Mozaik Peradaban Islam

Tag archive

Suriah

Bayt Al-Hikmah (9): Hunayn bin Ishaq (3): Menjadi Kepala Bayt Al-Hikmah

in Monumental

Puas dengan hasil karyanya, Hunayn adalah satu-satunya penerjemah yang dibayar oleh Khalifah al-Mamun dengan emas sebesar setiap berat teks yang dia terjemahkan. Dengan kecerdasan dan semakin dekatnya Hunayn bin Ishaq dengan para petinggi istana kerajaan, sekitar tahun 830 M[1] dia diangkat menjadi kepala penerjemahan di Bayt Al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) oleh Khalifah al-Mamun.[2] Tugas Hunayn adalah…

Teruskan Membaca

Bayt Al-Hikmah (8): Hunayn bin Ishaq (2): Kembali ke Baghdad dan Mengguncang Dunia Kedokteran

in Monumental

Setelah terusir dari Baghdad, Hunayn kembali ke kota itu dengan membawa ilmu dan kemampuan menerjemahkan yang berkualitas tinggi. Dokter senior di kota itu bahkan menyebutnya sebagai “Guru Kami”. Setelah mengembara ke beberapa tempat untuk menimba ilmu tentang kedokteran dan bahasa, Hunayn bin Ishaq kemudian kembali ke Baghdad pada tahun 826 M, waktu itu usianya baru…

Teruskan Membaca

Bayt Al-Hikmah (7): Hunayn bin Ishaq (1): Bapak Penerjemahan Bahasa Arab

in Monumental

Bayt Al-Hikmah dikenal sebagai salah satu lembaga yang paling berjasa bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Namun uniknya, lembaga ini dikepalai Hunayn bin Ishaq, seorang Kristen Nestorian. Hunayn bin Ishaq al-Ibadi dikenal sebagai penerjemah paling produktif pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Sepanjang hidupnya, dia telah menerjemahkan 116 naskah ke dalam Bahasa Arab dan Suriah.…

Teruskan Membaca

Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq (9): Jika Demikian, Maka Benarlah Dia!

in Tokoh

Di Suriah, Abu Bakar bermimpi, bahwa bulan jatuh dari ufuk dan bertengger di rumahnya. Seorang pendeta menjelaskan kepadanya, “Telah datang saatnya baginya…. dan engkau akan beriman kepadanya.” Pada usia 40 tahun, Muhammad SAW diangkat menjadi rasul. Mengenai bagaimana Jibril AS menyampaikan berita bahwa beliau diangkat menjadi nabi, telah kami sampaikan dalam artikel sebelumnya. Setelah menerima…

Teruskan Membaca

Naser-e Khosraw (5): Al-Ma’arri, Sang Filsuf Bermata Buta

in Tokoh

Meskipun kaya raya, Al-Ma’arri yang buta hanya makan sekerat roti sepanjang hari. Hartanya selalu dia berikan untuk orang-orang. Dia pernah berkata, “Aku tidak memiliki apa pun selain yang aku makan.” Di Suriah Pada tanggal sebelas Rajab (11 Januari) kami meninggalkan kota Aleppo. Setelah tiga parasang[1] (sekitar 17 km-pen) terdapat sebuah desa yang bernama Jond Qennasrin.…

Teruskan Membaca

Invasi Prancis ke Aljazair (15): Abdul Qadir (12)

in Monumental

Di Damaskus, Abdul Qadir mengajari para ulama tentang karya Ibnu Arabi. Namun otoritas keagamaan setempat tidak menyukainya. Peristiwa yang terjadi kepada Ibnu Arabi enam abad sebelumnya terulang kembali. Guru Spiritual Di Damaskus, Abdul Qadir membeli tiga rumah yang sangat besar. Rumah-rumah itu kemudian disatukan sehingga luasnya seperti lapangan sepak bola. Rumah itu tidak hanya cukup…

Teruskan Membaca

Invasi Prancis ke Aljazair (14): Abdul Qadir (11)

in Monumental

Semasa hidupnya, di Damaskus Ibnu Arabi menentang ide-ide keagamaan ortodoks, dan dia melontarkan kritik keras terhadap para pemuka agama setempat. Setelah kematiannya, karena kesal, untuk membalas dendam mereka menimbun sampah di makamnya. Bagi Abdul Qadir, Ibnu Arabi adalah guru spiritualnya, oleh karena itulah dia ingin menetap di Damaskus. Ibnu Arabi dan Damaskus Setelah tiba di…

Teruskan Membaca

Islam dan Perang Dunia I (12): Pemberontakan Bangsa Arab (3)

in Monumental

“Progres pemberontakan berlangsung dengan cepat, hanya sekitar tiga bulan dari sejak pecahnya pemberontakan Husein telah memproklamasikan dirinya sebagai raja bangsa Arab, dan pada bulan Desember 1916 dia telah diakui oleh Inggris sebagai penguasa independen.” –O– Pemberontakan Arab dimulai pada 10 Juni 1916, ketika pasukan Husein bin Ali, sharif Mekkah, menyerang garnisun Kesultanan Ustmaniyah (Ottoman) di…

Teruskan Membaca

Yavuz Sultan Selim (4): Penaklukan Mamluk di Suriah dan Mesir

in Tokoh

“Mamluk di Damaskus menyerah tanpa perlawanan. Selanjutnya, dalam khotbah Jumat di Masjid Agung Umayyah, nama Selim mesti disebutkan. Kini Selim menuju Mesir untuk membersihkan sisa-sisa Mamluk.” –O– Setelah kemenangannya atas Kekaisaran Safawi Persia, Selim kini memberikan perhatiannya kepada Kesultanan Mamluk di Suriah dan Mesir. Dia dan pasukannya bergerak ke selatan melalui Suriah dan Levant, yang…

Teruskan Membaca