Mozaik Peradaban Islam

Bosnia Herzegovina, Keajaiban Eropa : Mengenal Bosnia (6)

in Negara Islam

Last updated on October 3rd, 2018 05:03 am

Berbiacara mengenai sejarah Bosnia dan Herzegovina, tentu tidak lengkap tanpa mengulas Ibu kota negara tersebut, yaitu Sarajevo. Kota ini memeram sejarah panjang imperium raksasa yang pernah menguasa dunia, seperti Romawi dan Ottoman, serta ikut menjadi saksi sejarah pecahnya Perang Dunia I dan II.

—Ο—

 

Langit biru di atas Sarajevo memayungi menara-menara masjid dan bangunan tinggi gereja Katolik berasitektur Rumansque[1] serta kubah gereja Ortodok. Rumah-rumah dengan arsitektur Astro-Hungaria dan toko-toko ala Barat berpadu dengan pasar bernuansa Turki. Sarajevo berbeda dengan kota-kota lain di Eropa. Ibu kota dan pusat budaya Bosnia dan Herzegovina ini menyuguhkan perpaduan gaya Barat dan Timur[2].

Suasana bazar di Kota Tua Sarajevo. Sumber gambar: theguardian.com

Sarajevo memiliki cerita tentang perang yang memilukan tapi perlahan masyarakat selama 20 tahun ini mulai melupakan. Keindahan Sarajevo meningkatkan kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun.

Di kota ini pemandangan kontras begitu telanjang. Di satu tempat, pinggir jalan, ada meja-meja yang menyediakan beer namun di seberang jalan atau tempat lainnya tak akan dijumpai minuman beralkohol itu melainkan kopi Bosnia dengan rasa kuat dan pipa asap tembakau yang disebut hookah[3].

Kopi Turki yang merupakan sajian khas sejumlah kafe di Sarajevo. Sumber gambar: theguardian.com

Sarajevo terletak di lembah sempit yang dialiri Sungai Miljacka di kaki Gunung Trebević. Kota ini mempertahankan karakter Muslim yang kuat, memiliki banyak masjid, rumah-rumah kayu dengan interior berukir, dan pasar Turki kuno (Baščaršija); sebagian besar penduduknya adalah Muslim[4]. Sensus yang dilakukan pada 2013 menyebutkan jumlah penduduk beragama Islam telah melebih 50 persen[5].

Masjid utama kota ini adalah Masjid Gazi Husreff-Bey atau Begova Džamija (1530) dan Masjid Ali Pasha (1560–61). Husreff-Bey juga membangun madrasah, sekolah teologi Muslim; dapur gratis untuk orang miskin (imaret); dan pemandian umum (hamam). Sebuah menara jam dari abad ke-16 berdampingan dengan Masjid Begova Džamija[6].

Masjid Begova Džamija adalah masjid arsitektur Otoman terbesar di Bosnia dan Herzegovina yang dibangun pada akhir abad 15. Awalnya arsitek masjid ini belum diketahui, namun setelah beberapa kali melakukan spekulasi nama pakar arsitektur, akhirnya tersebutlah nama orang berdarah Persia, Acem Esir Ali “Alaüddin” yang disepakati sebagai perancang masjid itu. Masjid yang terletak di tengah kota Sarajevo ini terus dikunjungi umat Muslim maupun wisatawan[7].

Ada pula museum-museum seperti Mlada Bosna (Bosnia Muda), museum kota; Museum Revolusi, museum sejarah Bosnia dan Herzegovina sejak 1878; dan museum Yahudi. Sarajevo juga memiliki universitas (1949) yang mencakup fakultas di bidang pertambangan dan teknologi, akademi sains, perguruan tinggi seni, dan beberapa rumah sakit. Sejumlah jalan dan pasar kuno Kazandžviluk (bazar coppersmith) dipertahankan dalam bentuk aslinya[8].

Dekat Sarajevo terdapat sisa-sisa pemukiman Neolitik dari budaya Butmir. Awalnya, orang Romawi mendirikan sebuah tempat peristirahatan di daerah dekat Ilidža. Kemudian bangsa Goths lalu diikuti bangsa Slavia, mulai menetap di daerah itu sekitar abad ke-7. Pada 1415 Sarajevo disebut sebagai Vrhbosna. Ketika Turki menginvasi pada akhir abad ke-15, kota itu berkembang sebagai pusat perdagangan dan benteng budaya Muslim. Pedagang Dubrovnik membangun kantor (Latinluk), begitu juga dengan imigran Yahudi Sephardic juga mendirikan tempat mereka yang disebut Čifuthani. Tapi sekitar abad ke-17 atau tepatnya pada 1697, Pangeran Eugene dari Savoy membakar kota tersebut yang menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa[9].

Kemunduran Kekaisaran Ottoman membuat Sarajevo pada 1850 dijadikan sebagai kota administratif bagi Bosnia dan Herzegovina. Ketika Kekaisaran Austro-Hungaria menggulingkan Turki pada tahun 1878, Sarajevo tetap menjadi tempat administrative, dan dalam dekade berikutnya sebagian besar dimodernisasi[10].

Jembatan Seher-Cehaja merupakan salah satu monumen paling bersejarah di Sarajevo. Jembatan yang melintas di atas sungai Miljacka tersebut, dibuat pada tahun 994 H (1585/1586 M). Jembatan ini merupakan 1 di antara  13 jembatan lainnya yang dibangun oleh Kekhalifahan Utsmani ketika menguasai Sarajevo. Sumber gambar: theguardian.com

Selama periode ini juga Sarajevo menjadi pusat gerakan perlawanan Serbia-Bosnia (Mlada Bosna) terhadap pemerintahan Austria. Perlawanan itu memuncak pada 28 Juni 1914, ketika seorang Serbia Bosnia, Gavrilo Princip, membunuh pewaris tahta Austria, Archduke Franz Ferdinand, dan istrinya. Pemerintah Austro-Hungaria lalu menggunakan insiden ini sebagai dalih untuk melawan Serbia, sehingga memicu Perang Dunia I [11].

Pada November 1918, Diet Sarajevo memproklamasikan penyatuan dengan Yugoslavia. Selama pendudukan Jerman pada Perang Dunia II, para pejuang pemberontak Sarajevo berjuang melawan melawan Jerman. Setelah Perang Dunia II, Sarajevo dengan cepat memperbaiki kerusakan perang yang cukup besar[12].

Setelah Bosnia dan Herzegovina mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1992, Sarajevo menjadi titik pusat peperangan sengit di kawasan itu pada pertengahan 90-an, dan kota itu mengalami kerusakan yang cukup besar[13].

Panorama kota Sarajevo dari ketinggian. Sumber gambar: theguardian.com

Sarajevo memiliki jaringan jalan yang terhubung dengan jalur kereta api yang menuju Laut Adriatik. Perdagangan kerajinan tua, terutama metalware dan karpet, terus berlanjut. Sarajevo juga pernah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 1984. Industri sebelum perang kota ini mencakup penyulingan gula, pabrik pembuatan bir, pabrik mebel, pabrik tembakau, pekerjaan rumah tangga, komunikasi, agribisnis, dan industri mobil[14]. (LJ)

Bersambung…

Bosnia Herzegovina, Keajaiban Eropa : Mengenal Bosnia (7)

Sebelumnya:

Bosnia Herzegovina, Keajaiban Eropa : Mengenal Bosnia (5)

Catatan kaki:

[1] Arsitektur Eropa Romanesque adalah gaya arsitektur abad pertengahan yang dicirikan oleh lengkungan setengah lingkaran. Tidak ada konsensus yang menyatakan awal mula gaya romantic ini, umumnya dikenal mulai dari abad ke-6 hingga ke-11, lihat https://en.wikipedia.org/wiki/Romanesque_architecture, diakses 26 September 2018

[2]Lihat  https://www.theguardian.com/travel/2018/sep/02/sarajevo-city-break-bosnia-and-herzegovina-holiday, diakses 26 September 2018

[3] ibid

[4] Lihat https://www.britannica.com/place/Sarajevo, diakses 26 September 2018

[5] Lihat https://sputniknews.com/europe/201701091049390519-bosnia-muslims–islamization/, diakses 26 September 2018

[6] Lihat https://www.britannica.com/place/Sarajevo, Op Cit

[7] Lihat https://en.wikipedia.org/wiki/Gazi_Husrev-beg_Mosque, diakses 26 September 2018

[8] lihat https://www.britannica.com/place/Sarajevo, Op Cit

[9] ibid

[10] ibid

[11] ibid

[12] ibid

[13] ibid

[14] ibid

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*