Salman al-Farisi berkata, “Nuh membangun bahtera selama empat ratus tahun. Dia membiarkan pohon jati itu tumbuh selama empat puluh tahun hingga tingginya mencapai 300 hasta.”
Nabi Muhammad SAW berkata, “Nuh menetap bersama umatnya selama 950 tahun, menyeru mereka kepada Allah. Kemudian pada akhir waktunya, dia menanam pohon yang tumbuh dan menyebar ke segala arah. Dia kemudian menebangnya dan mulai membangun sebuah bahtera (perahu/kapal).
“Orang-orang yang lewat bertanya kepadanya (apa yang dia lakukan). Dia menjawab, ‘Aku sedang membangun sebuah bahtera dari (pohon). Mereka mengolok-oloknya dan berkata, “Engkau membangun bahtera di tanah kering !? Bagaimana ia akan melaju (di atas air)?’ Dia menjawab, ‘Kalian akan lihat.’.”[1]
Menurut Al-Tabari, waktu yang dibutuhkan agar pohon-pohon tersebut dari sejak ditanam hingga siap untuk ditebang adalah selama empat puluh tahun. Al-Tabari berkata, “Allah memerintahkannya untuk menanam pohon, dan dia melakukannya. Pohon itu tumbuh dan menyebar ke segala arah. Empat puluh tahun setelah Nuh menanamnya, Allah memerintahkannya untuk menebangnya dan menggunakannya untuk (membangun) bahtera, seperti firman Allah, ‘Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami!’[2] Lalu, dia menebang pohon itu dan mulai mengerjakannya.”[3]
Adapun proses pembuatan bahtera tersebut, menurut Salman al-Farisi, itu membutuhkan waktu selama 400 tahun dan pohon yang ditanam adalah jenis pohon jati. Salman al-Farisi berkata, “Nuh membangun bahtera selama empat ratus tahun. Dia membiarkan pohon jati itu tumbuh selama empat puluh tahun hingga tingginya mencapai 300 hasta.”[4]
Ukuran hasta (jarak dari jari ke siku) relatif, namun apabila mengikuti kesepakatan umum internasional pada masa kini, satu hasta sama dengan 0,4572 meter.[5] Artinya, jika mengikuti standar hari ini, tinggi pohon-pohon tersebut maka mencapai sekitar 137 meter.
Ibnu Katsir menggambarkan di mana Nuh membangun bahtera, dan oleh karenanya orang-orang mulai mengolok-oloknya. Ibnu Katsir berkata, “Nuh memilih tempat di luar kota, jauh dari laut. Dia mengumpulkan kayu dan peralatan dan mulai siang dan malam untuk membangun bahtera.
“Ejekan dari orang-orang berlanjut, ‘Wahai Nuh! Apakah menjadi tukang kayu lebih menarik bagimu dibanding kenabian? Mengapa engkau membangun bahtera sejauh ini dari laut? Apakah engkau akan menyeretnya ke air atau angin akan membawanya untukmu?’
“Nuh menjawab, ‘Kalian akan mengetahui siapa sebenarnya yang dipermalukan dan menderita nanti.’.”[6]
Sejarawan Islam klasik, Ibnu Ishaq, mengatakan, berdasarkan petunjuk Allah SWT, Nuh mulai menebang kayu dan menempa besi dan menyiapkan bahan-bahan untuk pembuatan bahtera, seperti paku dan material lainnya yang hanya diketahui olehnya. Ketika proses pembuatan ini, Allah kemudian membuat mandul seluruh wanita, sehingga tidak ada anak yang dilahirkan dari umat Nabi Nuh.[7]
Adapun Ibnu Abbas mengatakan bahwa pembuatan perahu tersebut dilakukan di atas Gunung Nudh.[8] Perihal di mana Gunung Nudh itu berada, sejarawan Islam, Al-Masudi dalam karyanya Muruj adh-dhahab, mengatakan Gunung Nudh berada di Sri Lanka pada hari ini, tempat di mana dalam banyak riwayat dikisahkan bahwa Nabi Adam pertama kalinya diturunkan ke Bumi dari Surga.[9]
Alquran mengabadikan momen-momen di atas dalam ayat yang berbunyi, “Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: ‘Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal.’.” (Q.S 11: 38-39)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Diriwayatkan oleh Siti Aisyah, dalam Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 1, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Franz Rosenthal (State University of New York Press: New York, 1989), hlm 355-356.
[2] Alquran Surat Hud Ayat 37.
[3] Al-Tabari, Op.Cit., hlm 355.
[4] Ibid., hlm 356.
[5] “Convert Cubits to Feet”, dari laman http://www.kylesconverter.com/length/cubits-to-feet, diakses 27 Agustus 2019.
[6] Ibnu Katsir, Qisas Al-Anbiya, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Muhammad Mustapha Geme’ah (Darussalam: Riyadh, e-book version), Chapter 3, Prophet Nuh (Noah).
[7] Al-Tabari, Op.Cit., hlm 358-359.
[8] Ibid., hlm 358.
[9] Lihat catatan kaki no 788, dalam Al-Tabari, Op.Cit., hlm 291.