“Sesungguhnya kami benar-benar melihatmu seorang yang lemah di antara kami.” (QS Hud [11]: 91). Ada beberapa pendapat tentang makna “lemah” dalam ayat ini, Abdul Ala bin Wasil al-Asadi mengatakan, maksudnya Syuaib bermata buta, sedangkan Abbas bin Abdul Muthalib mengatakan dia rabun.
Setelah Nabi Syuaib memberikan peringatan-peringatan kepada kaumnya, sebagaimana telah dijelaskan pada artikel seri-seri sebelumnya, kini Kaum Madyan memberikan responnya kepada Syuaib. Di bawah ini adalah dialog antara Nabi Syuaib dengan kaumnya yang dikutip dari Tafsir Jalalain karya Imam as-Suyuti:
Mereka berkata kepada Nabi Syuaib dengan nada mengejek, “Hai Syuaib, apakah salatmu menyuruhmu membebankan kepada kami agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami, yaitu berhala-berhala, atau melarang kami melakukan apa yang kami kehendaki tentang harta kami?
“Sesungguhnya engkau adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal” (mereka mengatakan kalimat ini dengan nada ejekan dan cemoohan).
Syuaib menjawab, “Hai kaumku, bagaimana pikiran kalian jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik, rezeki yang halal, lalu apakah patut jika aku mencampurnya dengan barang yang haram dari hasil mengurangi takaran dan timbangan?
“Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian melakukan apa yang aku larang kalian darinya, kemudian aku mengerjakannya. Aku tidak ada maksud lain kecuali mendatangkan perbaikan bagi kalian agar menegakkan keadilan selama aku masih berkesanggupan.
“Dan tidak ada taufik bagiku, berkemampuan untuk melakukan hal tersebut dan perkara ketaatan lainnya, melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya lah aku kembali dan mengembalikan semua perkara.
“Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kalian) menyebabkan kalian menjadi jahat, sehingga kalian ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh, atau kaum Hud, atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempat atau waktunya) dari kalian. Maka ambillah hal itu sebagai pelajaran bagi kalian.
“Dan mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang, lagi Maha Pengasih, dan sangat mencintai orang-orang yang beriman.”
Mereka kemudian menjawab dengan kurang antusias, “Hai Syuaib, kami kurang memahami tentang apa yang engkau katakan itu, dan sesungguhnya kami benar-benar melihatmu sebagai orang yang lemah di antara kami (maksudnya orang rendahan).
“Jika bukan karena keluargamu, tentulah kami telah merajammu dengan batu. Sedangkan engkau pun bukanlah seseorang yang berwibawa di sisi kami, bukan orang yang tidak pantas dihukum rajam, dan sesungguhnya hanya keluargamu sajalah orang-orang yang berwibawa itu.”[1]
Sebelum melanjutkan dialognya, mari kita sisipkan pendapat lain mengenai makna dari ayat Alquran:
“Sesungguhnya kami benar-benar melihatmu seorang yang lemah di antara kami.” (QS Hud [11]: 91)
Sebagaimana dikutip oleh al-Tabari, Abdul Ala bin Wasil al-Asadi mengatakan, bahwa ayat tersebut bermakna, “Dia (Syuaib) adalah orang yang buta.” Begitu pula dengan Ahmad bin al-Walid dan al-Muthanna, mereka berpendapat bahwa ayat ini menyatakan bahwa Syuaib adalah orang yang buta.
Sementara itu, pendapat yang agak berbeda disampaikan oleh al-Abbas bin Abdul Muthalib, berkata, “‘Kami benar-benar melihatmu seorang yang lemah di antara kami,’ artinya dia memiliki penglihatan yang buruk (rabun).”[2]
Sekarang mari kita lanjutkan kembali dialognya menurut Tafsir Jalalain:
Syuaib menjawab, “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandangan kalian daripada Allah? Karena itu lalu kalian tidak mau membunuhku demi mereka, dan kalian tidak mau membiarkan aku karena Allah, sedangkan kalian menganggap Allah sebagai sesuatu yang terasing di belakang kalian tanpa menghiraukan-Nya.
“Sesungguhnya Tuhanku meliputi apa yang kalian kerjakan. Dia Maha Mengetahui semuanya, karena itu kelak Dia akan membalas kalian.
“Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuan kalian, sesuai dengan keadaan kalian, sesungguhnya aku pun berbuat sesuai dengan kedudukanku. Kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan siapa yang berdusta.
“Dan tunggulah akibat dari perbuatan kalian itu. Sesungguhnya aku pun menunggu bersama kalian , turut mengawasinya.”[3] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Tafsir Alquran Surat Hud Ayat 87-91, dalam Jalal ad-Din al-Maḥalli dan Jalal ad-Din as-Suyuti, Tafsir Jalalain, diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh penerbit (Sinar Baru Algensindo), hlm 873-875. Catatan penulis artikel: Mohon menjadi perhatian, dialog ini bukanlah terjemahan Alquran, melainkan tafsir dengan penambahan kata-kata yang menjadi penjelas dari ayat Alquran yang dimaksud, sebagaimana yang dituliskan dalam Kitab Tafsir Jalalain. Untuk membedakan mana yang terjemahan Alquran dan yang bukan, rujuklah langsung ke dalam kitabnya.
[2] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 2, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh William M. Brinner (State University of New York Press: New York, 1987), hlm 144.
[3] Tafsir Alquran Surat Hud Ayat 92-93, dalam Jalal ad-Din al-Mahalli dan Jalal ad-Din as-Suyuti, Tafsir Jalalain, Op.Cit., hlm 875-876. Catatan penulis artikel: Mohon menjadi perhatian, dialog ini bukanlah terjemahan Alquran, melainkan tafsir dengan penambahan kata-kata yang menjadi penjelas dari ayat Alquran yang dimaksud, sebagaimana yang dituliskan dalam Kitab Tafsir Jalalain. Untuk membedakan mana yang terjemahan Alquran dan yang bukan, rujuklah langsung ke dalam kitabnya.