Mozaik Peradaban Islam

Ayuba Suleiman Diallo (8): The Fortunate Slave, Lukisan Istimewa Abad ke-18

in Tokoh

Last updated on November 27th, 2019 02:42 pm

Lukisan ini pada tahun 2009 dilelang dan dibeli dengan harga £ 554.937 (sekitar 10 milyar Rupiah). Ia berharga sangat tinggi karena memiliki nilai historis, lukisan pertama orang berkulit hitam, dan obyeknya adalah Ayuba.

Lukisan Ayuba Suleiman Diallo karya William Hoare, tahun 1733. 

Lukisan di atas pernah penulis tampilkan pada seri pertama artikel ini. Tapi apakah yang Anda pikirkan ketika melihat lukisan Ayuba Suleiman Diallo di atas? Sepintas ini tampak seperti lukisan yang biasa-biasa saja, sebagaimana lukisan-lukisan dari Inggris pada masa itu, namun pada abad ke-18, sesungguhnya lukisan Ayuba ini adalah sesuatu yang luar biasa.

Sebagaimana telah disebut di dalam artikel sebelumnya, Ayuba menjadi benar-benar terkenal di Inggris setelah orang-orang membaca kisahnya. Dan kepopuleran Ayuba kemudian mengundang perhatian dari pelukis Inggris ternama pada waktu itu, William Hoare (sekitar 1707 – 12 December 1792), atau biasa juga disebut William Hoare of Bath.[1]

Pada masa-masa perbudakan di Eropa, banyak beredar lukisan-lukisan yang menggambarkan para budak, namun di dalamnya mereka bukan objek utama dari lukisan itu. Umumnya para budak itu digambarkan sebagai pelayan pribadi para raja, bangsawan, atau orang-orang tertentu yang digambarkan sebagai sosok yang unggul/istimewa.

Objek utama di dalam lukisan umumnya mengambil porsi tiga perempat atau hampir sepenuhnya, mereka berpakaian resmi dan dikelilingi oleh berbagai macam kekayaan — terutama mutiara dan perhiasan lainnya, burung-burung dan bunga-bunga eksotis, dan porselen impor. Sementara itu, beberapa budak, meskipun digambarkan sebagai pelayan, mereka mengenakan kerah perak atau emas dan sebagian besar mengenakan kostum yang mewah, seringkali dengan sorban.[2]

Lukisan karya Philippe Vignon (1638–1701)
Lukisan karya Carle (Charles André) Vanloo, sekitar tahun 1737.
Lukisan karya Pierre Louis Dumesnil the Younger, dibuat sekitar tahun 1756-1759, koleksi milik The Metropolitan Museum of Art, New York, Bequest of Harry G. Sperling, 1971.

Dalam versi lain yang lebih kasar, budak-budak itu malahan seringkali digambarkan dengan cara-cara rasialis dan direndahkan. Wajah mereka digambarkan begitu hitam dengan garis wajah yang berlebihan dan ditampilkan begitu buruk, misalnya gigi mereka bergerigi dan dengan sorot mata tajam yang keji.[3]

Penggambaran buruk tentang budak-budak kulit hitam. Foto: Screen Shot Onepath Network

Berbeda dengan pelukis-pelukis lainnya, adalah William Hoare yang tertarik untuk melukis Ayuba. Dia mendatangi dan mendekati Ayuba, mengatakan bahwa dia ingin melukis sosok Ayuba. Ayuba bersedia untuk dilukis olehnya, namun dengan suatu syarat.

Lukisan Ayuba selesai dibuat di London pada tahun 1733. Di dalamnya, Ayuba digambarkan mengenakan  Pulo mewah, boubou putih, berambut panjang dan bersorban putih, dan di lehernya menggantung sebuah talisman.[4] Atau berdasarkan sumber lain, dikatakan bahwa yang menggantung di lehernya itu bukanlah talisman, melainkan salinan Alquran yang ditulisnya sendiri.[5]

Namun apa yang sebenarnya dikenakan Ayuba pada saat lukisan itu dibuat bukanlah seperti demikian. Tidak diketahui pakaian apa yang dia kenakan pada waktu itu, yang mengetahui hanya Ayuba dan William Hoare. Satu hal yang diketahui, Ayuba bersikeras dan meminta William melukisnya dengan mengenakan pakaian tradisional sukunya.

Lukisan wajah William Hoare yang dibuat oleh dirinya sendiri.

Ayuba harus memaparkan tentang pakaiannya dengan detail, karena sang seniman menyatakan bahwa dia tidak bisa menggambar sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Ayuba kemudian menimpali William, yang mana merupakan seorang Kristen, dengan humor yang bernuansa teologis, “Jika engkau tidak bisa melukis sebuah pakaian yang belum pernah engkau lihat, mengapa beberapa dari kalian, para pelukis, memberanikan diri untuk melukis Tuhan, yang tidak pernah dilihat siapa pun?”

Ayuba bersikeras agar dirinya diabadikan mengenakan pakaian yang melambangkan suku dan agamanya, sikapnya menunjukkan bahwa dia sangat menjunjung tinggi identitas kulturalnya.[6]

Setelah selesai dibuat, orang-orang menyebut lukisan tersebut dengan nama “The Fortunate Slave” (Budak yang Beruntung), dan lukisan tersebut dianggap sebagai lukisan pertama orang kulit hitam yang digambarkan dengan posisi terhormat dan berkelas.[7]

Dan bagi William Hoare sendiri, tampaknya lukisan itu adalah satu-satunya yang objeknya berkulit hitam. Dari 175 karyanya pada masa kini yang sempat dilelang, Ayuba adalah satu-satunya yang berkulit hitam.[8]

Pada tahun 2009, lukisan Ayuba yang sebelumnya sempat hilang dari pandangan publik, muncul kembali dalam sebuah acara lelang di balai lelang Christie. Lukisan itu dilelang dari kepemilikkan pribadi. Lukisan itu lalu dibeli dengan harga tertinggi senilai £ 554.937 (sekitar 10 milyar Rupiah).

Menyusul penjualan itu, Menteri Kebudayaan Inggris pada waktu itu, Margaret Hodge, melarang ekspor lukisan tersebut dan memberi kesempatan bagi Museum dan Galeri Inggris untuk membelinya jika harganya pas.

National Portrait Gallery London bersama dengan Yayasan Pelestari Warisan Pusaka dan Yayasan Seni Inggris kemudian menyumbangkan dana sekitar £ 555.000 dari total dana yang dibutuhkan untuk membeli lukisan tersebut. Lukisan tersebut kini menjadi koleksi milik National Portrait Gallery London.[9] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Hassam Munir, “’Allah. Muhammad.’ Ayuba Diallo’s Long Journey Back to Africa”, dari laman http://www.ihistory.co/slave-of-allah-alone-ayuba-diallos-return-to-africa/, diakses 25 November 2019.

[2] Katharine Baetjer, “Finding Context for a 17th-Century Enslaved Servant in a Painting by Largillierre”, dari laman https://www.metmuseum.org/blogs/now-at-the-met/2016/17th-century-enslaved-servant, diakses 25 November 2019.

[3] OnePath Network, “The incredible journey of an African Muslim Slave – Ayuba Suleiman Diallo”, dari laman https://www.youtube.com/watch?v=qp5TvIyJHoQ, diakses 15 November 2019.

[4] Sylviane A. Diouf, Servants of Allah: African Muslims Enslaved in the Americas (New York University Press, 2013), hlm 106.

[5] “Portrait of Ayuba Suleiman Diallo in African dress, with the Qu’ran around his neck , 1733”, dari laman http://www.artnet.com/artists/william-hoare/portrait-of-ayuba-suleiman-diallo-in-african-D-o58SyvgjzzduZTeRz0vg2, diakses 25 November 2019.

[6] Sylviane A. Diouf, Ibid.

[7] OnePath Network, Loc.Cit.

[8] Lihat karya-karya William Hoare di sini: “William Hoare (British, 1706–1799)”, dari laman http://www.artnet.com/artists/william-hoare/past-auction-results, diakses 25 November 2019.

[9] “Larangan menjual lukisan budak”, dari laman https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2010/07/100712_lukisbudak, diakses 25 November 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*