Mozaik Peradaban Islam

Al-Jahiz (4): Karya-Karya Al-Jahiz

in Tokoh

Last updated on July 7th, 2021 02:45 am

Di dalam Kitab al-Hayawan (Kitab tentang Hewan-Hewan), al-Jahiz menulis tentang efek lingkungan pada peluang kelangsungan hidup hewan. Jauh berabad-abad sebelum Charles Darwin melahirkan teori evolusi.

Ilustrasi dan penjelasan tentang hewan di dalam Kitab al-Hayawan. Foto: 1001 Inventions

Al-Jahiz menulis sejumlah besar buku dan risalah dalam bidang teologi, sosiologi, zoologi, sastra, matematika, dan karya-karya lainnya (hingga 200 teks). Beberapa dari karya-karya ini masih ada hingga sekarang, sementara sisanya hilang.

Al-Mas’udi mengatakan, buku-buku al-Jahiz adalah karya agung, dia menyusunnya dengan sangat baik, kokoh, indah, dan didukung oleh ekspresinya yang fasih.

Di dalam buku-bukunya, al-Jahiz mematuhi kaidah ilmiah, dia dengan jelas menyebutkan sumber-sumber dan nama-nama, sehingga banyak ulama, pemikir, filsuf, penulis, dan penyair yang disebutkan di dalam tulisannya, misalnya al-Nazzam, al-Asma’ i, Democritus , Aristoteles, dan lain-lain.

Beberapa bukunya ditulis sebagai respon atas situasi politik atau intelektual, misalnya Alquran yang Diciptakan, yang ditulis pada masa-masa sulit; lalu ada Kebajikan Orang-Orang Turki, yang ditulis ketika Khalifah al-Mutasim mengandalkan elemen orang-orang Turki dalam pemerintahannya; dan  Menolak Kristen dan Yahudi, ketika Khalifah al-Mutawakkil menghukum mereka.[1]

Sejarawan Inggris Albert Hourani, penulis buku A History of the Arab Peoples, pernah berkomentar tentang al-Jahiz, “Keingintahuan intelektualnya sangat luas, dan karya-karyanya adalah kumpulan pengetahuan langka dan menarik tentang manusia dan alam … Di dalamnya (juga) mengalir komentar moral: tentang persahabatan dan cinta, kecemburuan dan kebanggaan, ketamakan, kepalsuan dan ketulusan.”

Al-Jahiz memiliki bakat istimewa untuk bentuk sastra yang cukup baru dalam bahasa Arab, yang dikenal sebagai kompilasi. Kompilasi adalah antologi teks yang membahas satu ide atau topik.

Isi di dalam kompilasi umumnya bersifat menghibur, meskipun mereka mungkin juga menawarkan saran-saran tertentu kepada sponsor (penyokong dana atau orang kuat yang mendukung penerbitan buku tersebut) atau lingkungan pembaca yang lebih luas.

Kompilasi juga memungkinkan para kompiler (atau editor) untuk sedikit pamer, yaitu dengan cara menampilkan seberapa luas dia telah membaca topik tertentu. Tidak ada batasan khusus tentang subjek-subjek yang dibahas di dalam kompilasi.

Al-Jahiz adalah jagonya kompilasi. Kitab al-Bukhala (Kitab tentang Orang Kikir), salah satu buku al-Jahiz yang paling terkenal, adalah kumpulan 350 cerita lucu dan terkadang tentang skandal yang tetap populer hingga saat ini. Tidak diragukan lagi, dia menulisnya karena senang menyindir orang kaya dan berkuasa.

Buku al-Jahiz yang paling terkenal lainnya adalah Kitab al-Hayawan (Kitab tentang Hewan-Hewan). Ini adalah buku tentang sejarah alam yang di dalamnya menunjukkan adanya pengaruh sastra Yunani awal—terutama termasuk karya Aristoteles dengan judul yang sama. Meski memiliki judul yang sama, namun Kitab al-Hayawan karya al-Jahiz sangat orisinal dan jauh lebih dari sekadar tiruan.

Mengambil dari apa pun dan setiap sumber yang bisa dia dapatkan, al-Jahiz dalam Kitab al-Hayawan juga menyajikan lelucon, anekdot, dan komentar tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan hewan, termasuk etimologi, sejarah, dan antropologi.

Di dalamnya dia memasukkan ayat-ayat pilihan dari dalam Alquran dan puisi pra-Islam, bersama dengan kisah-kisah para penjelajah, kisah-kisah populer, dan juga pengamatan pribadi. Dia mengasimilasi sumber-sumber baik dari Arab maupun non-Arab.

Kitab al-Hayawan, yang ditulis berabad-abad sebelum Charles Darwin menerbitkan On the Origin of Species, memuat lebih dari satu referensi menarik tentang pandangan al-Jahiz tentang teori evolusi dan seleksi alam. Buku ini juga membahas panjang lebar tentang dampak lingkungan dan iklim pada tumbuhan dan hewan.[2]

Al-Jahiz menulis mengenai efek lingkungan pada peluang kelangsungan hidup hewan, saat dia mengamati dan dengan hati-hati menggambarkan perjuangan nyata seluruh spesies untuk mempertahankan keberadaan mereka.

Menariknya, dia membuat hubungan antara konsumsi makanan dan lingkungan, dengan menentukan bahwa yang terakhir ini membentuk, atau mungkin, berkontribusi pada karakteristik fisik semua tumbuhan dan hewan.

Jauh sebelum Darwin mengajukan teorinya sendiri, al-Jahiz telah memperhatikan bagaimana lingkungan bertanggung jawab atas adanya perbedaan pada warna kulit manusia.[3]

Sebagaimana telah disinggung dalam artikel sebelumnya, meskipun al-Jahiz tidak memegang posisi resmi di dalam pemerintahan Abbasiyah, namun dia mendapatkan banyak uang dari orang-orang kaya dan berkuasa dengan mendedikasikan buku-bukunya untuk mereka. Untuk mahakaryanya yang terkenal Kitab al-Hayawan, misalnya, dia menerima 5.000 dinar emas.[4] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] I. M. N. Al-Jubouri, Islamic Thought: From Mohammed to September 11, 2001 (Xlibris Corporation: US, 2010), hlm 153-154.

[2] Eamonn Gearon, The History and Achievements of the Islamic Golden Age (The Great Courses: Virginia, 2017), hlm 34-35.

[3] Joseph A. Kéchichian, “The father of the theory of evolution”, dari laman https://gulfnews.com/general/the-father-of-the-theory-of-evolution-1.1079209, diakses 1 Juli 2021.

[4] I. M. N. Al-Jubouri, Op.Cit., hlm 154.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*