Mozaik Peradaban Islam

Pengantar Teosofi Islam (18): Cahaya di Atas Cahaya (5): Prinsip Kadar dan Keadilan Ilahi

in Studi Islam

Last updated on June 19th, 2020 12:50 pm

Kegelapan sebenarnya adalah keadaan tiada atau kurang cahaya (amr ‘admy), karena cahaya adalah kecemerlangan yang mewujud secara nyata. Jadi, kezaliman identik dengan kekurangan dan ketiadaan.

Foto ilustrasi: MasterWorks Festival

Dalam bahasa Alquran, kekuasaan antara lain diungkapkan dengan kata قدرة (qudrah). Qudrah berakar dari kata yang sama dengan  قدر (qadr) dan berarti kadar atau ukuran. Dengan demikian, ketika Alquran menyebut Allah sebagai القدير atau  القادرmaka yang dimaksudkannya ialah bahwa Allah menerapkan kekuasaan-Nya dalam ukuran yang tepat dan seimbang, lantaran alam semesta merupakan sistem yang bertingkat dan seimbang.

Demikian pula halnya dengan istilah تقدير (takdir), yang sering dianggap bertentangan dengan kebebasan kehendak manusia, sebenarnya tidak lain berarti sistem universal yang di dalamnya ukuran dan fungsi segala sesuatu diperhitungkan secara bijaksana dan cermat.

Dengan kata lain, pewujudan dan penciptaan terjadi melalui pola yang bergradasi dan bertingkat-tingkat, sehingga setiap segala sesuatu mendapatkan porsi dan fungsi yang sesuai dengan dirinya.

  1. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS 54: 49).
  2. Dan tiada sesuatupun melainkan Kami (menyimpannya) dalam khazanah-khazanah, dan Kami tidak menurunkannya kecuali dengan ukuran tertentu.” (QS 15: 19).
  3. Dan Dialah yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” (QS 87: 3).
  4. Dan segala sesuatu mempunyai ukuran di sisi-Nya.” (QS 13: 8).
  5. …Sesungguhnya Allah telah menentukan ukuran tiap-tiap hal.” (QS 65: 4).
  6. Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran…” (QS 23: 18).
  7. “…tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.” (QS 42: 27).
  8. …Dan Dialah yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang sesuai) lalu hiduplah dengannya negeri yang telah mati…” (QS 43: 11).
  9. “Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina, kemudian Kami letakkan ia di tempat yang kokoh (rahim), sampai kadar waktu (qadr) yang diketahui, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah sebaik-baik yang menentukan.” (QS 77: 20-23).
  10. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kekuasaan-Nya, dan Dia menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan ukuran padanya dengan sebaik-baiknya.” (QS 25: 2)
  11. Dari setetes mani, Allah menciptakannya (manusia) lalu menentukan kadarnya.” (QS 80: 19).

Sejalan dengan prinsip di atas, terdapat prinsip keadilan Ilahi. Kata عدل (‘adl) yang lazim diterjemahkan menjadi keadilan juga berakar pada arti keseimbangan, dan keseimbangan menggambarkan adanya ukuran dan proporsi yang sesuai.

Allah berfirman: “Dan Dia (Allah) meninggikan langit dan meletakkan neraca (keseimbangan).” (QS 55: 7).

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda:

“بالعدل قامت السماوات والارض.”

(Langit dan bumi tegak dengan keseimbangan.)

Secara istilah, keadilan Ilahi biasanya didefinisikan sebagai “meletakkan sesuatu pada tempatnya atau memberi sesuai dengan kesiapan atau potensi.” Dalam pengertian ini, keadilan Allah bermakna memberi kesempurnaan pada sesuatu sesuai dengan kadar kesiapannya menerima kesempurnaan.

Lawan dari kata ‘adl adalah ظلم (zhulm) atau kezaliman. Dalam Alquran, kata ظلم juga berarti kegelapan yang merupakan lawan kata nûr (cahaya). Dan kegelapan sebenarnya adalah keadaan tiada atau kurang cahaya (amr ‘admy), karena cahaya adalah kecemerlangan yang mewujud secara nyata. Jadi, kezaliman identik dengan kekurangan dan ketiadaan, Mahasuci Allah dari sifat seperti itu.

  •  (Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasannya Allah sekali-kali tidak berlaku zalim atas hamba-Nya.”(QS 3: 182)

  • Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan sesungguhnya Allah sekali-kali tidak berlaku zalim atas hamba-Nya.” (QS 8: 51)

  • “(Akan dikatakan kepadanya): ‘Yang demikian itu adalah disebabkan oleh perbuatan kedua tanganmu yang telah lalu dan sesungguhnya Allah tiada berlaku zalim terhadap hamba-Nya.”(QS 22: 10)

  • Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu dengan benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialaha yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”(QS 6: 115)

Dalam ayat terakhir, Allah menyebutkan bahwa kalimat (كلمة) Allah telah disempurnakan secara benar dan adil. Menurut Raghib Al-Ishfahani, kalimat dalam surah Al-Maidah ayat 115 itu mencakup seluruh perkara, baik yang berupa perkataan (Alquran) yang disifati dengan kebenaran maupun yang berupa perbuatan yang disifati dengan keadilan.

Dengan demikian, semua tindakan Allah yang terjadi pastilah mengikuti hukum keadilan dan kebenaran. Kekurangan dan kezaliman adalah sifat pada tindakan makhluk, bukan pada tindakan Allah yang berupa keutamaan (fadhl) dan cahaya (nûr). (MK)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*