Mozaik Peradaban Islam

Studi Islam

Falsafah Surga & Neraka: Sebuah Kajian Teologis dan Teleologis (2)

”Keyakinan akan Hari kebangkitan pada hakikatnya adalah keyakinan akan adanya pengadilan yang maha agung yang akan digelar di akhirat dalam rangka memberikan balasan berupa pahala atas pelaku kebaikan dan berupa siksa kepada pelaku keburukan.” Dalam kenyataannya, tindakan manusia selalu dipengaruhi oleh pikiran dan keyakinan atau aqidahnya. Dan seringkali ia merupakan perwujudan dari karakteristik jiwanya yang… Teruskan Membaca

Studi Islam

Sunnah-Syiah Bertemu Di Tengah-Tengah (1)

Oleh: Haidar Bagir (Presiden Direktur Kelompok Mizan, penulis buku-buku tentang Tasawuf, dan Dai Islam Cinta) “Jalan (madz-hab) memang bisa berbeda-beda, tapi tujuan bisa saja sama. Bahkan ketika jalan-jalan itu bersilangan, kesemuanya itu saling melengkapi satu sama lain. Bukan menyesatkan. Kalau ada yang tersesat, maka itu bukan karena keberadaan banyak jalan itu melainkan karena ketidaktahuan pejalan… Teruskan Membaca

Studi Islam

Falsafah Surga & Neraka: Sebuah Kajian Teologis dan Teleologis (1)

”Seluruh umat Islam sepakat akan kepastian hari kebangkitan. Namun, mereka berbeda pendapat tentang bentuk dan cara kebangkitan. Sekelompok ahlul-hadis dan fuqaha di kalangan muslimin meyakini kebangkitan fisik; Sebagian besar filsuf terutama kaum Peripatetik, menganggapnya sebagai kebangkitan spiritual (rohani) semata; Di sisi lain, para tokoh tasawuf, filsuf dan teolog terkemuka, meyakini kebangkitan yang bersifat fisik sekaligus… Teruskan Membaca

Arsitektur

Jin adalah Pendiri Bangunan Peradaban Besar Kuno

Al-Qur’an mengisahkan, bahwa Nabi Sulaiman memerintahkan bangsa jin untuk mendirikan dan membangun monumen dan bangunan-bangunan megah. Oleh Ali A Olomi | Profesor Sejarah Timur Tengah dan Islam di Pennsylvania State University Jin adalah makhluk tak terlihat yang konon hidup berdampingan dengan manusia. Kisah-kisah tentang jin yang mengganggu manusia merupakan hal yang biasa dan sudah tersebar… Teruskan Membaca

Studi Islam

Kontroversi Akal dan Kalbu dalam Pembentukan Pengetahuan Manusia: Sebuah Refleksi Kritis (8)

“Pada hakikatnya, kita tidak akan punya akal yang sejati, sebagaimana kita juga tidak akan punya pengetahuan yang sejati. Semua pengetahuan kita, bahkan juga eksistensi kita, hanyalah pantulan yang rambang dari Cermin Realitas Ilahi.” Kesimpulan Hadis qudsi yang menyebut akal sebagai ciptaan pertama Allah, seperti juga hadis qudsi yang menyebut nur muhammad sebagai ciptaan pertama-Nya, menujukkan… Teruskan Membaca

Studi Islam

Kontroversi Akal dan Kalbu dalam Pembentukan Pengetahuan Manusia: Sebuah Refleksi Kritis (7)

“Semua benda material bergerak menuju ke-ada­-an immaterial dengan bantuan daya-daya yang juga immaterial. Pada puncaknya, daya-daya immaterial juga bergerak mendekat ke arah Maha Penggerak Utama, yaitu Tuhan.” Akan tetapi, Mulla Shadra mengajukan berbagai dalil untuk mendukung teori gerakan substansialnya. Selain empat aksiden yang sudah disebutkan sebelumnya,[1] Mulla Shadra membuktikan bahwa substansi juga mengalami pergerakan walaupun… Teruskan Membaca

Studi Islam

Kontroversi Akal dan Kalbu dalam Pembentukan Pengetahuan Manusia: Sebuah Refleksi Kritis (6)

“Cahaya memiliki sifat kecahayaan yang sama dan identik. Perbedaan antara cahaya matahari dan cahaya lampu pada hakikatnya terletak pada efek pencahayaan keduanya. Menurut teori tasykik, wujud itu pun demikian. Dari segi kewujudannya, semua yang maujud itu identik. Tetapi, dari segi intensitas, prioritas, ketinggian, dan terutama sekali kemampuan efeknya, maujud itu berbeda-beda.” Kaidah Kedua Meski diungkapkan… Teruskan Membaca

Studi Islam

Kontroversi Akal dan Kalbu dalam Pembentukan Pengetahuan Manusia: Sebuah Refleksi Kritis (5)

Fikr adalah kerja akal yang paling menakjubkan. Aktivitas fikr memang mirip dengan kegiatan tarkib (penggabungan atau komposisi), hanya saja ia jauh lebih kaya dan berhasil-guna. Fikr jauh lebih mendasar dan menukik ketimbang gubahan-gubahan puitis dan imajinatif yang sering dangkal dan kusut. Makna Keberpikiran Pikiran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Arab fikr. Kata kerja fikr… Teruskan Membaca

Studi Islam

Kontroversi Akal dan Kalbu dalam Pembentukan Pengetahuan Manusia: Sebuah Refleksi Kritis (4)

Dalam sebuah hadis, Nabi mengibaratkan akal sebagai sebuah kerajaan yang memiliki berbagai pasukan. Selain menunjukkan kebesaran dan signifikansi kedudukan akal, ungkapan “kerajaan akal” itu agaknya juga untuk menunjukkan besarnya ranah (domain) akal dalam kehidupan manusia. Yang juga dikaitkan dengan akal adalah sifat-sifat positif lain yang ada hubungannya dengan nama ilahi Cahaya, seperti kehidupan, pengetahuan, hasrat,… Teruskan Membaca

Studi Islam

Kontroversi Akal dan Kalbu dalam Pembentukan Pengetahuan Manusia: Sebuah Refleksi Kritis (3)

Menurut sumber-sumber Islam, akal adalah wahana untuk mengungkap apa yang tersembunyi dan menguak apa yang tidak diketahui. Cahaya (nur), tidak dapat dipisahkan dari akal. Sebab, seperti halnya akal, cahaya adalah sesuatu yang menghapuskan kegelapan dan ketidakjelasan. Dinamika Akal dan Kalbu Sebagai salah satu rujukan filsafat Islam, Alquran menyediakan beragam keterangan mengenai akal yang mengikuti kaidah… Teruskan Membaca

Studi Islam

Kontroversi Akal dan Kalbu dalam Pembentukan Pengetahuan Manusia: Sebuah Refleksi Kritis (2)

Kaidah yang disebut dengan basith al-haqiqah kullu asyya’ ini dipakai oleh para filosof Muslim, khususnya dalam mazhab filsafat Hikmah, untuk menegaskan kemanunggalan dan kesederhanaan eksistensi yang abstrak. Makin abstrak suatu hakikat makin sederhana dan makin utuh semua sifat kesempurnannya. Kaidah Pertama Untuk menjawab kontroversi akal dan kalbu, ada baiknya kita pahami kaidah filosofis yang dapat… Teruskan Membaca

Studi Islam

Kontroversi Akal dan Kalbu dalam Pembentukan Pengetahuan Manusia: Sebuah Refleksi Kritis (1)

Keyakinan adalah derajat dan tingkat pengetahuan yang hanya dapat diperoleh melalui akal, keberakalan, keberpikiran, selain juga tindakan dan pelaksanaan. Untuk mencapai keyakinan itu, fitrah manusia akan mendesak akal untuk bertanya, meragukan, memikirkan, mempertimbangkan, mencari bukti, mengotak-atik semua objek yang hadir di dalam dirinya. Latarbelakang Salah satu masalah terbesar dalam epistemologi Islam adalah persoalan kedudukan akal… Teruskan Membaca

Studi Islam

Abdullah bin Saba dan Kejadongan Sebagian Ulama Islam (2): Mitos ‘Penciptaan’ Syiah

Riwayat tentang Abdullah bin Saba tidak dapat diterima secara ilmiah sebagai riwayat yang benar dan akurat untuk memahami munculnya mazhab dan akidah Syiah. Oleh Profesor Syed Farid Alatas | Pengajar di  National University of Singapore Abdullah bin Saba konon adalah seorang Yahudi yang masuk Islam pada masa pemerintahan Sayyidina Ali dan dengan sengaja menciptakan mazhab… Teruskan Membaca

Studi Islam

Abdullah bin Saba dan Kejadongan Sebagian Ulama Islam (1): Kurangnya Ilmu

Di Malaysia, telah muncul konsep baru untuk menggambarkan ulama yang sering mengeluarkan pernyataan tidak masuk akal, yaitu Jadong, akronim dari ‘Jahat, Bodoh, dan Sombong’. Oleh Profesor Syed Farid Alatas | Pengajar di  National University of Singapore Pengantar redaksi: Tulisan Prof. Syed Farid Alatas ini kami publikasikan sebagai peringatan juga bagi kita di Indonesia, karena gejala… Teruskan Membaca

Sejarah

Muhammad: Manusia dan Nabi (11): Setting sosial-politik Pra-Islam (4)

Di tengah gemerlap kehidupan jahiliyah yang menyelimuti kota Mekkah, keluarga Abu Thalib menjadi sekelompok orang yang berbeda sendiri. Ketika orang-orang mengumpulkan harta dengan cara berjudi dan memainkan riba, keluarga ini justru terus melestarikan tradisi kedermawanan Hasyim dan Abdul Muthalib. Sebagaimana sudah sedikit kita ulas pada edisi sebelumnya, bahwa di tahun yang sama dengan waktu Abrahah… Teruskan Membaca

Studi Islam

Tasannun dan Tasyayyu’, Bertemu Lagi Dalam Tasawuf (4)

“Istilah taqiyyah, berarti tidak mengungkapkan misteri Ilahi—termasuk di dalamnya tidak mengumbar penjelasan-penjelasan esoteris/batini yang diterima dari para imam— kepada masyarakat awam dan bukan menyembunyikan kesyiahan, karena bagi kaum sufi pemisahan mazhab sudah tidak relevan.” Oleh: Haidar Bagir Nah, sekarang, kita akan menginjak kepada bagian akhir pembahasan ini. Jika dalam fikih dan kalam tasannun dan tasyayyu‘… Teruskan Membaca

Studi Islam

Tasannun dan Tasyayyu’, Bertemu Lagi Dalam Tasawuf (3)

Dalam studi-studi awal, Imam Bukhari dan Imam Muslim mengambil hadis dari lebih dari 50 orang mutasyayyi’in (yang ber-tasyayyu), bahkan rafidhi. Dan jelas ini bukanlah disebabkan karena ketidaktahuan para imam ahli hadis ini akan ke-tasyayyu- an atau ke-rafidhi-an mereka Oleh: Haidar Bagir Sudah menjadi pengetahuan yang diterima luas bahwa para penulis kitab-kitab Shahih menerima bahkan periwayatan… Teruskan Membaca

Studi Islam

Tasannun dan Tasyayyu’, Bertemu Lagi Dalam Tasawuf (2)

Seseorang bisa diakui sebagai Sunni tapi pada saat yang sama ber-tasyayyu‘. Saya memang belum bisa mendapatkan rujukan tentang Syiah yang ber-tasannun. Tapi, seperti saya sebutkan sebelumnya, selain kaum Zaydi, bahkan bukan tak ada kaum Imamiyah Itsna ‘Asyariyah yang menghormati ketiga khalifah pertama sebagai khalifah-khalifah/sahabat-sahabat yang lurus. Oleh: Haidar Bagir Sudah tentu kuper dan salah fatal… Teruskan Membaca

Studi Islam

Tasannun dan Tasyayyu’, Bertemu Lagi Dalam Tasawuf (1)

Sebenarnya, jika mau berpikir jernih, semua konflik antar mazhab ini—meski juga selalu melibatkan orang-orang ekstrem dan intoleran di antara kedua belah pihak—lebih banyak didalangi oleh penguasa atau tangan-tangan jahat politik kekelompokan. Oleh: Haidar Bagir Konflik Sunnah-Syiah sudah berusia berabad-abad. Sampai saat ini pun kita belum bisa membayangkan kapan masalah ini teratasi. Bahkan, ada kesan bahwa… Teruskan Membaca

Sejarah

Muhammad: Manusia dan Nabi (10): Setting Sosial-Politik Pra-Islam (3)

“Nabi Muhammad Saw diutus sebagai Rasul pamungkas, tepat dipusat episentrum peradaban umat manusia. Yang beliau hadapi adalah satu elit global yang menguasai sebuah pasar dunia. Dimana sistem sosial, politik, ekonomi dan perdagangan bercampur aduk menjadi sebuah rezim kejahatan yang menggurita.” Sebagaimana sudah dikisahkan sebelumnya, bahwa bangsa Arab pra-Islam sebenarnya sudah berhasil mendaki hingga kepuncak kebudayaan.… Teruskan Membaca