Mozaik Peradaban Islam

Tag archive

Haidar Bagir

Hermeneutika Fazlur Rahman: Pokok-Pokok Pikiran

in Studi Islam

Jibril bukanlah seperti tukang pos ketika menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad. Oleh Haidar Bagir[1] Banyak orang dengan simplistik melihat Fazlur Rahman sebagai seorang pemikir liberal. Padahal, sebenarnya Rahman jauh lebih kompleks dari itu. Di awal-awal kariernya, Rahman sebenarnya lebih tertarik pada filsafat Islam per se. Dia, misalnya, menjadikan resensinya atas bagian Jiwa dalam Al-Syifa’-nya Ibn…

Teruskan Membaca

Memperingati Hari Kemerdekaan, Membebaskan Diri dari Penjajahan oleh Hawa Nafsu

in Tasawuf

Rasulullah berkata, perang fisik sebesar apapun, itu harus dilihat sebagai jihad asghar, atau sebagai perang kecil, jika dibandingkan dengan perang melawan hawa nafsu. Oleh Haidar Bagir Tidak terasa pada tahun ini kita telah melaksanakan kembali peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Kemerdekaan adalah suatu peristiwa besar, bukan hanya dalam sejarah negara atau bangsa kita. Tetapi, sesungguhnya, persoalan…

Teruskan Membaca

Asfala Safilin sebagai Pangkalan Terbang Manusia Mendaki Menuju Ruh Ketuhanan dalam Diri: Perspektif Ibnu Arabi

in Tasawuf

Dengan diturunkannya manusia ke tempat rendah itu (Asfala Safilin), manusia menjadi memiliki kesempurnaan forma. Oleh Haidar Bagir Sambil membaca tafsir Ibnu Arabi tentang laylatul qadar beberapa waktu lalu, saya menyempatkan diri memahami ulang tafsir Sang Syaikh soal ayat: “(Sungguh kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk) lalu kami tolak mereka ke tempat yang paling rendah (Kecuali…

Teruskan Membaca

Puasa adalah Miniatur Suluk

in Ramadania

Oleh Haidar Bagir[1] Suluk atau jalan/praktik/laku bertasawuf biasa dipahami sebagai melakukan mujahadah (perjuangan keras menaklukkan hawa nafsu/keakuan yang bisa mendorong kepada maksiat) dan riyadhah (praktik spiritual melakukan pendekatan kepada Allah lewat ibadah wajib dan Sunah, serta berbagai bacaan zikir, wirid, dan hizib). Tujuan puncaknya adalah mencapai Ihsan. Yakni, hubungan pemujaan/cinta kepada Allah, yang begitu intens, dalam bentuk masuknya kita ke…

Teruskan Membaca

Islam dan Budaya Lokal dalam Perspektif ‘Irfan (2)

in Islam Nusantara

Para anggota Walisongo secara keseluruhan adalah para guru panteisme (tawhid wujudi). Oleh Haidar Bagir[1] Sebagai konsekuensinya (bahwa budaya adalah juga tanda-tanda [ayat] Tuhan-red), orang Indonesia, Muslim bukan hanya dapat  memeluk, melainkan wajib memelihara budaya Indonesia. Pertanyaannya, seperti apa budaya Indonesia itu? Sutan Takdir Alisjahbana pernah mengupas budaya Nusantara, yang dia sebut memiliki tiga lapisan. Pertama, lapisan…

Teruskan Membaca

Islam dan Budaya Lokal dalam Perspektif ‘Irfan (1)

in Islam Nusantara

Belajar dan menghayati budaya merupakan sumber pengetahuan dan penghayatan terhadap agama itu sendiri. Oleh Haidar Bagir[1] Belakangan ini wacana agama banyak diwarnai dengan kekhawatiran menguatnya eksklusivisme legal-tekstual bersama masuknya faham Islam transnasional yang, sayangnya, cenderung bermusuhan dengan budaya dan produk-produknya. Masih belum hilang ingatan kita kepada Talibanisme yang menghancurkan patung Buddha di Bamiyan, Afghanistan, ketika…

Teruskan Membaca

Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara; Studi Kiprah Keturunan Arab Meracik NKRI (8)

in Islam Nusantara

“Yang menarik, sebagaimana disimpulkan dari berbagai penelitian, termasuk oleh Azyumardi Azra, perkembangan ‘irfan (gnostisisme Islam) Ibn ‘Arabi di Nusantara terutama dibawa oleh para pemikir dari lingkungan thariqah ‘Alawiyah atau murid-murid mereka.” —Ο—   Dalam artikel berjudul “Napas Cinta dari Hadramaut” yang pernah dipublikasi oleh Majalah Tempo tahun 2012, Haidar Bagir mengungkapkan bahwa “Para pengikut tarekat…

Teruskan Membaca