang terbuat dari sutera halus dan tebal. Artinya, tidak hanya mengenakan pakaian dari sutera halus dan tebal, melainkan pakaian para penghuni surga itu pun berwarna hijau.

Allah SWT menerangkan tentang keberadaan dua surga yang terlihat berwarna hijau tua. Hal ini dapat dibaca dalam Q.S. Ar-Rahmaan ayat ke-64. Kalau boleh ditafsirkan, dua surga yang dimaksud mungkin semacam taman yang dihiasi tanaman dan tumbuhan yang memang berwarna hijau tua.

Dalam Q.S. Ar-Rahmaan ayat ke-76, Allah SWT juga mendeskripsikan tentang bantal-bantal berwarna hijau di surga dan digunakan para penghuni surga. Selain benar-benar berwarna hijau, bantal-bantal tersebut tentu empuk dan enak dipandang mata.

Ringkas kata, putih dan hijau dalam Alquran tidak hanya mengacu pada benda-benda berwarna hijau, tetapi juga menyimbolkan beberapa makna. Dalam konteks yang terakhir disebutkan, jika putih simbol kebersihan dan kebahagiaan serta cahaya yang memberikan penerangan, maka hijau merupakan simbol kenyamanan, keindahan, dan kesuburan. (MDK)

Bersambung….

Sebelumnya:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*