Bulleh, engkau menjadi kekasih Tuhan dan karenanya dinistakan. Mereka menyebutmu, “Kafir, kafir,” engkau membalas mereka, “Ya, ya!”
Bulleh Shah hidup di masa pergolakan ketika Kaum Sikh memberontak melawan Kekaisaran Islam Mughal. Dia dikatakan memiliki hubungan dekat dengan Guru Sikh yang ke-9, Guru Tegh Bahadur.
Kaisar Mughal yang ke-6, Aurangzeb, pada waktu itu dilaporkan berlaku kejam terhadap terhadap para pengikut Sikh. Karena memiliki kedekatan dengan Guru Tegh Bahadur, Bulleh Shah berusaha membujuknya untuk tidak membalas dendam kepada umat Islam yang mungkin tidak memiliki andil apa pun atas kekejaman yang dilakukan oleh Aurangzeb.
Ketika Guru Tegh Bahadur sendiri akhirnya dipenggal kepalanya, Bulleh Shah memanggilnya dengan sebutan Ghazi atau “pejuang suci”, yang kemudian semakin memancing kemarahan para radikalis Muslim pada masanya.
Ketika keyakinan Islam Bulleh Shah dipertanyakan oleh banyak orang, dia menjawabnya dengan bait-bait ini:
Tidak juga aku seorang yang beriman di dalam masjid
Tidak juga aku seorang kafir
Tidak juga di antara orang-orang yang saleh maupun di antara orang-orang yang berdosa
Tidak juga aku adalah Musa maupun Firaun
Bulleh, dialah yang tahu siapa aku
Dalam bait lainnya, Bulleh menulis:
Bulleh, engkau menjadi kekasih Tuhan dan karenanya dinistakan
Mereka menyebutmu, “Kafir, kafir,” engkau membalas mereka, “Ya, ya!”[1]
Dalam hal hubungan transenden dari yang terbatas kepada Yang Tak Terbatas, perselisihan agama, dan kebaikan dan kejahatan, bagi Bullah semuanya menjadi sirna. Semua orang memiliki keluhuran budi, di hadapan Bullah tidak ada seorang pun yang dia anggap sebagai pendosa mau pun orang asing. Sebagaimana tercermin dalam bait ini:
Singkirkanlah pertentangan dan lakukan juga terhadap semua perselisihan,
Hindu dan Muslim tiada lain adalah Dia.
Anggaplah semua orang saleh, tidak ada pencuri.
Sebab, di dalam setiap tubuh Dia sendiri bersemayam.
Bagaimana mungkin Sang (Pemilik) Tipu Daya memakai topeng![2]
Air Mata Rosie
Selama di Pakistan Rosie mengalami banyak hal yang luar biasa, namun baginya, yang paling istimewa adalah ketika mengunjungi makam Bulleh Shah.
Rosie menuturkan, “Dalam budaya Islam, biasanya pria dan wanita berdoa di tempat yang berbeda. Saya bertemu dengan wanita tua yang merupakan penjaga makam yang memberkati saya, dan memberi tahu saya bagaimana cara berdoa di sana.
“Setelah mengucapkan doa-doa saya, wanita itu memberi tahu saya bahwa dia adalah keturunan Bulleh Shah, kemudian membawa saya ke dalam makam di mana (sebenarnya) hanya laki-laki yang diizinkan (untuk masuk ke dalamnya).”
Rosie merasa begitu tersanjung karena mendapatkan kehormatan besar ini. Dia berdiri di hadapan makam Bulleh Shah dan memegang bagian kakinya, dia merasakan sesuatu.
“Berdiri di ruangan ini, saya bisa merasakan getaran energi yang kuat. Koneksiku jelas dan langsung. Itu adalah pesan bahwa semua makhluk akan menjadi satu. Bahwa tidak ada pemisahan antara engkau atau saya. Nadi kehidupan membentang dan menghubungkan kita masing-masing, mengalirkan energi cinta dan kesatuan,” ungkap Rosie.
Sore harinya Rosie kembali ke tempat itu untuk melanjutkan doa-doanya. Dia menyebut tempat itu sebagai “tempat yang ajaib”.
“Dan saat itulah saya tersadar begitu dalam. Air mata mulai mengalir di pipiku. Saya, sebagai perempuan asing, yang bukan Muslim, telah begitu diterima dalam budaya ini. Tanpa labelisasi, tanpa pertanyaan.”
Tidak diketahui sampai sejauh mana Rosie mengetahui tentang kisah hidup Bulleh Shah, tetapi barangkali semangat cinta dan cara pandang Bulleh Shah yang tidak membeda-bedakan manusia mana pun telah sampai kepadanya. Dia merasakan energi spiritual ini.
Setelah pengalamannya ini, Rosie menulis cukup panjang, “Saya diperlakukan sebagai keluarga dan diberi begitu banyak cinta, dan kebaikan, begitu tulus dan murni dari dalam hati.
“Hatiku sakit. Begitu dalam. Mengetahui bahwa dunia ini, memiliki pandangan negatif terhadap orang-orang Muslim dan Pakistan.
“Mereka tidak tahu apa sebenarnya Islam itu atau bagaimana sebenarnya isi hati orang-orang ini. Bahwa Merekalah orang-orang yang meneror jiwa-jiwa yang indah dan damai ini. Kalau saja mereka tahu. Bahwa Muslim, dan orang-orang Pakistan, adalah warga negara teladan bagi seluruh dunia.
“Demi seluruh kemanusiaan. Islam adalah kedamaian dan cinta. Dan saya, bepergian sebagai wanita seorang diri di Pakistan, hanya menerima kepedulian dan perhatian tertinggi dari semua orang. Inilah bagaimana seharusnya kita bersikap kepada satu sama lain.
“Tapi ini tidak seperti di Barat. Terlalu banyak rasa takut, kemarahan, kebencian…. Dunia harus bangun. Ini bukanlah bagaimana kita seharusnya hidup. Dan saya berharap bahwa dengan saya berbagi, orang-orang akan terinspirasi untuk membuka hati mereka,” pungkas Rosie.[3]
Petualangan Rosie di Pakistan masih belum berakhir, nantikan kisah selanjutnya. (PH)
Bersambung……
Sebelumnya:
Catatan kaki:
[1] Arieb Azhar, “Bulleh Shah: Neither am I virtuous nor a sinner”, dari laman https://www.dawn.com/news/1040266, diakses 15 Juli 2020.
[2] J.R. Puri and T.R. Shangari, “The Life of Bulleh Shah”, dari laman http://apnaorg.com/poetry/bullahn/, diakses 14 Juli 2020.
[3] Instagram Rosie Gabrielle, “What Broke Me Into Tears”, dari laman https://www.instagram.com/p/Btx7bqvl52t/, diakses 15 Juli 2020.