Mozaik Peradaban Islam

Sejarah

Dinasti Abbasiyah (34): Harun Al-Rasyid (5)

Pada tahun 175 H, salah satu anak keturunan Ali bin Abi Thalib yang bernama Yahya bin Abdullah berhasil membangun kekuatan di daerah Dailam (Iran sekarang). Tabari mengisahkan, bahwa ketika mendengar berita ini, Harun Al-Rasyid langsung tertekan sedemikian rupa. Hingga dia tidak meminum anggur kurma (nabidb) selama beberapa hari. Meskipun di era pemerintahan Harun Al-Rasyid kejayaan… Teruskan Membaca

Tokoh

Ibnu Haitham: Bapak Optik Modern (5)

Ilmuwan Islam abad pertengahan umumnya membangun sistem pengetahuan mereka dari landasan filosofis yang kokoh, menjulang hingga pada pembuktian empiris yang meyakinkan. Sangat mungkin, ini yang menyebabkan mereka umumnya adalah seorang polymath, atau orang-orang yang mampu menguasai multiplikasi disiplin ilmu dalam waktu bersamaan. Agaknya, inilah salah satu tradisi intelektual Islam yang hilang saat ini. Ibnu haitham… Teruskan Membaca

Pustaka

Kitab Al-Luma’ fi At-Tashawwuf Karya Abu Nasr as-Sarraj (7): Bab 7, Bantahan atas Tuduhan bahwa Sufi adalah Kelompok Orang Bodoh

Rasulullah: “Karena syafaat salah seorang dari umatku, jumlah yang masuk surga menjadi sebanyak suku-suku Rabi’ah dan Mudhar. Orang tersebut adalah Uwais al-Qarni.” Bab 7: Bantahan terhadap Orang yang Menuduh Kaum Sufi sebagai Kelompok yang Bodoh dan Ilmu Tasawuf tidak Berlandaskan Alquran dan Sunnah Syaikh Abu Nashr as-Sarraj, semoga Allah merahmatinya, berkata: Tiada perselisihan di kalangan… Teruskan Membaca

Sejarah

Dinasti Abbasiyah (33): Harun Al-Rasyid (4)

Di masa pemerintahan Harun Al-Rasyid, Dinasti Abbasiyah mulai memasuki era keemasaannya. Penulisan buku-buku dari seluruh dunia makin digalakkan, sehingga tradisi intelektual berkembang pesat. Kota Baghdad pun berkembang menjadi metropolitan paling besar di dunia. Sejumlah sejarawan sepakat, bahwa era keemasan Dinasti Abbasiyah dimulai pada masa Harun Al-Rasyid, dan mencapai puncaknya di era Khalifah Al-Ma’mun. Beberapa faktor… Teruskan Membaca

Sejarah

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (56): Khan Versus Sultan (7)

Mongol menaklukkan Samarkand, ibu kota Khwarizmia, bagaikan menepuk lalat. Seketika, bagi dunia Muslim, kata “Mongol” menjadi identik dengan kematian. Salah seorang prajurit Turki berhasil melarikan diri dari Bukhara, hingga akhirnya dia mencapai Khorasan. Di sana dia ditanyai tentang apa yang terjadi dengan kota Bukhara, dia menjelaskan dengan singkat, “Mereka datang, mereka memusnahkan, mereka membakar, mereka… Teruskan Membaca

Pustaka

Kitab Al-Luma’ fi At-Tashawwuf Karya Abu Nasr as-Sarraj (6): Bab 6, Kualitas Khusus Kaum Sufi

Kaum Sufi tunduk dan berserah diri kepada-Nya serta membebaskan diri dari ketergantungan pada usaha dan kekuatan diri sendiri. Bab 6 : Kualitas-Kualitas Khusus Kaum Sufi Seputar Isu-Isu Epistemologis Syaikh Abu Nashr as-Sarraj, semoga Allah merahmatinya, berkata: Kaum Sufi juga memiliki ciri khusus yang berbeda dengan kalangan terpelajar agama lain dalam menggunakan ayat-ayat Kitab Allah yang… Teruskan Membaca

Tokoh

Ibnu Haitham: Bapak Optik Modern (4)

Setelah dinyatakan hilang ingatan, Ibnu Haitham dikurung di sebuah rumah dengan pencahayaan yang minim. Konon, disinilah dia menemukan pertama kalinya hipotesis tentang sifat dan perilaku cahaya yang kini menjadi dasar berdirinya ilmu optik. Salah satu sejarawan abad pertengahan bernama Ibn al-Qifti,[1] mengisahkan pada mulanya, Ibnu Haitham cukup optimis bisa menyelesaikan masalah banjir Sungai Nil. Tapi… Teruskan Membaca

Sejarah

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (55): Khan Versus Sultan (6)

Ketika kota Bukhara dibumihanguskan, Juvaini menyandingkannya dengan ayat Alquran, “Maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali.” Ketika Genghis Khan dan pasukannya mulai menyerang benteng Bukhara, dia benar-benar memamerkan kekuatannya. Pameran unjuk kekuatan ini bukan ditujukan untuk orang-orang Bukhara yang sudah ditaklukkan, namun untuk pasukan Sultan dan penduduknya yang masih jauh, yakni Samarkand,… Teruskan Membaca

Sejarah

Dinasti Abbasiyah (32): Harun Al-Rasyid (3)

Di eranya, Harun Al-Rasyid berhasil naik menjadi salah satu pemain utama dalam skema percaturan politik global. Untuk memastikan legitimasinya di dunia Islam, Harun membangun aliansi strategis dengan Charlemagne, raja Kekaisaran Carolingian yang menguasai wilayah Eropa barat. Salah satu tujuannya adalah untuk membendung kekuatan Dinasti Umayyah II di Andalusia. Meskipun Harun Al-Rasyid berhasil membuat manajemen pemerintahannya… Teruskan Membaca

Sejarah

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (54): Khan Versus Sultan (5)

Pasukan Mongol pergi meninggalkan Masjid Bukhara, tidak mempedulikan Alquran yang terinjak-injak oleh kaki dan kuda mereka. Genghis Khan berkata, “Aku adalah hukuman dari Tuhan.” Sampai di depan Masjid Agung Bukhara, Genghis Khan turun dari kudanya dan berjalan masuk ke dalamnya, satu-satunya bangunan yang pernah dimasuki dalam hidupnya. Setelah masuk, dia memerintahkan agar para ulama untuk… Teruskan Membaca

Sejarah

Dinasti Abbasiyah (31): Harun Al-Rasyid (2)

Di awal masa pemerintahannya, Harun Al Rasyid didampingi oleh dua orang kepercayaan, yaitu Yahya bin Khalid dan Khaizuran, ibu kandungnya. Keduanya adalah sosok berpengalaman dalam mengelola pemerintahan. Dan sekarang, kedua orang ini diberi kekuasaan yang luas oleh Harun untuk mengatur pemerintahan. Tidak mengherankan bila sejak awal, pemerintahan Harun Al-Rasyid sudah mencapai stabilitas yang optimal. Setelah… Teruskan Membaca

Tasawuf

Diskursus Sufi (11): Takwa (1)

Ungkapan “ittaqullah” (bertakwalah kepada Allah), sering diterjemahkan menjadi “takutlah kepada Allah”. Padahal, para ahli bahasa mengatakan bahwa arti “takwa” adalah “menjaga” dan “memelihara”. Jadi arti yang lebih tepat dari ungkapan itu ialah “peliharalah dirimu dari pembalasan Allah” Salah satu istilah yang lazim dipakai oleh para sufi dan ulama akhlak adalah kata taqwa (selanjutnya ditulis, takwa)… Teruskan Membaca

Sejarah

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (53): Khan Versus Sultan (4)

Pada Maret tahun 1220, Genghis Khan dan pasukannya tiba di luar dinding kota Bukhara pada dini hari. Ketika fajar terbit, pasukan Mongol telah memenangkan pertempuran. Juzjani mengatakan, “(Genghis Khan) mahir dalam sihir dan tipu daya, dan beberapa setan adalah temannya.” Kepada penduduk pedesaan (atau kota-kota kecil) di sekitar kota Bukhara, Genghis Khan mengirimkan utusannya –… Teruskan Membaca

Tokoh

Ibnu Haitham: Bapak Optik Modern (3)

Al-Hakim dijuluki masyarakat barat dengan sebutan “Mad Caliph”. Karena dia dikenal intoleran, dan tidak menerima alasan kegagalan. Ibnu Haitham mengetahui karakter khalifah ini. Maka ketika dia merasa tidak sanggup untuk menjawab tantangan dari khalifah, dia berpura-pura hilang ingatan. Sejak memasuki era pemerintahan Al Hakim, Kairo kehilangan jati dirinya sebagai kota yang ramah dan toleran. Bukan… Teruskan Membaca

Sejarah

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (52): Khan Versus Sultan (3)

Diriwayatkan oleh Hudzaifah bin al-Yaman, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Ada sebuah kota di Khorasan…. yang akan ditaklukkan, kota yang bernama Bukhara. (Kota) itu diliputi dengan kasih sayang Allah….’.” Transoxiana adalah sebuah wilayah yang terdiri dari banyak provinsi, regional, distrik, dan kota, namun di antara semuanya, yang terbesar adalah Bukhara dan Samarkand. Yaqut al-Hamawi, seorang penulis tentang… Teruskan Membaca

Pustaka

Kitab Al-Luma’ fi At-Tashawwuf karya Abu Nasr as-Sarraj (5): Bab 4, Klasifikasi Kaum Sufi

Jalan Sufi tidak membiarkan perilaku seronok, menyelidik tafsiran-tafsiran esoteris, kecenderungan terhadap kehidupan yang serba mudah dan boros. Bab 4: Tentang Klasifikasi Kaum Sufi, Berbagai Pendekatan terhadap Ilmu dan Amal, Kebajikan dan Keutamaan Mereka Syaikh Abu Nashr as-Sarraj, semoga Allah merahmatinya, berkata: Sebagaimana para ahli hadis dan ahli fiqih, kaum Sufi juga terdiri atas kelompok-kelompok yang… Teruskan Membaca

Sejarah

Dinasti Abbasiyah (30): Harun Al-Rasyid (1)

Harun Al-Rasyid dilantik pada malam hari, sesaat setelah kematian Al-Hadi. Hal yang pertama dilakukannya adalah mengangkat Yahya bin Khalid sebagai wazir. Tidak main-main, Yahya langsung diberikan kepercayaan penuh untuk mengawal jalannya transisi. Harun bahkan menyerahkan cincin khalifah kepada Yahya. Cincin ini sekaligus berfungsi sebagai segel resmi istana. Dengan cincin ini, Yahya bisa berbuat sekehendak hati… Teruskan Membaca

Tokoh

Ibnu Haitham: Bapak Optik Modern (2)

Menurut Fazlur Rahman, tradisi keilmuan kaum Fatimiyah di Mesir berbeda dengan tradisi keilmuwan pada masa keemasan Abbasiyah.  Akademisi resmi negara di era Abbasiyah lebih fokus pada penerjemahan karya-karya sains dan filsafat Yunani. Sedang di Fatimiyah, mereka melakukan pendalaman dan pengkajian intensif (riset) terhadap ilmu pengetahuan. Inilah yang menjadikan Mesir memiliki daya tarik yang luar biasa… Teruskan Membaca

Tasawuf

Diskursus Sufi (10): Murah Hati dan Kikir

Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang murah hati dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang murah hati yang bodoh lebih dicintai oleh Allah daripada ahli ibadah yang kikir.” Dalam Ar-Risalah, Al-Qusyairi mengatakan bahwa… Teruskan Membaca

Sejarah

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (51): Khan Versus Sultan (2)

Beberapa sejarawan Muslim menolak pendapat bahwa penyerangan Genghis Khan hanya karena gara-gara pedagang Mongol dibunuh, menurut mereka Genghis Khan memang berambisi untuk menjadi penguasa dunia. Sebelum melanjutkan kisah pasukan Mongol di kota Bukhara, kita akan tarik mundur terlebih dahulu jalan ceritanya. Pertama, kita akan membahas sebab-sebab Genghis Khan memutuskan untuk menyerang Kesultanan Khwarizmia. Kedua, bagaimana… Teruskan Membaca