Mozaik Peradaban Islam

Studi Islam

Alawi (3): Konstruksi Identitas Alawi

“Bila rezim Bashar al-Assad demikian dibenci, lantas bagaimana kelompok yang hanya berjumlah 11% dari total penduduk Suriah bisa berkuasa turun temurun di sana? Bila dengan cara kekerasan, lantas bagaimana menjelaskan dukungan rakyat yang demikian besar pada keluarga Assad yang merupakan Alawi?” —Ο—   Kitāb al-Majmū’, yang dipublikasipada tahun 1859 M, merupakan rujukan primer bagi banyak… Teruskan Membaca

Tokoh

Suleiman Agung (1): Sultan Terbesar Sepanjang Sejarah Ottoman

“Suleiman Agung merupakan Sultan yang paling ternama dibandingkan dengan sultan-sultan lainnya sepanjang sejarah Kekaisaran Ustmaniyah (Ottoman). Ada dua faktor yang menyebabkan dia memiliki reputasi besar, yaitu masa pemerintahannya yang lama, dan visi pemerintahannya yang dapat membuat Ottoman bertahan selama berabad-abad kemudian.” –O– Dalam sejarah panjang Kekaisaran Ustmaniyah (Ottoman) yang berlansung dari sejak tahun 1299 sampai… Teruskan Membaca

Studi Islam

Alawi (2): Apa dan Siapa Mereka?

“Salah satu naskah rujukan yang dijadikan rujukan banyak pihak untuk menjelaskan teologi Alawis, adalah publikasi salah satu kitab suci rahasia mereka, bernama Kitāb al-Majmū’, pada tahun 1859 M. Tidak jelas alasannya menerbitkan kitab tersebut. Juga tidak pernah ada verifikasi yang cukup valid untuk memastikan keaslian kitab tersebut. Tapi hampir semua narasi historis tentang kelompok Alawi saat… Teruskan Membaca

Sejarah

Sejarah Islam di Jepang (6): Ryoichi Mita, Samurai yang Memeluk Islam (4)

“Umar Mita secara garis keturunan merupakan seorang Samurai, namun dia lahir di saat kasta Samurai sedang dilucuti oleh penguasa. Namun tampaknya nilai-nilai pribadi Samurai masih dilestarikan di dalam lingkungan keluarganya.” –O– Setelah pulang ke Jepang, Haji Umar Mita melanjutkan perawatan pasca kecelakaan yang dia alami di Arab Saudi, dan pada saat yang sama, dia melanjutkan… Teruskan Membaca

Studi Islam

Alawi (1): Sebuah Minoritas di Suriah

“Alawi sebagai sebuah identitas komunal-religius, baru muncul pada sekitar tahun 1920, atau ketika Perancis menduduki wilayah Suriah.  Menurut Torstein, di Suriah, istilah “Alawi” atau “Shi’a” atau “Maronite” tidak hanya merujuk pada identitas etnik atau ideologi agama, tetapi juga ke suatu wilayah, sistem politik-ekonomi, repertoar budaya yang luas, dan sejarah.” —Ο—   Siapa yang tak kenal… Teruskan Membaca

Sejarah

Sejarah Islam di Jepang (5): Ryoichi Mita, Samurai yang Memeluk Islam (3)

“Terjemahan al-Quran bahasa Jepang telah diterbitkan sebanyak empat kali di Jepang, namun semuanya diterjemahkan oleh non-Muslim. Oleh karena itu Umar Mita sebagai Muslim tergerak untuk menerjemahkan al-Quran oleh dirinya sendiri.” –O– Setelah bergabung dengan kelompok Tabligh pada tahun 1957 di Pakistan, Umar Mita pada tahun 1958 berkesempatan bergabung dengan kelompok Peziarah Pakistan, ia pergi ke… Teruskan Membaca

Islam Nusantara

Syeik Jumadil Kubra: Bapak Para Wali di Nusantara (4)

“Syeik Jumadil Kubra, bukan sekedar identitas satu orang, lebih dari itu beliau adalah identitas satu peradaban. Bukan tidak mungkin, inilah salah satu akar tradisi keilmuan, keagamaan, dan kebudayaan agung nusantara.” —Ο—   Bila kita konstruksi informasi tentang Syeik Jumadil Kubra, baik dari versi Habaib maupun dari versi babad lokal, setidaknya kita bisa menyimpulkan bahwa usia… Teruskan Membaca

Islam Nusantara

Syeik Jumadil Kubra: Bapak Para Wali di Nusantara (3)

“Dalam kerangka ini, terdapat kesepakatan antara versi habaib dengan versi lokal, bahwa Wali Songo, mulai dari Sunan Ampel, memiliki pertalian darah antara satu dengan yang lain. Hanya saja, begitu ditarik lebih ke atas, terjadi kesimpangsiuran informasi yang cukup membingungkan. Yaitu tentang identitas Ibrahim Zainal Akbar, yang merupakan ayah dari Sunan Ampel.” —Ο—   Sebagaimana sudah kita… Teruskan Membaca

Sejarah

Sejarah Islam di Jepang (3): Ryoichi Mita, Samurai yang Memeluk Islam

“Ryoichi Mita mengembara ke China, di sana dia bertemu dengan orang-orang Islam China. Dia terkagum-kagum dengan gaya hidup Muslim, maka semenjak itulah hatinya perlahan-lahan mencintai Islam.” –O– Haji Umar Mita yang memiliki nama Jepang Ryoichi Mita adalah seorang penerjemah pertama al-Quran ke dalam Bahasa Jepang yang merupakan seorang Muslim. Sebelumnya di Jepang memang sudah ada… Teruskan Membaca

Islam Nusantara

Syeik Jumadil Kubra: Bapak Para Wali di Nusantara (2)

“Syeik Jumadil Kubra nama lain dari Syeik Jamaluddin Husein Al Akbar, adalah keturunan Adzamat Khan (di antara kaum ‘Alawiyin yang tinggal di India) yang kemudian hijrah ke Indonesia. Dialah yang termasuk di antara pendakwah Islam pertama di Indonesia dan kemudian, lewat beberapa generasi, melahirkan keturunan Wali Songo” —Ο—   Berbeda dengan narasi babat lokal dan sejarawan… Teruskan Membaca

Sejarah

Sejarah Islam di Jepang (2): Para Muslim yang Datang ke Jepang

“Abd al-Rashid Ibrahim, seorang ulama asal Rusia, datang ke Jepang. Di sana dia bertemu dengan sejumlah orang Jepang, mulai dari menteri hingga petani. Berkat  dakwah Islamnya, banyak intelektual muda, perwira, dan wartawan Jepang yang akhirnya memeluk Islam.” –O– Dua tahun setelah peristiwa badai yang menyebabkan kematian 550 orang awak kapal Al Togrul, mengikuti Shotaro Noda,… Teruskan Membaca

Islam Nusantara

Syeik Jumadil Kubra: Bapak Para Wali di Nusantara (1)

“Sebagaimana sejarawan sepakati, bahwa dakwah Islam di Nusantara, khususnya yang dibawa para Wali, bercorak khas; sangat damai, adaptif dengan kebudayaan setempat, dan kental tradisi tasawwuf. Bukan tidak mungkin, karena narasi ilmu para pendakwah di Nusantara, bersumber dari satu tradisi, atau mungkin dari satu orang.”  —Ο—   Dari serangkaian nama para tokoh perintis yang menyebarkan Islam di… Teruskan Membaca

Sejarah

Sejarah Islam di Jepang (1): Pertemuan Pertama

“Dalam situasi ketika Eropa menjadi imperialis dunia, Jepang dan Turki adalah dua negara yang merdeka, namun dalam keadaan tertekan. Keduanya kemudian menjalin hubungan diplomatik. Dalam sebuah misi diplomatik ke Jepang, armada Turki habis dihantam badai dan menyebabkan 550 personilnya tewas.” –O– Jauh sebelum era modern, karena lokasinya yang jauh dan terisolir, dalam perjalanan sejarah, Jepang… Teruskan Membaca

Tokoh

Ibn Khaldun (7): Akhir Hayat dan Warisan Intelektual

“Ia mengagumkan karena ke-khas-annya dan kecerdasannya, serta kedalaman wawasan dan keutuhan pemahamannya. Ia sosok yang istimawa, suka menyendiri dan unik di antara orang-orang seagamanya dan sezamannya di bidang filsafat sejarah, sebagaimana sosok Dente di ranah puisi atau Roger di ranah sains.” —Ο—   Muqaddimah ditulis oleh Ibn Khaldun selama empat tahun. Dalam autobiografinya, ia pun… Teruskan Membaca

Tokoh

Malcolm X (9): “Terbebaskan” di Dalam Penjara

Di dalam penjara, “Bulan demi bulan berlalu tanpa saya berpikir sedang dipenjarakan. Bahkan, hingga saat itu, saya tidak pernah merasa benar-benar bebas dalam hidup saya.” ~Malcolm X –O– Ide-ide dari Elijah Muhammad tentang ras kulit hitam yang merupakan manusia asli di muka bumi, dan ras kulit putih iblis yang sengaja diciptakan untuk membuat kekacauan di… Teruskan Membaca

Tokoh

Ibn Khaldun (5): Otentisitas Karya (2)

“Secara metodologis, Ibn Khaldun sebenarnya tidak memperkenalkan sebuah metode baru dalam keilmuannya. Ia adalah ahli waris para filsuf Islam yang mempelajari dan mengembangkan metode-metode argumentasi dari Yunani. Hanya saja, idenya untuk mengaplikasikan metode tersebut di ranah sejarah, merupakan satu hal yang baru pertama kali dilakukan oleh para ilmuwan. Inilah sisi otentik dari karya Ibn Khaldun.”… Teruskan Membaca

Islam Nusantara

Wacana Martabat Tujuh dalam Kesusateraan Jawa-Islam (5)

  Oleh: Khairul Imam Seperti ungkapan Ibnu ‘Arabi, penyaksian Tuhan dalam diri seorang wanita adalah bentuk penyaksian paling sempurna. Karena wanita dibuat memikat hati Nabi saw. Gambaran ini seakan tampak dalam risalah Suluk Sujinah yang ditulis oleh seorang wanita. Pertanyaan-pertanyaan cerdas yang diajukan seorang istri kepada suami ini menggali dari akar ketuhanan sampai hakikat penciptaan.… Teruskan Membaca

Tokoh

Ibn Khaldun (5): Otentisitas Karya (1)

“Dalil terpenting dari Muqaddimah adalah bahwa masyarakat manusia itu niscaya keberadaannya. Sebagai konsekuensinya, manusia harus mengorganisir dirinya, dan hajat hidup bersama harus dikelola agar semua dapat memenuhi kebutuhannya. Pada titik ini, kebutuhan manusia akan pemimpin yang adil dan dapat dipercaya menjadi niscaya.” —Ο—   Salah satu keheranan sebagaian orang pada karya Ibn Khaldun, adalah klaim orisinilnya.… Teruskan Membaca

Arsitektur

Masjid Agung Xian (3): Saksi Atas Kehadiran Para Pejalan Muslim

“Pada bagian dindingnya, terdapat 600 panel ukiran kayu yang diukir seluruh ayat suci dari dalam al-Quran, 30 dari panel tersebut ditulis dalam bahasa China, sementara 570 sisanya ditulis asli dalam bahasa Arab.” –O– Halaman Keempat Gerbang menuju halaman keempat terbuat dari marmer dengan pintu kayu. Halaman keempat adalah halaman terbesar dibandingkan dengan halaman-halaman lainnya di… Teruskan Membaca