Mozaik Peradaban Islam

Pengantar Teosofi Islam (15): Cahaya di Atas Cahaya (2): Allah sebagai Pencipta

in Studi Islam

Last updated on June 2nd, 2020 06:00 am

Semua penciptaan yang dilakukan setiap manusia, yang bukan Allah, sebenarnya hanyalah sebatas rancangan, rangkaian, atau pengembangan.

Thomas Alva Edison dan fonograf karyanya. Foto: Getty

Kata خلق dalam bahasa Arab biasa diterjemahkan menjadi mencipta. Ketika Allah berkata bahwa Dia mencipta, maksudnya jelas bukanlah seperti tindak mencipta pada manusia. Karena, semua pencipta selain Allah sebenarnya adalah perancang, perangkai, atau pengembang.

Misalnya, ketika Thomas Alva Edison disebut sebagai pencipta fonograf, maka yang sesungguhnya terjadi adalah dia merangkai beberapa benda yang telah ada berupa jarum yang mengikuti galur spiral pada permukaan piringan hitam untuk menghasilkan bunyi lewat getaran. Jarum, piringan hitam, getaran, bunyi, dan sebagainya itu tidak diciptakan oleh Edison dalam pengertian sebenarnya.

Bahkan, gagasan mengenai semua ini pastilah juga bukan ciptaan Edison semata, melainkan pengembangan dari gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya. Dan gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya itu pasti juga bermula dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya dan demikian seterusnya hingga kita berakhir pada Pencipta yang sesungguhnya, yaitu Allah.

Grafis: Gana Islamika

Sifat Allah sebagai Pencipta segala sesuatu bermakna bahwa Dialah yang memulai sesuatu yang sebelumnya tiada sama sekali. Allah berfirman: “Dan tidakkah manusia itu mengingat bahwa Kami menciptakannya sebelum ia menjadi sesuatu apa-apa.” (QS 19: 67).

Ayat di atas diperjelas kembali dalam surah al-Insan ayat 1 dan 2, Allah berfirman: “Bukankah telah datang atas manusia suatu saat ketika ia belum merupakan sesuatu yang dapat disebutkan? Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur (dengan darah) untuk mengujinya (dengan perintah dan larangan), maka Kami jadikan ia mendengar dan melihat.”

Dua ayat dari surah al-Insan di atas berbicara tentang beberapa hal, di antaranya tentang asal-usul manusia, keadaan sebelum ia beridentitas sebagai manusia, dan bahwa Allah menciptakan manusia dalam pengertian memberinya esensi dan substansi kemanusiaan.

Penciptaan Allah tidak bisa dibayangkan seperti yang dilakukan manusia di bidang keseniaan, kebudayaan, teknologi, dan sebagainya, sebab Allah mewujudkan sesuatu dari limpahan Rahmat-Nya. Dan Rahmat ilahi meliputi segala sesuatu, sehingga segala sesuatu adalah sisi Rahmat Allah.

Dalam doa Nabi Khidir as yang disampaikan Sayidina Ali bin Abi Thalib ra kepada Kumail bin Ziyad an-Nakhai disebutkan:

اللهّم إنّ  أسألك برحمتك التي وسعت كلّ شيء

(Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan Rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu). (MK)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*