Mozaik Peradaban Islam

Perjalanan Rosie Gabrielle Memeluk Islam (4): Oman (1): Menjelajahi Negeri Ibadi

in Mualaf

Last updated on June 30th, 2020 02:33 pm

Oman adalah rumah utama bagi para pengikut mazhab Ibadi, salah satu mazhab kecil di dalam Islam, namun ia memisahkan diri baik dari Sunni maupun Syiah. Ibadi adalah pecahan dari Khawarij.

Rosie Gabrielle dengan tunggangannya, Kawasaki KLR 650, di Oman. Foto: Rosie Gabrielle/Instagram

Kali ini kita akan membahas perjalanan Rosie Gabrielle ke negara Timur Tengah pertamanya, yaitu Oman. Perjalanan Rosie pertama di Oman adalah pada awal tahun 2016 dengan menggunakan motor sewaan Royal Enfield, motor buatan India. Namun perjalanan pertama ini tidak berlangsung lama, hanya sekitar seminggu dan 2.000 km, karena dia sakit dan mesti berakhir di ranjang rumah sakit.[1]

Menjelang akhir tahun 2016, Rosie memutuskan untuk melakukan perjalanan keduanya di Oman. Kali ini dia menggunakan motor Kawasaki KLR 650, buatan Jepang. Motor ini begitu besar untuk ukuran seorang perempuan, meskipun dia orang Barat sekalipun. Motor ini memiliki kapasitas mesin 651 cc, 4 tak, dan didesain untuk penggunaan hybrid, yaitu untuk on-road maupun off-road.[2]

Oman adalah sebuah negara yang terletak di sudut tenggara Semenanjung Arab. Pada dasarnya Oman adalah negara padang pasir dengan pegunungannya yang menjulang tinggi yang tersambung langsung dengan pantai pasir putihnya yang indah.[3]

Oman adalah rumah utama bagi para pengikut mazhab Ibadi, salah satu mazhab kecil di dalam Islam, namun ia memisahkan diri baik dari Sunni maupun Syiah. Cara berpikir orang-orang Ibadi oleh sebagian pengamat dianggap bertolak belakang dengan sejarah mereka sendiri.

Pasalnya, Ibadi dulunya adalah Khawarij, salah satu sekte garis keras dalam Islam yang muncul pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib RA. Ali sendiri dibunuh oleh salah seorang pengikut Khawarij. Namun Ibadi pada masa kini, dalam batas-batas tertentu, malah dapat dikategorikan sebagai salah satu mazhab yang cenderung liberal.

Berbeda dengan Khawarij – yang mana pada masa kini tidak seorang Muslim pun mau menyatakan sebagai pengikutnya – yang berideologi takfiri (mengkafirkan Muslim lain yang berbeda pendangan dengan mereka), orang-orang Ibadi malah mengakomodir mazhab-mazhab Islam lainnya, bahkan terhadap orang Kristen dan Yahudi.[4]

Meski demikian, berdasarkan risalah Amman, yaitu hasil pertemuan ulama-ulama di dunia untuk menentukan mazhab mana yang masih tergolong Islam atau bukan, Ibadi digolongkan masih termasuk Islam bersama dengan delapan mazhab lainnya. Tujuh mazhab lainnya adalah Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali (Sunni); Jafariyah dan Zaidiyah (Syiah); dan Zahari.[5]  

Selama berabad-abad Oman merupakan pusat perdagangan di Samudra Hindia. Dari abad ke-17 hingga abad ke-19, Oman pernah menjadi salah satu kekuatan imperial yang diperhitungkan. Oman diperintah oleh seorang raja yang disebut sultan, dan nama resmi negaranya adalah Kesultanan Oman.[6]

Barangkali hal ini jugalah yang menjadi salah satu pertimbangan Rosie kenapa dia memilih pergi ke Oman ketimbang ke negara-negara Timur Tengah lainnya. Ketika di Oman Rosie berkata, “Tidak sekali pun saya dihakimi atas (pakaian) apa yang saya kenakan, dipandang rendah karena saya seorang wanita, mempertanyakan agama saya, atau merasa terancam dengan cara apa pun.”[7]

Ketika ditanya mengapa sebagai seorang wanita dia tidak takut untuk bepergian sendiri, apalagi di negara Muslim, Rosie menjelaskan, “Dengan semua sentimen negatif ini di media, rasa takut yang ditanamkan kepada orang-orang (Barat) yang diarahkan kepada mereka (Muslim), (terlebih) dengan adanya “Muslim Ban” (larangan Muslim masuk ke Amerika Serikat-red) baru-baru ini di Amerika.

Di salah satu sudut jalanan berpasir di Oman. Foto: Rosie Gabrielle/Instagram

“Saya di sini hendak mengatakan, saya tidak pernah diperlakukan dengan begitu baik dalam hidup saya! Sampai-sampai saya dibuat meneteskan air mata karena kebaikan hati orang-orang ini.

“Sebagai seorang wanita yang sendirian bermotor, orang-orang malah ingin menunjukkan kepeduliannya kepada saya. Ke mana pun saya pergi, saya diundang ke rumah, dimasakan makanan dalam jumlah berlebihan, dan diurus seolah-olah saya adalah keluarga mereka sendiri.

“Tidak sekali pun saya dihakimi atas (pakaian) apa yang saya kenakan, dipandang rendah karena saya seorang wanita, mempertanyakan agama saya, atau merasa terancam dengan cara apa pun. Ini hanyalah manusia yang menolong seorang manusia. Ini adalah kemanusiaan.

“Seluruh dunia dapat belajar sesuatu dari orang-orang ini, dan saya sangat terluka dan terpengaruh oleh penilaian negatif yang menyesatkan yang telah mereka alami.

“Orang-orang di Barat terlalu mudah menuduh, didorong oleh rasa takut dan kurang terbuka, ketimbang kebanyakan orang-orang yang saya temui dalam perjalanan saya. Saya benar-benar berharap untuk menginspirasi orang, dan mungkin mengubah pandangan mereka tentang beberapa hal.”[8]

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] YouTube Rosie Gabrielle, “OH MAN ! My first Oman Vlog- Episode 1”, dari laman https://www.youtube.com/watch?v=7ujX00WoOus&t=35s, diakses 27 Juni 2020.

[2] “Kawasaki KLR 650”, dari laman https://www.motorcyclespecs.co.za/model/kawasaki/kawasaki_klr650%2008.htm, diakses 27 Juni 2020.

[3] Peck, Malcolm C. “Oman.” Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.

[4] The Economist, “Who are the Ibadis?”, dari laman https://www.economist.com/the-economist-explains/2018/12/18/who-are-the-ibadis, diakses 27 Juni 2020.

[5] The Amman Message, “The Three Points of The Amman Message”, dari laman https://ammanmessage.com/the-three-points-of-the-amman-message-v-1/, diakses 27 Juli 2020.

[6] Peck, Malcolm C., Loc.Cit.

[7] YouTube Rosie Gabrielle, “Riding in the Middle East as a Solo Female”, dari laman https://www.youtube.com/watch?v=81obvxLq-Es, diakses 27 Juni 2020.

[8] Ibid.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*