Selama bertahun-tahun dari sejak revolusi, Muslim, dan juga penganut agama lainnya, melaksanakan ibadah secara diam-diam. Mereka tidak memiliki masjid. Namun angin segar akan berhembus pada waktunya.
Selama betahun-tahun dari sejak revolusi, Muslim, dan juga penganut agama lainnya, melaksanakan ibadah secara diam-diam. Maka tidak mengherankan jika di Kuba sebelumnya tidak ada masjid yang terbuka untuk umum. Para Muslim kebanyakan melaksanakan ibadah di rumahnya, yang mereka alihfungsikan untuk menjadi masjid.
Misalnya saja Masjid Camaguey, sejatinya ini adalah sebuah rumah. Bangunan Masjid Camaguey berada di kompleks lahan milik privat, sengaja dibuat seperti itu karena Muslim di kota Camaguey, kota terbesar ke-3 di Kuba, enggan berurusan dengan pihak otoritas Kuba. Masjid ini mulai difungsikan sejak tahun 2000-2001. Jangan membayangkan masjid ini seperti masjid-masjid di negara Muslim, bangunannya sangat sederhana, atapnya terbuat dari rumbai, dan hanya mampu menampung sedikit orang saja.[1]
Casa Del Arabe
Namun apabila ditelisik lebih jauh, sebenarnya ada masjid, kendatipun tidak terbuka untuk umum. Masjid ini bernama Casa Del Arabe (Rumah Arab). Casa Del Arabe dulunya adalah rumah milik seorang pedagang Arab kaya yang tinggal di kota Havana pada tahun 1940-an. Rumah itu kemudian digunakan sebagai masjid untuk para diplomat dan orang asing Muslim yang sedang berkunjung ke Kuba, namun itu tetap dibuat tertutup untuk orang-orang Islam Kuba.[2]
Casa Del Arabe, bangunan yang indah ini, ketimbang bergaya Spanyol (Kuba dulunya dijajah oleh Spanyol), lebih mirip dengan bangunan bergaya Maroko-Riyadh (Taman Maroko).[3] Maroko-Riyadh adalah gaya arsitektur rumah-rumah di kota-kota Maroko, di dalamnya mesti terdapat taman berbentuk segi empat, yang mana biasanya, di bagian paling tengah taman, terdapat air mancur.[4]
Selain sebagai masjid, Casa Del Arabe juga difungsikan untuk menjadi Museum dan Restoran Arab. Di kemudian hari, Qatar menyumbang sejumlah dana sebesar $ 40.000 AS untuk merenovasinya, dan masjid ini boleh dibuka hanya pada hari Jumat, dan hanya selama tiga jam, untuk salat Jumat.[5]
Selepas lantai dasar, di mana taman berada, terdapat dua lantai lainnya. Ruangan di dalamnya terlihat sudah lama sekali tidak digunakan selama beberapa dekade, namun itu tetap terawat dengan sangat baik, dan bersih. Masjid yang dimaksud terdapat di dalam salah satu ruangan bangunan ini, tampilannya sangat sederhana, di sana terdapat mimbar kayu tua dan sajadah di sebelahnya.[6]
Menyadari kesulitan yang dialami oleh Muslim Kuba, Sheikh Muhammad bin Nassir Al-Aboudy, Asisten Sekretaris Jenderal Liga Dunia Muslim (MWL), yang berbasis di Makkah, berharap bahwa pemerintah Kuba akan menanggapi secara positif permintaan pembentukan organisasi Islam yang akan mengurus komunitas Muslim Kuba.
Di antara tujuan lain dari organisasi yang diusulkannya adalah mendirikan tempat-tempat untuk salat dan masjid di mana umat Islam dapat berkumpul untuk salat lima waktu, dan juga penyebaran budaya Islam di kalangan umat Islam.
Aboudy kemudian bertolak ke Havana, dia ingin berbicara dengan otoritas Kuba, untuk meminta izin pendirian sebuah organisasi Islam dan masjid. Di sana Aboudy kemudian menjelaskan tentang organisasi Islam dan pentingnya sebuah masjid bagi kehidupan Muslim. Sayangnya dia mendapat jawaban yang kurang positif, “Ini tidak mungkin, karena begitu pemerintah Kuba menyetujui pendirian sebuah organisasi Islam, maka kami juga harus menyetujui pendirian organisasi serupa oleh denominasi agama lain,” ujar otoritas Kuba.
Dia menambahkan, “Seperti orang Kristen, yang mana denominasi Katoliknya merupakan 90 persen dari populasi (juga akan menginginkan pendirian organisasi-pen). Kami tidak berpikiran religius, karena kami adalah sosialis, dan tidak mengizinkan keberadaan kelompok religius mana pun di tengah-tengah kami.”
Untuk sementara Aboudy mengusulkan agar Muslim Kuba disediakan sebuah rumah yang dapat mereka gunakan sebagai masjid. Dia juga mengatakan bahwa MWL bersedia untuk mendanai pembangunan sebuah masjid, tanpa mesti ikut campur dalam urusan politik dalam negeri Kuba.
Aboudy mengatakan kepada para pejabat Kuba, bahwa langkah seperti ini akan membuat kerjasama Kuba dengan negara-negara Islam menjadi lebih meningkat. Otoritas Kuba menjawab, bahwa mereka akan mengajukan permintaannya dalam pertemuan Komite Sentral Partai Komunis berikutnya, dan itu membutuhkan waktu.[7]
Pada waktunya nanti, orang-orang Muslim Kuba akan mendapatkan sebuah masjid. Dengan bantuan dan dorongan dari negara-negara Muslim lainnya. (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Lucy Westcott, “Why Cuba’s Muslim Population Is Growing”, dari laman https://www.newsweek.com/2017/01/06/why-cubas-muslim-population-growing-535773.html, diakses 10 Juni 2019.
[2] Afaq Ali, “The Mosques of Havana”, dari laman https://www.sacredfootsteps.org/2018/02/14/travelogue-mosques-havana/, diakses 10 Juni 2019.
[3] Ibid.
[4] Annabelle Thorpe, “The 20 best riads in Morocco”, dari laman https://www.thetimes.co.uk/article/the-20-best-riads-in-morocco-j7808s8ccgn, diakses 10 Juni 2019.
[5] Islam Awareness, “Islam in Cuba”, dari laman https://www.islamawareness.net/LatinAmerica/cuba.html, diakses 10 Juni 2019.
[6] Afaq Ali, Loc.Cit.
[7] Islam Awareness, Loc.Cit.