Mozaik Peradaban Islam

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (34): Dinasti Jurchen Jin

in Sejarah

Last updated on March 19th, 2019 03:01 pm


Dibanding Dinasti raksasa Jurchen Jin dari China, bangsa Mongol tidak ada apa-apanya. Utusan Jurchen datang menuntut kesetiaan Genghis Khan kepada mereka. Dia kemudian malah meludah dan menghina mereka. Sebuah deklarasi perang.

Lukisan peninggalan dari Dinasti Jurchen Jin. Pelukis tidak diketahui.

Pada tahun 1210, atau Tahun Kuda, ketika usia Genghis Khan mencapai 48 tahun, dan negara barunya sudah berdiri selama empat tahun, sebuah rombongan delegasi dari Dinasti Jurchen Jin tiba di perkemahan Mongol untuk memproklamirkan naiknya Golden Khan yang baru ke dalam takhta tertinggi mereka. Dan bukan hanya itu, mereka juga menuntut kesetiaan dan ketertundukan Genghis Khan dan bangsa Mongol untuk menjadi negara bawahan mereka (vassal state).[1]

Ibu kota Dinasti Jurchen Jin berada di Zhongdu, atau dalam masa kini namanya telah berubah menjadi Beijing. Dinasti ini telah didirikan hampir seabad sebelumnya pada tahun 1125, wilayah kekuasaan mereka mencakup Manchuria dan sebagian besar wilayah Mongolia Dalam dan China Utara dalam peta masa kini.[2] Pada awalnya orang-orang Jurchen Jin berada di bawah pemerintahan Dinasti Liao, sebuah dinasti yang didirikan pada abad ke-10 oleh suku Khitan. Namun atas bantuan dari Dinasti Song di China Selatan, mereka meruntuhkan Dinasti Liao dan mendirikan dinastinya sendiri.[3]

Pada gilirannya, mereka kemudian berbalik menyerang Dinasti Song dan mengusir mereka ke selatan Sungai Huai. Mereka kemudian membangun sistem administrasi ganda: birokrasi bergaya China untuk menguasai wilayah selatan penaklukan mereka dan negara bawahan  (vassal state) berdasarkan kesukuan untuk mengendalikan suku-suku nomaden padang rumput di Mongolia di utara. Meskipun sebagian besar wilayah mereka ada wilayah China hari ini, dan mereka menggunakan nama China, Jin, untuk dinasti mereka, namun orang-orang Jurchen sangat sadar untuk mempertahankan identitas etnis mereka. Untuk tujuan ini, mereka terus menggunakan alfabet dan bahasa mereka sendiri dan melarang pakaian dan kebiasaan Tiongkok untuk digunakan oleh pasukan mereka.[4]

Peta wilayah kekuasan Dinasti Jurchen Jin pada tahun 1141. Sumber: Albert Herrmann, History and Commercial Atlas of China, (Harvard University Press, 1935).

Sebagai orang-orang asli dari suku di hutan Manchuria, mereka mengklaim kedaulatan atas semua suku di padang rumput. Di masa lalu, suku-suku besar di padang rumput pernah menyatakan kesetiaannya terhadap mereka, termasuk Ong Khan dari suku Kereyid dan Altan Khan dari suku Tatar. Namun, baik Kereyid maupun Tatar, kini keduanya telah tunduk kepada Genghis Khan, dan mereka menjadi bagian dari bangsa Mongol. Menganggap Genghis Khan sebagai pengganti Ong Khan yang menjadi tokoh dominan di antara suku-suku nomaden di padang rumput, kini dengan bersemangat mereka ingin menegaskan kembali kekuasaannya atas Genghis Khan.

Kekuatan Jurchen terhadap suku-suku padang rumput tidak bergantung pada kecakapan militer semata, melainkan juga berasal dari kendali ketat mereka atas barang-barang yang mengalir ke para penggembala yang berasal dari industri di seluruh China. Untuk mendapatkan barang-barang tersebut, seorang khan di padang rumput bisa mendapatkannya dengan dua cara, yaitu dengan menjadi pemenang perang antar suku atau dengan menjarah dari suku lainnya.

Keberhasilan Genghis Khan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam mengalahkan dan menyatukan semua suku memiliki konsekuensi yang tidak disengaja dalam mengakhiri penjarahan, dan dengan demikian menghambat aliran barang. Karena semua barang-barang manufaktur berasal dari selatan, Genghis Khan sebenarnya dapat menawarkan kesetiaannya kepada salah satu penguasa di selatan dan menerima barang-barang itu dengan status sebagai negara bawahan. Atau, pilihan lainnya adalah, dia dapat menyerang mereka dan menjarah barang-barang tersebut.

Genghis Khan tidak memiliki kepercayaan terhadap Dinasti Jurchen. Bangsa Mongol lebih memiliki kedekatan secara etnisitas dan bahasa dengan suku Khitan, yang telah dikalahkan oleh Jurchen dan sekarang dikuasai oleh mereka. Karena merasa ada sesuatu yang istimewa dari penguasa Mongol yang baru, kini banyak orang-orang Khitan yang melarikan diri dari wilayah Jurchen untuk mencari perlindungan di bawah Genghis Khan. Pada tahun 1208, empat pejabat pengadilan tinggi Khitan, melarikan diri kepada Mongol dan meminta mereka untuk menyerang Dinasti Jurchen, namun khawatir bahwa ini semua hanya jebakan, atau skema jahat lainnya, Genghis Khan menolak.

Kematian yang tak terduga dari Golden Khan tua Dinasti Jurchen dan kenaikan putranya yang muda ke atas takhta pada tahun 1210, membuat mereka merasa perlu untuk menegaskan kembali kekuasaan atas suku padang rumput dengan mengirim utusannya kepada Genghis Khan. Mereka datang dengan mengumumkan telah naiknya Golden Khan yang baru dan menuntut kesetiaan dari Genghis Khan.

Bagaimana seharusnya kepala suku Mongol tunduk kepada Jurchen digambarkan dalam sebuah laporan yang dimuat oleh surat kabar Peking pada tahun 1878. Laporan tersebut mengisahkan, dulu seorang utusan dari Manchu, keturunan Jurchen, hendak menobatkan kepala suku Mongol. Mongol muda itu berlutut “dengan hormat di atas tanah” dan, “dengan rasa terima kasih yang paling dalam,” mengakui dirinya “sebagai budak Mongol dengan kemampuan yang lebih rendah, sangat tidak mampu membalas sedikit pun, bantuan kekaisaran di mana keluarganya telah menjadi penerima untuk beberapa generasi yang lalu, dia menyatakan niatnya untuk melakukan tugasnya sebaik mungkin dari kekuatannya yang lemah.” Dia kemudian “menoleh ke arah istana dan menghentakkan kepalanya di atas tanah…. untuk pengakuan dan rasa syukur atas karunia kekaisaran.”

Genghis Khan tahu betul bagaimana caranya untuk melakukan upacara ketertundukkan dan kesetiaan semacam itu, tetapi sekarang, dengan usianya yang hampir mencapai 50 tahun, dia tidak akan pernah melakukannya kepada siapa pun. Dia juga bukan budak milik siapapun. Setelah menerima perintah untuk menunjukkan kesetiaan, Genghis Khan dilaporkan telah melihat arah ke selatan – tempat di mana istana Jurchen berada – dan meludah ke tanah. Kemudian dia menunjukkan beberapa gestur menghina kepada Golden Khan, menaiki kudanya, dan melaju ke utara, meninggalkan para utusan dengan tercengang.

Penentangan Genghis Khan terhadap utusan Golden Khan artinya sama saja dengan deklarasi perang antara bangsa Mongol dan Dinasti Jurchen. Kebutuhan Genghis Khan terhadap barang-barang dari selatan sudah memberinya alasan yang cukup untuk berperang melawan Jurchen, dan permintaan dari Golden Khan untuk tunduk, sekarang malah memberinya alasan yang lebih kuat untuk menyerang.[5] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Jack Weatherford, Genghis Khan and the Making of the Modern World (Crown and Three Rivers Press, 2004, e-book version), Chapter 4.

[2] Ibid.

[3] “Jin dynasty”, dari laman https://www.britannica.com/topic/Jin-dynasty-China-Mongolia-1115-1234, diakses 18 Maret 2019..

[4] Ibid.

[5] Jack Weatherford, Loc.Cit.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*