Mozaik Peradaban Islam

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (68): Para Putra Genghis Khan (2): Kisah Tentang Perebutan Kekuasaan

in Sejarah

Last updated on July 3rd, 2019 02:20 pm

Chagatai berkata kepada Jochi, “Bagaimana mungkin kita membiarkan diri kita diperintah oleh bajingan keturunan Merkid ini?” sebuah pernyataan keras, dia ingin berkata bahwa Jochi bukanlah putra Genghis Khan.

Foto ilustrasi, pegulat Mongolia di masa kini. Dari sejak masa Genghis Khan, gulat adalah olahraga favorit bagi orang-orang Mongol. Foto: Xinhua

Dalam tradisi Mongol, membahas atau mempersiapkan kematian adalah sebuah tabu yang sangat terlarang. Meski demikian, Genghis Khan sadar sepenuhnya, bahwa persoalan suksesi kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat penting bagi keberlangsungan kekaisaran, mengingat dia sudah tidak muda lagi. Genghis Khan lalu memanggil keluarganya untuk menyelenggarakan Khuriltai (tradisi musyawarah bangsa Mongol untuk mengambil keputusan) untuk menyelesaikan secara benar mengenai pergantian kepemimpinan.

Pertemuan ini menjadi salah satu episode paling penting dalam sejarah Mongol. Genghis Khan sekali lagi berusaha untuk menyatukan berbagai perselisihan di masa lalu dan menentukan masa depan kekaisaran, sebab, jika hal ini tidak dilakukan, niscaya Kekaisaran Mongol yang dengan susah payah dia bangun akan menjadi berantakan.

Selain putra-putranya, Genghis Khan juga mengundang beberapa orang kepercayaannya untuk terlibat di dalam khuriltai. Karena bagaimanapun, persetujuan dan dukungan mereka juga dibutuhkan agar suksesi dapat berjalan lancar setelah kematiannya. Saat pertemuan dimulai, dua putra tertua Genghis Khan, Jochi dan Chagatai, tampak sangat tegang, gestur mereka bagaikan baja yang sangat keras dan kaku, sehingga seolah-seolah mereka malah menjadi tampak mudah untuk patah.

Sementara itu, Ogodei, putra ketiga, dengan reputasinya sebagai seorang pemabuk, pastilah sudah menenggak arak, meskipun hanya sedikit, karena pastinya dia tidak ingin menjadi benar-benar mabuk di hadapan ayahnya dalam momen yang sangat krusial ini. Tolui, putra bungsu, seolah tidak ingin terlibat, menyelinap ke sisi lain bagian tenda, membiarkan kakak-kakaknya mendominasi bagian tengah ajang pertemuan.

Genghis Khan membuka khuriltai dan menjelaskan tujuan pertemuan ini adalah untuk memilih penggantinya. Dia mengatakan, “Jika semua putraku ingin menjadi khan dan penguasa, menolak untuk saling mengabdi, bukankah itu akan menjadi seperti kisah ular berkepala satu dan berkepala banyak?”

Jack Weatherford, penulis sejarah Mongol kontemporer yang bukan hanya mengandalkan teks sejarah, tetapi juga mengamati sejarah lisan yang diturunkan secara turun temurun kepada orang Mongol hari ini, menjelaskan lebih detail tentang fabel tradisional ini:

“Dalam dongeng tradisional ini, ketika musim dingin tiba, kepala sang ular (berkepala banyak) bersaing dan bertengkar di antara mereka sendiri. Dan mereka berbeda pendapat untuk memilih lubang mana yang lebih baik untuk perlindungan dari angin dingin dan salju. Satu kepala memilih satu lubang dan menarik ke arah itu, dan kepala lainnya menarik ke arah lain. Ular yang lain — dengan banyak ekor tetapi hanya satu kepala — segera masuk ke satu lubang dan tetap hangat sepanjang musim dingin, sementara ular dengan banyak kepala membeku sampai mati.”

Setelah menjelaskan betapa serius dan pentingnya masalah ini, Genghis Khan meminta putra sulungnya, Jochi, untuk berbicara terlebih dahulu mengenai masalah suksesi ini. Dalam tradisi Mongol, keistimewaan anak laki-laki pertama seperti urutan tempat duduk, posisi berjalan, berbicara, minum, dan makan, seluruhnya mengandung nilai simbolis yang harus dijunjung tinggi, yang mana bahkan masih berlangsung hingga hari ini.[1]

Genghis Khan berkata, “Anak tertua di antara putra-putraku adalah Jochi. Apa yang hendak engkau katakan, Jochi? Bicaralah!”[2]

Dengan menetapkan siapa yang paling berhak untuk pertama berbicara, sang Khan secara terbuka telah menekankan bahwa Jochi memiliki peringkat teratas sebagai putra pertamanya, dan dengan demikian, secara simbolis dia telah ditunjuk untuk menjadi penerus. Jika adik-adiknya yang lebih muda diam dan menerima perintah urutan berbicara ini, itu artinya sama saja dengan menerima legitimasi dan senioritas Jochi atas mereka.[3]

Chagatai, putra kedua, menolak membiarkan senioritas Jochi bergulir begitu saja. Sebelum Jochi dapat menjawab ayahnya, Chagatai berbicara dengan keras, “Ketika engkau berkata, ‘Jochi, bicaralah!’,” dia menantang ayahnya dengan pertanyaan, “Apakah dengan itu engkau bermaksud akan menunjuk Jochi sebagai penerusmu?”[4]

Chagatai kemudian terus berbicara, mempertanyakan identitas sesungguhnya dari Jochi, tidak peduli atas ketidaknyamanan Genghis Khan, tentang siapa sebenarnya ayah Jochi. Sekedar menyegarkan ingatan pembaca, dulu, ketika Temujin (nama asli Genghis Khan) awal-awal menikah dengan Borte (istri pertama Genghis Khan) – waktu itu Genghis Khan masih belum menjadi apa-apa, hanya sebagai pemimpin dari keluarga kecil – keluarga kecilnya diserang oleh suku Merkid.  Temujin dapat lolos, namun Borte diculik oleh orang-orang Merkid.

Untuk sekian lama, Borte dijadikan sebagai istri oleh salah satu prajurit Merkid, sampai akhirnya Temujin berhasil menyerang dan mengalahkan suku Merkid, dan membawa kembali pulang Borte. Sekembalinya Borte kepada Temujin, meski belum pada bulannya untuk melahirkan, Borte telah melahirkan Jochi. Desas-desus mengenai kisah ini memang menjadi rahasia umum bagi rakyat Mongol setelah Temujin menjadi Genghis Khan.[5]

“Bagaimana mungkin kita membiarkan diri kita diperintah oleh bajingan keturunan Merkid ini?” tanya Chagatai kepada ayah dan saudara-saudaranya.

Mendengarnya, Jochi bangkit dan berdiri, dia menarik kerah Chagatai dengan kemarahan.[6] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Jack Weatherford, Genghis Khan and the Making of the Modern World (Crown and Three Rivers Press, 2004, e-book version), Chapter 5.

[2] Igor de Rachewiltz, The Secret History of the Mongols: A Mongolian Epic Chronicle of the Thirteenth Century (Western Washington University, 2015), hlm 172.

[3] Jack Weatherford, Loc.Cit.

[4] Igor de Rachewiltz, Loc.Cit.

[5] Jack Weatherford, Loc.Cit.

[6] Igor de Rachewiltz, Loc.Cit.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*