“Setelah menciptakan Adam, Allah memperlihatkan suluruh keturunannya, di antaranya ada satu yang paling bercahaya, namun dia hanya diberi usia 40 tahun. Adam berkata, ‘Wahai Tuhanku! Persingkat hidupku dengan 60 tahun untuknya!’”
–O–
Ada perbedaan pendapat mengenai lamanya kehidupan Adam dan berapa umurnya ketika Allah SWT memanggil untuk kembali kepada diri-Nya.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW:
“…. Kemudian Allah SWT menutup tangan-Nya dan berkata kepada Adam: ‘Pilih dan putuskan!’ Adam berkata: ‘Aku memilih hak Tuhanku.’ Kedua tangan-Nya tangan kanan. Allah membuka tangan-Nya untuk dia, dan lihatlah, ada gambaran tentang Adam dan semua keturunannya, dan ada masa setiap orang yang dituliskan oleh Allah SWT. Untuk Adam, kehidupan seribu tahun telah dituliskan.
“Di antara orang-orang itu ada yang dimahkotai oleh cahaya. Ketika Adam bertanya kepada Tuhannya siapa mereka, Allah SWT menjawab: ‘Mereka adalah para nabi dan rasul yang akan Aku kirim kepada para hamba-Ku.’ Di antara mereka, ada seorang laki-laki yang paling bercahaya dari mereka.’ Namun, kehidupannya hanya empat puluh tahun yang ditulis untuknya. Adam bertanya: ‘Wahai Tuhanku! Mengapa hidupnya hanya empat puluh tahun yang ditulis untuk orang paling bercahaya ini di antara mereka?’ Allah SWT berkata: ‘Itulah yang dituliskan untuknya.’ Maka Adam berkata: ‘Wahai Tuhanku! Persingkat hidupku dengan enam puluh tahun untuknya!’
“Sekarang, Rasulullah SAW bersabda: Ketika Allah SWT menempatkan Adam di surga dan kemudian menurunkannya ke bumi, Adam biasa menghitung hari-harinya. Jadi, ketika Malaikat Maut datang untuk mengambilnya, Adam berkata kepadanya: ‘Engkau datang terlalu cepat Malaikat Maut,’ Malaikat Maut menjawab: ‘Aku tidak (terlalu cepat)’. Adam berkata: ‘Enam puluh tahun hidupku masih tetap ada.’ Malaikat Maut menjawab: ‘Tidak ada yang tersisa dari hidupmu. Engkau meminta Tuhanmu untuk menulis (enam puluh tahun) itu untuk putramu, Daud.’ Adam menjawab: ‘Aku tidak (memintanya).’
“Rasulullah melanjutkan: ‘Adam lupa, dan begitu juga keturunannya. Adam membantahnya, dan begitu juga keturunannya. Pada hari itu, Allah SWT membuat dokumen tertulis dan memerintahkan (menghadirkan) saksi.’”[1]
Ibnu Abbas berkata, “Ketika ayat tentang piutang itu diturunkan,[2] Rasulullah SAW bersabda:”
“Yang pertama menolak (kewajiban) tiga kali adalah Adam. Ketika Allah SWT menciptakannya, Dia menggosok punggungnya dan memperlihatkannya dari apa pun yang akan Dia perbanyak (keturunan Adam) pada hari kebangkitan. Ketika Dia mulai memperlihatkannya kepada Adam, Adam melihat di antara mereka seorang laki-laki yang bersinar. Dia berkata: ‘Wahai Tuhanku! Nabi yang mana ini?’ Allah SWT menjawab: ‘Ini putramu, Daud.’ Adam berkata: ‘Wahai Tuhanku! Berapa lama hidupnya?’ Allah SWT menjawab: ‘Enam puluh tahun,’ kemudian Adam berkata: ‘Wahai Tuhanku! Beri dia hidup yang lebih lama!’ Allah SWT berkata: ‘Tidak, kecuali engkau mengambil beberapa tahun hidupmu dan menambahkannya ke kehidupannya.’
“Sekarang, kehidupan Adam adalah seribu tahun, dan dia memberi Daud empat puluh darinya. Allah SWT menuliskan ini dalam sebuah dokumen dan membuat para malaikat menyaksikannya. Ketika Adam hendak mati dan para malaikat mendatanginya untuk mengambil rohnya, dia berkata: ‘Empat puluh tahun hidupku masih tetap ada.’ Para malaikat berkata: ‘Engkau memberikannya kepada putramu, Daud.’ Adam berkata: ‘Tidak, aku tidak memberinya apa-apa.’ Karena itu, Allah SWT memerintahkan agar dokumen dibawa turun dan malaikat-malaikat itu menjadi saksi terhadapnya. Adam hidup seribu tahun penuh (terlepas dari tahun-tahun yang telah dia berikan), dan Daud hidup seratus tahun penuh.”
Di luar kedua riwayat di atas, masih ada riwayat-riwayat lainnya dengan redaksi yang hampir sama/mirip, di antaranya diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, dan Said bin Jubair. Seluruh riwayat tersebut sepakat bahwa Adam memberikan usianya sebanyak empat puluh tahun kepada Daud. Jadi, perbedaan hanya ada pada kisah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Adam memberikan usianya sebanyak enam puluh tahun kepada Daud.
Sementara itu, para Ahli Kitab Taurat mengatakan bahwa usia Adam adalah 930 tahun.[3] Namun Al-Tabari berpendapat, bahwa usia Adam yang benar adalah seribu tahun penuh, bahkan, meskipun setelah dia memberikan usianya sendiri kepada putranya, Daud. Itu karena Allah SWT tetap memberikan usia penuh kepada Adam meskipun dia telah memberikannya kepada Daud.
Terkait dengan pernyataan dari para Ahli Kitab yang menyebutkan bahwa usia Adam adalah 930 tahun, al-Tabari menilai, bahwa tampaknya mereka tidak memperhitungkan usia yang telah diberikan kepada Daud. Al-Tabari tetap berpendapat bahwa usia Adam adalah seribu tahun penuh. Lagipula, menurut al-Tabari, apabila pernyataan para Ahli Kitab itu disandingkan dengan riwayat-riwayat dari ulama Muslim, maka usia Adam seharusnya 970 tahun (berdasarkan riwayat Ibnu Abbas yang menambahkan empat puluh tahun), atau 990 tahun (berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah yang menambahkan enam puluh tahun). Al-Tabari menilai, meskipun masih ada selisih, sebenarnya antara riwayat para Ahli Kitab dengan riwayat versi Islam tidak ada pertentangan, mungkin karena selisihnya hanya sedikit. Wallahu A’lam. (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan:
Seluruh artikel ini merupakan penceritaan ulang dari buku Al-Ṭabari, Taʾrīkh al-Rusūl wa al-Mulūk: Volume 1, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Franz Rosenthal (State University of New York Press: New York, 1989), hlm 325-332. Adapun informasi lainnya dicantumkan dalam catatan kaki.
Catatan Kaki:
[1] Hadist ini menekankan tentang perlunya membuat perjanjian tertulis dan sepatutnya menghadirkan saksi dalam masalah hukum yang berkaitan dengan perjanjian karena sifat pelupa dan kecenderungan manusia untuk mengingkari kewajiban.
[2] Yaitu Q.S Al-Baqarah Ayat 282.
[3] Lihat Kitab Kejadian (Genesis) Bab 5 Pasal 3 yang berbunyi: “Jadi Adam mencapai umur sembilan ratus tiga puluh tahun, lalu ia mati.”